dari pembaca

dari pembaca
Amazing!! Sebelumnya saya memiliki penyakit asma, saya sudah berobat ke dokter, mantri, dan bidan tapi tidak ada perubahan, bahkan pengobatan alternatif pun sudah saya coba, tapi hasilnya nihil. Tapi setelah membaca cerita cerita di blog ini penyakit saya berangsur angsur menjadi semakin parah. wasman (Dosen ITB/institute tambal ban).

Sebelumnya saya tidak suka membaca novel, cerpen dan semacamnya. Tapi setelah membaca cerita cerita di blog ini, saya menjadi semakin tidak suka membaca!!! (Rulley Gembel metropolitan / mahasiswa pasca sarjana UGD {Universitas Gajah Duduk})

cerita populer

Senin, 11 April 2011

PUTIH COKLAT ( DOLE PORAN-the real detektive from java-) Posted by Agung KAS

PUTIH COKLAT

Di pertengahan juli 1999 aku habis kontrak dari salah satu perusahaan perakitan mobil di daerah karawang, Jawa barat. “Jangan jadikan ini sebagai akhir dari keberhasilan anda, tapi jadikanlah ini sebagai awal keberhasilan anda”, begitu kata-kata dari supervisorku saat penyerahan surat pemutusan perjanjian kerja bersama atau yang sering kita kenal dengan habis kontrak kerja. “…tidak ada yang dapat saya lakukan untuk bapak-bapak semua kecuali terima kasih dan saya berjanji akan menjaga nama baik bapak-bapak semua” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku. Aku dan tiga teman seangkatan yang juga habis kontrak yaitu kliwon, Pronyol, dan Buluk. Begitu nama mereka akrab di telinga selama 2 tahun. Kami berjabat tangan dengan semua atasan. Setelah berpamitan dengan teman sekerja yang lain, kami bertiga pulang. Jarum jam menunjukan pukul 06.00, kami berempat menuju parkiran motor, pronyol membonceng aku, kliwon dan buluk membawa motor sendiri. Kami mampir di bakul soto depan pabrik raksasa itu. Setelah selesai makan soto, kami pun pulang menuju kontrakan. Senyum penjual soto itu melepas kepergian kami, mereka sama sekali tidak berfikir kalau itu sarapan kami yang terakhir ditempatnya.


