dari pembaca

dari pembaca
Amazing!! Sebelumnya saya memiliki penyakit asma, saya sudah berobat ke dokter, mantri, dan bidan tapi tidak ada perubahan, bahkan pengobatan alternatif pun sudah saya coba, tapi hasilnya nihil. Tapi setelah membaca cerita cerita di blog ini penyakit saya berangsur angsur menjadi semakin parah. wasman (Dosen ITB/institute tambal ban).

Sebelumnya saya tidak suka membaca novel, cerpen dan semacamnya. Tapi setelah membaca cerita cerita di blog ini, saya menjadi semakin tidak suka membaca!!! (Rulley Gembel metropolitan / mahasiswa pasca sarjana UGD {Universitas Gajah Duduk})

cerita populer

Rabu, 06 April 2011

CINTAKU KANDAS DI JEMBATAN BADAMI (RESENSI FILM)


CINTAKU KANDAS DI JEMBATAN BADAMI(RESENSI FILM) 
Doni bekerja di salah satu perusahaan pembuatan mobil terbesar di kawasan KKIC Karawang. Dia baru dua bulan bekerja di perusahaan itu. Hari harinya dilalui begitu hampa dan monoton. Maklum saja dia baru pertama kali pergi merantau. Semua saudaranya berada di kebumen jawa tengah. Sementara teman teman sekampungnya mendapatkan pekerjaan di daerah Cikarang. Sehingga dia jarang bertemu dengan teman temannya. Paling paling kalau libur sesekali doni main ke Cikarang. Itupun kalau tidak lembur. Setiap hari doni berangkat kerja dengan naik ojek dari jembatan badami sampai ke depan pabrik. Dengan uang lima ribu doni sudah diantarkan sampai tempat kerjannya. Menyedihkan memang, bekerja di sebuah pabrik raksasa tapi berangkat kerja naik ojek. Tapi doni mensyukuri dengan keadaannya saat ini. Karena menurutnya masih banyak orang yang tidak seberuntung dia. Doni bekerja dibagian logistic external. Sebuah bagian yang menangani datangnya part part dari vendor. Bekerja dibagian logistic membuatnya dituntut untuk bisa mengendarai berbagai macam kendaraan seperti forklift, towing, dan lainnya. Selama dua bulan dia sudah bisa mengoperasikan forklift dan towing.
Suatu ketika saat berangkat kerja doni melihat seorang wanita cantik sedang menunggu bus jemputan karyawan bersama teman temannya. Dilihat dari seragam lorek biru putih yang dipakai wanita itu doni bisa tahu kalau wanita itu bekerja di perusahaan perakitan sepeda motor yang lumayan terkenal di karawang. Wanita itu begitu anggun, kalem dan berkulit putih. Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, rambutnya lurus sebahu. Doni terus memandangi wanita itu, hingga bus jemputan berwarna putih pergi bersama wanita itu. Tak lama tukang ojek langgannan doni datang. Dengan penuh semangat doni menyuruh pak cokro nama tukang ojek itu, untuk mengejar bus jembutan yang dinaiki wanita itu. Tidak sampai sepuluh menit bus jemputan itu sudah didepan mata doni. Dia melihat wanita itu duduk di bangku nomor dua dari belakang dan di dekat kaca jendela sebelah kiri. Lagi lagi doni memandangi wajah wanita itu. Hampir hampir doni tidak berkedip melihat keanggunan wajah wanita itu. ”Seperti bidadari” ucap doni dalam hati. Bus jemputan terjebak macet. Motor yang dinaiki doni tepat berada di samping bus jemputan, tepat di bawah kaca dimana wanita itu duduk. Sepertinya wanita itu membuat doni mabuk, dia selalu memandangi wajah wanita itu. Di manapun posisi dia berada. Jika bus jemputan berada di sampingnya dia akan menoleh ke samping, jika bus itu berada dibelakangnya dia akan menoleh ke belakang, begitu juga saat dia tepat dibawah wanita itu, dia selalu melihat ke atas.
“Kunaon A ningali ka luhur wae?” Tanya pak cokro pada doni. ”Oh, nggak pak, mata saya kelilipan” jawab doni enteng. Bus jemputan membelok ke kiri di pertigaan depan pom bensin yang baru di bangun, Sementara motor yang dinaiki doni lurus menuju tempat kerjanya yang terletak diujung jalan. Tapi lagi lagi doni menoleh ke belakang sampai bus jemputan itu lenyap dari penglihatannya.