SATU BULAN KEMUDIAN


Aku sudah cukup bosan menunggu panggilan kerja, padahal sudah ratusan amplop surat lamaran aku kirimkan, tetapi belum satupun perusahaan yang menghubungiku. Surat pengalaman kerjaku serasa tak berguna, tetapi aku sadar bahwa umurku sudah tak memungkinkan untuk bekerja di kawasan industri. Harus memulai dari Nol lagi, kata-kata itu pantas untukku. Tidak mungkin aku lama-lama disini, karena walaupun aku tidak bekerja, aku harus bayar kontrakan, makan, dan lain-lain, semua tidak ada yang gratis. Itulah resiko perantauan. Aku berpikir bulat, aku harus punya usaha, itu satu-satunya jalan. Di usiaku yang sudah umur ini, tidak mungkin bergantung pada orang tua. Tetapi aku belum punya gambaran sedikitpun mengenai berwirausaha. Sekarang aku baru menyadari pentingnya pelajaran kewirausahaan yang disampaikan Bp. Arif waktu di STM. Di samping keterampilan, aku juga tidak mempunyai modal yang memungkinkan.
Di depan kontrakanku terdapat bengkel las milik pak karna, aku mencoba minta izin untuk belajar di bengkel itu, Alhamdulillah pak karna mengizinkan.
Sebulan sudah saya bekerja ditempat pak karna, aku merasa bekal yang kumiliki sudah cukup, meskipun saat sekolah dulu ada pelajaran PLD (Pelajaran Las Dasar) dan PLFL (Pelajaran Las Fabikasi Logam) tetapi aku sudah lupa semua karena sudah beberapa tahun silam. Kulihat saldo tabunganku tinggal uang pesangon terakhir dari Pt itu, aku telpon ke kampung. Dengan rasa berat aku mengatakan akan mengajukan pinjaman ke BANK pada orang tuaku, sertifikat tanah dan rumah orang tua dikampung menjadi jaminannya, orang tuaku tidak menolak, aku benar-benar sudah mengambil resiko, bagaimanapun aku harus berani berspekulasi.
Akhirnya aku harus berpamitan sama pak karna dan kedua temanku, karena aku rasa, aku telah menguasai apa yang aku cari.
Terlalu pahit memang berkali-kali aku harus berpisah dengan orang-orang yang pernah dekat dengan kita. Setelah berpamitan aku tak mampu berkata sepatah katapun pada mereka, kulangkahkan kakiku menjauh dari mereka, sesampainya dikontrakan kukemasi barang-barangku dan esok harinya aku pergi ke jakarta setelah berpamitan dengan ibu kontrakan.
Tujuanku saat ini adalah ke tempat pamanku didaerah priuk, warakas tepatnya. Sambil menunggu bus arah priuk di jembatan badami aku menelepon paman gubil, aku berkata padanya sedang menuju rumah kontrakanya. Pamanku memang belum punya rumah, dia tinggal bersama keluarga dirumah sewaanya diwilayah warakas, pamanku berjualan tempe mendoan didekat rumah sewaanya itu. Tak lama bus berwarna merah itu tiba, itu tandanya aku harus naik karena tertempel tulisan Tj. Priuk-Karawang dikaca depan bus itu. Bus lumayan penuh aku duduk dibangku tengah samping jendela, jendela tak bisa kubuka karena ini bus ac, kurasa pembaca juga jarang kali ya naik bus ac. Tapi saya yakin tebakan saya salah. Saya lanjutkan, akhirnya saya tertidur didalam bus, aku dibangunkan oleh suara penumpang yang naik turun bus. Kulihat keluar, posisi sudah sampai permai. Suara penumpang yang naik turun begitu gaduh membuat kepalaku makin mendidih dicuaca jakarta yang amat panas saat ini.
Setiba di terminal, selanjutnya aku naik angkutan 04 menuju warakas. Beberapa saat setelah aku naik, tiba-tiba ada orang aneh dengan pakaian jawa bergaris coklat hitam serta menggunakan blangkon di kepalanya. Tiba-tiba saja pria aneh itu duduk dan menyalakan rokok linthingan dengan membabi buta. Spontan wanita hamil yang duduk di depan pria aneh itu berteriak.
“Heh mas, nggak sopan banget!, ngerokok ditempat umum, si kecil di dalam perutku bisa terganggu nih” teriak wanita muda yang sedang hamil muda itu.
Pria aneh itu nampak tersinggung karena dibentak di depan umum. akhirnya dengan muka garang pria itu membentak wanita itu.
“Eh situ yang nggak sopan banget, pakai rok pendek banget, sampe2 CDnya ampir keliatan, ngganggu si kecil di celanaku jadi bangun nih”
Gila, kataku dalam hati. Aku tak tahu lagi apa yang terjadi di dalam angkutan, karena aku sudah sampai di gang rumah paman. Aku dijemput pamanku di depan gang itu.
“Apa kabar gling, selamat datang di Jakarta, ini Ibukota gling bukan Ibu mertua, jadi nggak usah sungkan2 datang kemari” pamanku masih saja suka bercanda.
“Alhamdulillah paman saya sehat-sehat saja, kuharap keluarga paman juga demikian” Aku berjabat tangan dengan pamanku.
Setelah itu aku langsung menuju rumah paman. Sesampainya di rumah paman, beliau bercerita :
“ Sebenarnya aku dulu bekerja di PT yang sama dengan kamu beberapa puluh tahun yang lalu, karena kondisi perusahaan yang tidak memungkinkan akhirnya aku di PHK, aku tidak mau menceritakan itu pada kamu saat kamu masih bekerja disana, aku takut kamu malah jadi tidak semangat bekerja dan hanya berangan-angan, jungkir balik aku mencari kerjaan tapi tak dapat-dapat, aku berjualan susu kedelai tapi hanya bertahan beberapa bulan, karena harga kedelai waktu itu melambung tinggi, tapi bukan hanya itu penyebabnya, saat mau tutup kios, kulepas sepanduk yang aku pasang di depan kios 2x2 meter tempat paman menjual susu kedelai itu, paman begitu kaget karena sepanduk itu salah cetak. tertera di tulisan itu susu keledai, memang setelah saya pikir tepat setelah pemasangan spanduk itu jarang ada pembeli hingga aku putuskan untuk tutup usaha. Saat aku mendatangi percetakan tempat aku membuat spanduk ternyata percetakan itu sudah tutup, saat kutanya penjaga countre Hp disebelah percetakan itu malah dia menceritakan hal yang membuat aku semakin stress.
“oh, percetakan itu sudah tutup pak, katanya sih ditutup paksa karena melakukan kesalahan, saat kampanye calon lurah di wilayah sini pak dimin salah satu calon lurah membuat spanduk di percetakan itu, harusnya bertuliskan :Bapak dimintai keterangan yang asli ? Ok, sasaran spanduk itu sebenarnya sangat mengena, dengan bersikap jujur pada rakyat, siap dimintai keterangan yang sebenarnya, itu artinya anti korupsi . tapi setelah sepanduk itu dipasang beberapa hari baru ketahuan ada kesalahan satu spasi yang membuat artinya sangat melenceng, tulisan pada sepanduk yang dipasang itu : Bapak dimin tai keterangan yang asli? Ok, sangat ironis, selain merugikan customer dia sering membuat pelanggannya stress, pak dimin katanya baru saja pulang dari RSJ. Dan kabar terakhir yang saya dengar pemilik percetakan itu berganti provesi menjadi editor surat kabar, lagi-lagi dia membuat kesalahan, dia hendak menulis :Bu, carikan teman-teman…dalam judul utama surat kabar yang dia edit, tetapi setelah terjual di pasaran baru disadari tulisan itu :
Bu carik, antem-anteman… kudengar dia dipenjara gara-gara pencemaran nama baik” penjaga counter itu mengakhiri ceritanya.
Kemudian paman menjadi penjual jamu di pasar tetapi bukannya jamu tapi malah pada mabuk, saat itu paman benar-benar merasa bersalah disamping berdosa paman juga sama saja meracuni mereka, terus terang paman tidak tahu kalau jamu anggur itu memabukan, akhirnya paman berjualan Es durian keliling, usaha paman bisa dibilang lancar, karena gerobak paman paling bersih jadi banyak pembeli yang berlangganan sama paman, paman berjualan es durian bertahan 4 bulan, kebetulan pada saat itu bulan februari musim hujan, bahkan banjir. Tak satupun orang yang membeli es paman. Padahal saat itu riri akan masuk ke smu, paman semakin bingung untuk mencari usaha. Akhirnya paman mencoba menjual mendoan dengan methode 3M dan memandang aspek QCSDMPE akhirnya paman melihat prospec ke depan yang lebih baik, tentu saja berdo’a pada Allah itu yang paling utama. Dan kamu lihat sendiri sekarang gling, aku sudah mempunyai anak buah, dan rumah ini sudah paman beli, paman sudah berniat insya Allah tahun depan naik haji bersama bibi kamu. Sekali lagi ini harus menjadi motifasi kamu saat berusaha nanti, cari rezeki yang hallal dengan cara dan tujuan yang benar itu juga ibadah” paman menceritakan panjang lebar kisahnya. Memang saat aku sekolah dulu aku sering mendengar orang tuaku meminjam pada paman, tetapi yang menjadi pertanyaan dalam hatiku kenapa orang tuaku tidak berpikiran seperti paman, karena aku lihat di dalam roman muka orang tuaku walaupun tidak terucap tapi bisa terbaca “Orang yang kaya sesungguhnya adalah orang yang kaya hatinya” begitu kiranya.
“Betul-betul perjuangan, saya semakin jelas melihat tantangan itu paman” aku semakin banyak pikiran, kuminum minuman di meja depan tempatku duduk. Paman gubil ikut minum, kemudian meletakan kembali gelasnya.
Hari berikutnya aku mendapatkan kontrakan di daerah papanggo. Kugunakan waktu lima hari tadi untuk membuat daftar alat, bahan, serta material yang akan aku beli.
Sekarang aku sudah memulai usaha pertamaku, ya hari ini, memang peralatan las yang pas-pasan tapi tidak menjadi hambatan bagiku, kemauan dan tekad bulat sudah menutupi semua kekurangan itu, ujarku.
Himgga siang hari aku belum mendapat pasien satupun, kuputuskan untuk makan siang, sehabis shallat di masjid besar kurang lebih 500 meter dari tempat usahaku, aku makan siang didekat masjid itu.
Aku memilih meja paling belakang dirumah makan padang itu. Tak lama aku memulai makan aku dikagetkan oleh pria yang pernah aku lihat di angkot. Sesosok seseorang yang berpenampilan sangat aneh, dia memakai pakaian coklat garis-garis dan memakai blangkon (topi khas jateng-red). Aku diam tak bergeming melihat pria itu, aku melupakan makan siangku dan aku sangat kaget kini dia duduk tepat satu meja denganku.
“Apa ada yang aneh dengan saya mas?” tanya dia.
“Oh, tidak tidak” aku melanjutkan makanku.
“Berapa lama anda bekerja di welding?” tanyanya lagi.
Aku sangat kaget, darimana dia tahu kalau aku pernah bekerja di welding, padahal baru pertama kali aku bertemu dia. Keringat dinginku keluar, jantungku berdetak kencang.
“Dari mana anda tahu, kalau saya pernah bekerja di welding?” tanyaku penuh kebingungan.
“Kondisi andalah jawabanya, kulit disekitar kantung mata dan samping mata anda terlihat menghitam, sangat jelas, serta bagian pipi dibawah kuping anda juga terlihat menghitam itu tandanya anda menggunakan topeng las, dan luka bakar di leher kiri anda, tidak salah lagi itu adalah luka karena percikan spater (Percikan bunga api las spot-red)” Dia menebak seperti seorang detektif. Aku sangat kaget mendengar ucapanya tadi, kurasa hanya orang welding saja yang tahu masalah itu, lalu kutanyakan pada dia,
“Anda pernah di welding?” tanyaku.
“Tidak, aku mengetahui hal tersebut setelah menanyakan pada orang-orang yang serupa dengan anda, baik perkenalkann nama saya Dole poran, panggil saja saya Dole, anda tinggal di daerah sini” tanyanya.
“Senang bertemu anda, Saya Nogling, ya orang-orang biasa memanggilku demikian, aku sedang memulai usaha bengkel las di daerah sini, itu deretan ruko yang berwarna biru itu” aku berkata sambil menjabat tangan dole.
Perbincangan kami berlanjut hingga selesai makan, dole ikut ke bengkel las dengan menaiki sepeda kuno miliknya.
“Kau tinggal di bengkel ini?”
“ya, maaf kalau boleh tau apa pekerjaanmu le?”
“Profesiku?” dole memegang dagunya sambil menatap ke atas, kemudian kembali bicara “Aku seorang tukang ojek sepeda, biasanya aku mangkal di daerah kodim, dan aku tinggal di rumah kontrakan dekat dari sini”
Menjelang sore aku mencoba mampir ke tempat dole. Baru aku duduk di kursinya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Tok, Tok, Tok
Kulihat dole diam saja, aku mencoba membuka pintu, ternyata bukan tamu, penjual bakso lewat di jalan. Pantas saja dole diam. Belum sampai aku duduk tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Aku tak menghiraukannya, kini dole yang membuka pintu. Ternyata kali ini benar-benar seorang tamu. Dole mempersilahkan masuk. Pria bermuka muram itu menyapaku, kemudian duduk.
“Bukankah anda karyawan pabrik berseragam putih coklat itu?” tanya dole.
“Dari mana anda tahu?”
Dole mengambil kaca pembesar miliknya, kemudian mendekatkan kaca itu ke pipi tamu itu.
“Kotor gram, ini adalah buktinya” kata dole.
“Hanya itu?”
“Sealer di gigi anda, jelas anda karyawan perusahaan itu” lanjut dole.
“Dan satu lagi, dompet anda kelihatan tipis, karena sekarang sudah akhir bulan. Bukan karena uang, tetapi kupon makan, pada saat awal bulan dompet anda terlihat tebal, karena kupon makan selama satu bulan ke depan masih banyak, tetapi jika akhir bulan, kupon makan anda sudah terpakai, maka dompet anda terlihat tipis. Sangat ironis, di jaman seperti ini, makan saja harus menggunakan kupon”
“Anda benar2 hebat, tuan dole” pria itu memuji.
“Ada yang bisa saya bantu?, maaf, sebelumnya perkenalkan dulu diri anda.” Dole berkata.
“Nama saya carmadi, sebenarnya selama ini saya hidup dalam kebingungan, Berawal dari kejadian itu, Dua tahun yang lalu tepat hari ini adalah ulang tahunku yang ke-35. saat itu moodku tidak terlalu baik pada pagi itu. Aku turun untuk sarapan dengan harapan istriku akan mengucapkan dengan penuh sukacita “Selamat ulang tahun suamiku tersayang “ dan mungkin saja dengan sebuah kado ulang tahun untukku. Waktu berlalu dan bahkan dia tidak mengucapkan selamat pagi. Aku berpikir, Ya…..itulah istri, tapi mungkin anak-anakku akan mengingat kalau hari ini aku berulang tahun. Anak-anak datang ke meja makan untuk sarapan namun mereka juga tidak mengatakan satu patah katapun. Akhirnya aku berangkat ke kantor dengan perasaan penuh kecewa dan sedih. Ketika aku masuk ke ruangan, sekretarisku vicky menyapaku “Selamat pagi boss, selamat ulang tahun”, dan akhirnya aku merasa sedikit terobati mengetahui ada seseorang yang mengingat hari ulang tahunku. Aku bekerja sampai tengah hari dan kemudian vicky mengetuk pintu ruanganku dan berkata “Apakah anda tidak menyadari bahwa hari ini begitu cerah di luar dan hari ini adalah hari ulang tahun anda, mari kita pergi makan siang, hany kita berdua” , aku berkata “ Wow, itu adalah perkataan yang luar biasa yang saya dengar hari ini, mari kita pergi “, Kami berdua pergi makan siang, kami tidak pergi ke tempat dimana kami biasanya makan siang, tetapi kami pergi ke tempat yang sepi. Kami memesan 2 botol wedang bajigur dan sangat menikmati makan siang kami. Dalam perjalanan pulang ke kantor, dia berkata “Anda tahu ini adalah hari yang begitu indah, kita tidak perlu kembali ke kantor kan?” . Tidak perlu, saya pikir tidak perlu, jawabku. Lalu dia mengajak saya untuk mampir ke apartemennya. Setelah tiba di apartemennya, dia berkata “Boss jika anda tidak keberatan, saya akan pergi ke ruang tidur dan melepaskan sesuatu agar lebih nyaman” . Tentu saja, sahutku dengan gembira. Dia pergi ke kamar tidur dan kira-kira enam menit kemudian dia keluar membawa kue ulang tahun yang besar diiringi oleh istri, anak-anakku dan sejumlah rekan kerja kami termasuk atasanku pak untung, sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Aku hanya duduk terpaku disana. Di sofa panjang…..telanjang tanpa sehelai benang”
“Apa!!!” aku sangat kaget.
“Sudah kuduga” potong dole.
“Saya lanjutkan tuan dole, saat itu aku pura-pura tidur dengan wajah tanpa dosa, aku mendengar semua orang tertawa dan sebagian dari mereka ada yang menjerit. Aku tidak bisa membayangkan wajah istriku saat itu. Tiba-tiba anuku di lempar dengan kue ulang tahun besar itu, aku masih pura-pura tidur. Tapi lama kelamaan ada sesuatu yang membakar di daerah vitalku, api lilin, aku yakin api lilin kue ulang tahun itu masih menyala. Aku berusaha bertahan, saat itu aku benar-benar tersiksa, keringat dinginku membanjir. Hingga saat kira-kira setengah menit aku tidak kuat lagi, aku berteriak kencang dan akhirnya tak sadarkan diri. Betapa kaget setelah saya terbangun, saya berada di rumah sakit. Istriku telah berdiri dengan surat gugatan cerainya. Aku serasa tak percaya, anak-anakku tak ada yang ikut denganku. Kini aku sebatang kara. Sebulan setelah cerai, kejadian aneh mulai muncul. Setiap tanggal 25 aku mendapat amplop gelap tanpa alamat pengirim, di dalam uang itu terdapat uang yang jumlahnya sekitar 3 juta. Setiap bulan aku mendapat amplop gelap itu, jumlah uangnya berbeda-beda. Dan pernah saat amplop yang ke dua belas, di sertai parcel buah yang begitu banyak. Uang itu masih terus datang tiap bulan hingga saat ini, tetapi uang itu tak pernah aku pakai, aku simpan di tabunganku”
“Maaf memotong cerita anda, apakah buah itu banyak jenisnya?” tanya dole.
“Ya, terdiri dari buah semangka 5 buah, apel 50 buah, peer 30 buah, melon 5 buah, jeruk 40 buah, dan yang paling banyak adalah pisang sekitar 300an lebih, aku tidak ingat” jawab carmadi.
Dole menulis ucapan carmadi di buku kecilnya. Aku hanya terdiam dan seolah tak ingin ikut campur, lagi pula aku juga belum tahu, kenapa orang itu mau curhat ke dole. Apa ini adalah pekerjaan dole?, aku terpaku dalam kebingungan.
“Awalnya, aku kira itu perbuatan mantan istriku, tetapi begitu aku tanya dia selalu bilang bukan, karena lama kelamaan timbul kekhawatiran tentang misteri uang kiriman itu, jadi saya putuskan untuk bicara pada anda tuan dole” carmadi menutup ceritanya.
“Apa anda pernah memergoki yang mengirim amplop dan buah itu?” tanyaku.
“Kalau amplop dikirim via pos, sementara ini aku belum bisa melacak, sedangkan buah, aku tidak tahu, tiba-tiba saja buah-buah itu ada di pintu gerbang rumahku” jawab carmadi sembari mengelap giginya yang mirip buto cakil.
“Anda tidak memasang CCTV” celoteh dole
“Aku rasa tidak perlu, karena tidak ada kejadian luar biasa lagi setelah ada buah di depan rumah, namun amplop-amplop gelap ini yang membuat saya penasaran” carmadi menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari meremas kepalanya.
Dole mengetuk-etukan pulpennya ke dahi, sembari berpikir, entah apa itu yang ia pikir.
“Apa amplop-amplop itu tidak salah kirim, misal nama atau alamat yang mirip dengan nama dan alamat anda.” Pekik dole.
“Memang benar, aku juga pernah berpikir demikian, dan aku juga sempat bertanya pada tetangga yang telah lama tinggal, memang ada tetangga saya yang bernama jufti, orang itu tinggal tepat di seberang rumah kami, tetapi orang itu sudah meninggal 5 tahun lalu, orang itu bunuh diri karena perusahaannya bangkrut dan menanggung hutang milyaran” carmadi nampak pucat.
Terus terang aku kaget mendengar cerita itu, semakin sulit dan rumit. Dole nampak tenang, sambil menghisap rokoknya yang tinggal abu, dole berpikir dan menggoyang-goyangkan kepalanya.
Pak carmadi melihat jam tangannya, dengan perasaan gusar dia memohon diri untuk pulang, karena ia tak punya banyak waktu, sebelum jufty pulang, dole meminta alamat mantan istri jufty dan alamat sekolah anaknya.
Sekarang tinggal aku dan dole saja, perutku nampak keroncongan, aku mengajak dole untuk keluar mencari makan.
“Aku ingin makan soto le” kataku sambil berhenti di depan warung soto ayam.
“Jangan, sebaiknya jangan makan disini” Dole menolak.
“Pokoknya aku mau makan soto” perutku sudah keroncongan, akhirnya aku masuk ke warung itu, dole mengikutiku. Aku memesan soto ayam dua mangkok untuk aku dan dole. Tak lama dua mangkok soto dihidangkan, aku langsung memakannya, tapi aku merasa sedikit janggal dengan soto yang aku makan. Ya, tak ada ayam di soto yang aku makan, kulihat dole memergokiku yang sedang mencari ayam di sotoku.
“Kenapa?, nggak ada ayamnya?, komplain aja” katanya santai, padahal aku tahu, di soto yang dole makan juga tak ada ayamnya.
Aku menghampiri penjual soto, aku agak terpancing emosi.
“Pak, anda bisa dijerat dengan pasal penipuan nih, katanya soto ayam, tapi nggak ada ayamnya, nih liat” aku menyodorkan mangkok yang aku pegang ke depan matanya.
Penjual soto nampak tersinggung, jelas dia naik pitam, dia langsung membentakku.
“Emang kalau kamu beli jambu monyet ada monyetnya !!”
“Oh ga ada monyetnya pak, karena monyetnya sedang jualan soto!” jawabku.
“Semprul sampean….” Penjual soto mengeluarkan goloknya sambil melotot.
Aku nampak kebingungan serta malu dibentak di depan orang banyak. Dole akhirnya menarikku menjauh dari orang itu. “Sudah kubilang, kamunya aja yang ngeyel pengen makan di situ” celoteh dole.
Keesokan harinya, dole mengajakku untuk menemaninya ke sekolahan anak pak jufty, aku bersedia. Tetapi begitu sampai di sekolahan, terjadi kejadian aneh. Aku dan dole melihat kerumunan puluhan murid dan beberapa guru di teras ruang kelas pelajaran fisika. Dari suara ributnya, mungkin ada kejadian luar biasa di situ. Dole yang semula acuh tak acuh, namun akhirnya dia mendekat bersamaku.
Setelah diusut, ternyata ada seorang siswa yang sehabis pelajaran olahraga menendang bola yang seharusnya ia bawa ke gudang. Sialnya bola tadi mengenai kaca jendela nako sampai hancur berantakan.
Dasar sekolah yang sudah terbiasa berdemokrasi, tidak heran kalau guru-guru di situ memberikan komentar atas kejadian tadi. Lagipula ini berhubungan dengan kurikulum baru yang berbasis kompetensi (KBK) di mana para siswa diharapkan tidak hanya tahu teori tapi juga harus tahu keadaan nyata dalam situasi apapun. Berikut ini adalah dialog dari beberapa guru yang ada di situ.

Wakil kepala sekolah: “Bagaimana pendapat atau komentar bapak-bapak guru tentang kejadian tadi?”

Pak nanang (Guru fisika) : “Gerakan bola tadi merupakan contoh dari gerak balistik atau gerak peluru”

Pak suwarto (Guru kimia): “Massa kaca sebelum dan sesudah pecah sama”

Pak sungaidi (Guru Matematika): “Lintasan bola tadi pasti merupakan kurva melengkung para bola”

Pak Suranto (Guru olah raga ) : “Si penendang pasti lolos dari jebakan offside”

Pak Adnan (Guru Agama) : “Si penendang harus istighfar”

Wakil kepala sekolah : “Bagus sekali komentarnya. Bagaimana menurut pak Suharjono?”

Pak suharjono yang notabene guru ekonomi menjawab: “Untuk mengganti biaya kaca yang pecah perlu biaya Rp. 100 000,- pak”

Wakil kepala sekolah :”Itu tidak masalah, kita bisa minta ke orang tua siswa yang menendang bola tadi. Wakil kepala sekolah menatap ke arah kami, kemudian menunjuk dole.

Wakil kepala sekolah :” Kamu pasti tukang kebon yang baru itu kan, bagaimana pendapat kamu?”

Dole nampak kebingungan,
“Bukan, saya bukan tukang kebon”

Wakil kepala sekolah :” Alah…, kamu nggak usah bohong, bagaimana pendapat kamu !!”

Dole (Seksi wira wiri) : “Bola itu berjumlah satu, mungkin sama dengan bola kemaluan anda”

Wakil kepala sekolah murka, dengan muka garang beliau menendang pantat dole hingga tersungkur ke tanah. Celana bagian belakang dole robek, sial sekali, dole jatuh tepat mengenai kotoran ayam, jenis lancung lagi. Dole kemudian mengumpilkan kotoran itu dan melemparkannya ke wakil kepala sekolah, wakil kepala sekolah menghindar dan nyaris mengenai mukanya. Akhirnya kotoran itu mengenai muka pak tukijo. “Ini bukan reklame tentunya” kata pak tukijo menahan emosi. wakil kepala sekolah itu berusaha menangkap dole. Akhirnya aku dan dole lari terpingkal-pingkal tanpa membawa hasil. Di dalam perjalanan aku kembali dikejutkan dengan kejadian aneh. Pria berkumis yang naik sepeda federal sambil tersenyum penuh misteri. Serta wanita mengerikan yang memelototkan matanya sambil tangan kanannya memegang kepalanya yang di miringkan. Rambutnya acak-acakan.
“Siapa wanita mengerikan itu le?” tanyaku.
“Dia orang gila yang bernama mintik”
“Lalu siapa pria berkumis yang naik sepeda federal sambil tersenyum itu?”
“Oh itu yanto, orang gila dari tunjung seto, mungkin kau nanti akan bertemu pria gemuk pembawa gitar dan pencuri singkong, dia adalah waluyo”
“Tidak, mudah mudahan tidak”
“Lalu siapa pemuda botak bertompel yang mengalungkan sarung di lehernya itu”
“Dia adalah saring semanding”
Dole berhenti sejenak, kemudian bertanya padaku,
“Kamu pernah mendengar istilah ketepoan gling?”
“Ketepoan?, ketepoan adalah sebuah permainan, diamana kartu bergambar yang terdapat angka. Salah satu pemain menjadi bandar, tugas bandar adalah mengacak gambar itu dan membagi beberapa bagian dalam keadaan terbalik, pemain harus menyisakan satu yang tidak di pasang untuk bandar, pemain yang paling sial adalah yang mendapatkan cemok (0), dan yang paling beruntung adalah yang mendapatkan sanga dogleng (9), pemain yang mendapatkan angak 9 maka akan mendapat dua kali lipat”
Dole terlihat bingung,
“Ada juga permainan rumit semacam itu ya?”
“Sebenarnya tidak rumit, banyak sekali permainan semasa kecilku, seperti dor-doran, lowok, umbul, dan unclang , tetapi semakin berkembangnya jaman, permainan itu hampir punah”
“Sebenarnya perlu di lestarikan” kata dole.
“Kalau aku ingat-ingat kampung, rasanya jadi ingin makan lamon, manggleng dan cengkaruk.” Ucapku.
“Apa itu cengkaruk? . tanya dole penuh heran.
“Cengkaruk dibuat dari nasi basi yang dikeringkan menjadi nasi aking (Sega king), kemudian digoreng hingga kering dan diberi bumbu.” Aku memberi penjelasan.
Dole hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. Sesaat kemudian ia teringat akan tujuan utamanya. Dia mengeluarkan buku kecilnya, kemudian mencoret-coretnya. Wajahnya sempat kusut, tetapi tak lama kemudian senyumnya mengembang, pertanda ia mendapat sesuatu.
“Sekarang tanggal berapa gling?”
“Emm.., 25”
“Bahaya, kita harus ke tempat kerja pak carmadi sekarang”
Waktu menunjukan pukul 13.00, perjalanan menuju perusahan raksasa itu butuh waktu sekitar 2 jam, itu jika lancar, jika terjadi kemacetan maka akan lebih dari itu. Tepat sekali, jalanan macet, dan akhirnya kami sampai di depan perusahaan berseragam putih coklat itu pukul 15.45, itu artinya 15 menit lagi karyawan akan pulang, khususnya karyawan non sift, tidak untuk karyawan yang kena sift, apalagi welding, minimal 19.30 + loyalitas, itu kata dole.
Dole mengajakku mengunggu pak carmadi di pertigaan menuju parkiran, waktu menunjukan pukul 16.15, ada beberapa karyawan yang berlalu lalang. Pak carmadi terlihat keluar gerbang sambil mengerutkan dahinya gosong, ia berjalan menuju ke arah kami, tiba-tiba dole berlari menuju arah pak carmadi. Tepat saat seorang pengemis berdiri di depan pak carmadi, dole menghardik pengemis itu hingga roboh. Dari tangan pengemis itu terlepas sebuah pisau besar.
Kemudian aku berlari, berusaha membantu dole. Namun dengan beberapa gerakan dari dole, pengemis itu tak berdaya. Perkelahian itu ternyata mencuri perhatian beberapa pejalan kaki, dan beberapa scurity.
“Siapa dia tuan dole?” tanya pak carmadi dengan nafas terengah-engah.
“Mungkin anda mengenal orang ini, jika saya teliti tentang kejadian aneh yang menimpa anda pak jufty, sebenarnya sangat sederhna, anda mendapat kiriman amplop gelap berisi uang setiap tanggal 25, setelah saya teliti hubungan antara anda dengan tanggal 25 ternyata bukan tanggal nikah, cerai atau kejadian penting lainya, yang tersisa hanyalah tanggal penggajian anda, jika benar uang yang di kirim pada anda itu adalah sebuah gaji, maka itu adalah gaji dari perusahaan berseragam putih coklat, karena jumlahnya sekitar 3 jutaan, tidak sampai 4 juta. Maka mungkin saja pelakunya adalah karyawan perusahaan itu, hal ini di kuatkan dengan adanya kiriman buah, kita tidak perlu menghitung jumlah buah itu, jika kita teliti, setiap makan siang di perusahaan tentu saja ada buahnya, tetapi jika buah yang paling sering adalah buah pisang, tentu tidak ada perusahaan lain, selain perusahaan berseragam putih coklat itu, karena pada waktu overtime melewati pukul 18.00 akan mendapat nasi padang + buah pisang, makanya jumlah buah pisang yang di kirim ke anda mencapai ratusan lebih”
“Lalu apa hubungannya dengan orang ini?” tanya pak carmadi.
“Anda masih ingat kejadian pada tanggal 25 january, yaitu terjadinya fatal accident di welding, ketika seorang maintenance masuk ke ruang robot untuk teaching, tetapi tiba-tiba robot itu jalan dan menyabet kaki maintenance itu hingga akhirnya harus di amputasi?” kata dole.
“Oh si samsul yang lupa memasang log out tag out itu” kata pak carmadi.
“Tidak, saya tidak lupa memasang log out tag out, ada seseorang yang telah membuka log out tag out dan memasang safety plug lalu mengoperasikan robot tanpa mengechek area robot terlebih dahulu, yaitu kau carmadi alias hanoman obong bin buto cakil” kata pengemis itu.
Pak carmadi melihat ke arah pengemis itu,
“Kau samsul?, jadi kau yang selama ini mengirimkan amplop gelap itu?” celoteh pak carmadi.
“Jangan salah paham sul, yang me-reset plc hasan bukan saya, lagi pula gembok log out tag out milikmu tidak di temukan…” lanjutnya.
“Memang yang me-reset hasan, tetapi setelah aku lihat di tombol ready auto ada cat merah yang masih baru, jadi yang pertama menekan tombol itu dan melepas log out tag out itu bukan hasan, aku sangat kaget karena pada jari anda saat itu terdapat cat yang sama, meki sudah dibersihkan, tetapi masih tersisa di sela-sela kuku anda. Akhirnya aku di keluarkan dari perusahaan, karena di anggap lalai. Hingga akhirnya keluar, aku tidak menemukan gembok itu, aku putus asa dengan kondisi cacat tak berdaya, tak ada perusahaan yang menerimaku bekerja, akhirnya aku memutuskan merubah penampilanku dan menjadi pengemis di sini, dan aku sangat kaget ketika anda membuang sesuatu di tempat sampah itu, anda berkata selamat tinggal gembok keberuntungan sambil tersenyum lebar, setelah anda pergi , aku memungut benda itu yang tak lain adalah gembok log out tag out milikku, hingga akhirnya aku menyusun rencana ini, kau harus membayarnya, semua gajiku sudah aku kirimkan padamu, sekarang saatnya kau harus memotong kakimu ha…ha…ha….” Teriak samsul.
Pak carmadi nampak pucat dan gemetar, dia ingin lari, tapi tak kuasa,
“Ternyata dugaanku benar, jika 7000 karyawan perusahaan ini separuhnya memberi 1000 rupiah pada seorang pengemis, maka pengemis itu mendapat Rp 3.500.000,- tiap harinya, sangat mudah untuk mengirimkan 3 jutaan tiap bulan, lagi pula aku langsung menyadari kaki palsu anda” kata dole.
“Tapi saya yakin anda orang baik, tetapi apa yang anda lakukan sudah keliru” lanjut dole.
“Siapa yang lebih keliru, jika ingin naik jabatan tetapi mengorbankan orang lain dengan permainan tidak sehat?” samsul memelototi pak carmadi penuh emosi.
Polisi akhirnya datang, inspektur bernama mulyadi di dadanya, mencoba mengorek beberapa keterangan.
Dole kemudian merapihkan bajunya dan berkata:
“Lebih baik jadi orang penting, tetapi lebih penting jadi orang baik”
Aku dan dole beranjak dari tempat itu, dari belakang inspektur dengan sedikit malu berterima kasih kepada dole dan menanyakan kasus yang belum selesai ia tangani.
“Kasus apa itu?”
“Di daerah koja kemarin ditemukan pekerja penggali sumur tewas tenggelam”
“Penggali sumur pompa maksud anda?”
“Anda sangat jenius tuan dole. Saya sangat menyesal bertanya pada anda”
“Sebentar inspektur, maafkan saya, saya Cuma bercanda, anda tahu identitas penggali sumur yang tewas itu”
“korban bernama Asep, umur 35 tahun asal dari karawang”
“Pemilik rumah?”
“Pemilik rumah bernama jali, dia asli orang koja”
“Jam berapa kejadiannya?”
“Sekitar jam dua belas”
“Jadi jelas, pak inspektur”
“Jelas apanya”
“Miss comunication”
“Maksud anda”
“Jali adalah orang betawi, dia bermaksud menyuruh asep istirahat karena sudah tengah hari, kemudian asep meminta di bawakan tangga, dalam bahasa sunda tangga adalah TARAJE, jadi tiap jali menyuruh istirahat asep menjawab taraje, jali mengira kalau taraje itu entar aje, jadi jali membiarkan asep terus disumur hingga air sumur menenggelamkanya” dole mengakhiri analisanya.
“Sungguh menajubkan analisa anda, kuharap anda bersedia membantu kami suatu saat kalau kami menemui jalan buntu dalam menangani kasus.
“Hmmm…” dole hanya tersenyum.
Pak inspektur berpamitan sambil menjabat tangan dole. Tetapi kemudian inspektur merasa ada yang aneh. Kemudian mencium tangannya.
“Bau apa ini?, ih…tahi ayam”
Dole pura-pura tidak tahu, ia menghampiri pak jufty dan berbincang-bincang, entah apa itu.
Aku dan dole berjalan menjauh dari lokasi, kini kami berada di warung kopi, dole menajaku untuk menjernihkan pikiran, setelah ini kita lanjutkan pemasangan pagar, kata dole tadi. Tiba-tiba dari samping kami nampak Orang tua berkaos coklat muda, tanpa menghiraukan kami dia langsung memesan kopi.
“Bu, Kopi panas campur Es” katanya.
Aku tercengang mendengar kata-katanya, tetapi Ibu warung tidak kelihatan kaget, mungkin sudah jadi kebiasaan orang itu memesan minuman tersebut. Kulihat orang tua itu mengeluarkan rokok dari bungkusnya kemudian langsung mengunyah rokok itu. Aku makin begidik, kulihat dole sedang mengamati Orang tua itu, akhirnya dole membuka mulut.
“Apakah anda karyawan perusahaan yang berbaju putih coklat?”
“Dari mana anda tahu?, saya sudah pensiun 1 tahun lalu”
“Anda Orang Weldig?”
“Bahkan anda tahu sejauh itu, Dari mana anda tahu?”
“Di lihat dari tingkah anda, anda suka kopi, tetapi anda tidak punya banyak waktu, jadi anda menaruh kopi panas itu pake es, dan anda juga tidak sempat merokok jadi anda memakannya, mungkin karena anda bekerja pada perusahaan yang pelit waktu istirahatnya, di daerah sini hanya pabrik raksasa yang berbaju putih coklat itu yang memberikan waktu break pertamanya hanya 5 menit, Dan anda jelas orang welding , karena anda tidak tahu budaya antri” dole mengakhiri analisanya.
Orang tua itu hanya mengangguk-anggukan kepala sambil meneteskan air mata.
Dole tak mempedulikanya, kemudian dole menatap Ibu warung yang sedang Hamil tua. Dole menatapi foto-foto yang di pasang diwarung itu, kemudian menatap piala di atas lemari.
“Maaf bu, kalau saya boleh tau foto-foto siapa yang ada disini bu?”
“Oh ini semua anak saya, yang perempuan anak saya yang pertama dan yang laki-laki ini anak saya yang kedua”
“Anak ibu Cuma dua?”
“Sebenarnya anak saya ada tiga, empat ama yang masih di perut, anak ketiga saya tidak ada dalam foto-foto yang ada disini”
“Apakah Anak anda yang masih anda kandung itu akan anda beri nama Panen?”
Ibu warung sangat kaget, mata elangnya menatap dole penuh antusias.
“Kenapa anda mengetahuinya?”
“Anak pertama anda adalah perempuan yang memakai seragam SMU itu, di dada kirinya tertempel nama yang singkat WIJI, dan foto yang memakai kaos bola bernama BIBIT itu adalah anak anda yang kedua, piala di atas lemari dengan sertifikat bernama SUBUR itu mungkin milik anak anda yang ketiga, karena lomba panjat pohon semangka tingkat SD baru diadakan kemarin, Jika kita urutkan nama anak-anak anda WIJI, BIBIT, SUBUR, maka yang selanjutnya adalah PANEN” dole sangat optimis dengan analisanya.
“Anda sangat cerdas, tapi sekarang saya berniat mengganti nama anak saya ini setelah kedatangan anda”
“Siapa sekarang namanya?”
“WERENG”
“Walang Sangit kelihatanya lebih cocok” Sahutku.
Ibu warung menatap ke arahku dengan nafas tak terkontrol penuh emosi. Dole membuka mulut baunya.
“jangan jadikan anak anda sebagai korban”
“tidak-tidak, saya Cuma bercanda”
Dole hanya nyengir kecut . Ibu warung tertawa renyah.
Aku dan dole beranjak dari warung itu setelah menikmati makan siang kami. Setelah menyelesaikan pekerjaan, kami pulang.
Di pagi hari betul aku sudah berada di bengkel, dole menghampiriku.
“Kau sudah sarapan teman?”
“Belum, kau?”
“Aku juga belum, bagaimana kalau kita sarapan nasi uduk?”
“Aku Ikut saja”
Aku berjalan mengikuti dole, tak lama setibanya di pertigaan kami berhenti. Dole melontarkan pertanyaan aneh padaku,
“Kau bisa menebak berapa pertanyaan yang akan dilontarkan padaku oleh penjual nasi uduk itu Gling?”
Aku berpikir sejenak tentang pertanyaan dole, dalam pikiranku penjual nasi uduk itu pasti akan menanyakan Beli apa?, Berapa?, jadi ada dua pertanyaan.
“Dua” Jawabku.
“Kau masih saja berpikir pendek, Dia akan mengajukan 6 pertanyaan, kau pegang buku kecil dan bolpoint ini, tulis pertanyaan2 dari penjual nasi uduk itu” dole berkata sambil memberikan buku saku dan pulpennya.
Kami mendekat ke arah penjual nasi uduk itu, penjual itu menatap kami kemudian tersenyum pada dole, kemudian mulai bertanya, aku menulis pertanyaan2 penjual nasi uduk itu sesuai perintah dole.
“Nasi apa lontong?”
“Nasi”
“Bungkus apa makan sini?”
“Bungkus”
“Pakai telor apa gorengan?”
“Gorengan”
“Ba’wan apa tempe?”
“tempe”
“Tempe tepung apa biasa?”
“Tepung”
“Bungkus satu apaa dua?”
“Dua”
Penjual nasi uduk itu mengakhiri pertanyaanya, aku mengecheck lagi catatan pertanyaan penjual nasi uduk itu. Dole terlihat sangat optimis dengan tebakanya.

Memang tepat apa yang dikatakan dole, tapi aku yakin karena dole langganan, jadi dia hapal betul pertanyaan apa yang akan di lontarkan oleh penjual nasi uduk itu.
Di pagi berikutnya giliranku bertanya pada dole,
“Kali ini berapa pertanyaan yang akan di lontarkan penjual nasi uduk le?”
Dole menatap uang yang aku pegang, uang seratus ribuan berwarna merah ini ternyata menjadi pusat perhatiannya.
“ Dua “ jawab dole Singkat.
Seperti biasa dole menyiap kan alat tulis, aku siap mencatat, penjual itu mulai bertanya
“Nasi apa lontong?”
“Biasa pak” jawab dole.
Penjual itu tidak lagi bertanya, setelah menganggukan kepala diapun membungkus nasi. Aku membayar nasi itu, penjual nasi itu kaget melihat uang ratusan ribu itu,
“Nggak ada uang pas mas?” penjual nasi itu sekali lagi bertanya.
Aku menggelengkan kepala, penjual nasi itu akhirnya memberikan kembalian juga.
Aku hanya geleng2 kepala, kulihat catatanku.






Tepat dua pertanyaan, Dole benar-benar membuatku Stress.


Su!