Tak terasa waktu sudah menunjukan jam empat sore. Bel tanda pulang berbunyi. Doni pulang karena tidak ada lemburan. Pikirannya selalu terbayang wanita yang baru dia temui tadi pagi di jembatan badami. Pak cokro sudah menunggu di samping warung nasi bebek dekat pabrik rokok raksasa. Tanpa kompromi doni langsung naik ke motor Pak cokro dan gas langsung ditancap oleh pak cokro. Sampai di pertigaan depan pom bensin mata doni tertuju ke arah utara, ke sebuah pabrik besar tempat dimana seseorang yang dia jumpai bekerja disitu. Wanita anggun, kalem dan berkulit putih yang dia temui tadi pagi di jembatan badami. Jam 4 seperempat doni sudah sampai di jembatan badami. Dia turun dari motor Pak cokro, dan membayar ongkos ojek.
Tak seperti biasanya doni tidak langsung pulang menuju ke kontrakan tapi dia duduk di warung kecil di samping tangga tempat orang orang menunggu bus kota. Doni begitu gelisah. Ada semacam perasaan yang disembunyikannya, matanya sesekali menoleh kearah jam yang ada di warung kecil itu. Jari jarinya menggenggam botol minuman yang sudah tidak ada isinya karena sudah habis diminumnya. Rupanya doni sudah tidak sabar bertemu wanita itu. Doni tahu kalau jadwal pulang di tempat wanita itu bekerja adalah pukul setengah 5 sore. Berbeda setengah jam dengan tempat dia bekerja. Biasanya bus jemputan itu sampai di jembatan badami pukul 5 seperempat, karena start dari pabrik pukul 5. Itupun kalau tidak terjebak macet.
Bus jemputan yang ditunggu tunggu doni akhirnya datang, dia lihat satu persatu orang yang keluar dari bus. Sampai akhirnya seorang wanita anggun berkulit putih keluar dari bus jemputan berwarna putih itu. Mata doni tertuju kearah wanita itu. Tatapannya kosong. Mulutnya terlihat tersenyum sendiri tanpa dikomando. Doni begitu bahagia. Penjaga warung heran melihat tingkah doni. Mentari mulai tenggelam di ufuk barat. Doni berjalan pulang menuju kontrakannya. Tak sampai 5 menit dia sudah sampai di sebuah rumah cukup besar berwarna biru, di garasi rumah biru itu ada sebuah mobil sedan mewah. Rumah itu milik pak cikri saudara pak cokro. Tepat di belakang rumah itu adalah kontrakan yang ditinggali doni. Sebuah kontrakan berukuran 3 x 4 meter yang hanya berisi kipas angin butut dan sebuah dispenser. Sesampai di kontrakan doni langsung mandi dan mengambil air untuk berwudhu. Selesai sholat Maghrib doni berdoa dengan khusuk. Dalam doa doanya doni berdoa”ya Allah, jika dia memang jodohku maka dekatkanlah aku dengannya, dan jika memang benar dia bukan jodohku maka jauhkanlah aku darinya. Dan berilah aku kebisaan untuk menghilangkan dia dari pikiranku yang selalu teringat oleh keanggunannya”. Tiba tiba doni teringat dengan tetangga kontrakannya yang tepat di sebelah kontrakan doni, yaitu Rimbo. Seragam kerja rimbo berwarna lorek biru putih seperti wanita yang dijumpai doni.doni bermaksud menanyakan soal wanita itu kepada rimbo. Kebetulan rimbo sedang duduk di beranda bersama temannya.
“Mbo, kamu kerja di perusahaan perakitan sepeda motor ya?” Tanya doni.
“Oh bukan don, aku di bagian sparepartnya. Memangnya kenapa?” Rimbo agak heran mendengar pertanyaan doni.
“Kok seragam kamu seperti karyawan perusahaan perakitan sepeda motor yang bus jemputannya berwarna putih itu?” Tanya doni lagi.
“Oh, memang mirip sih, tapi garis garis seragam ini lebih kecil dibanding seragam perusahaan perakitan sepeda motor itu” Terang rimbo.
“Loh, terus itu seragam yang ada di jemuran seragam siapa?” tangan doni menunjuk ke tempat jemuran baju.
“Oh, itu seragam milik romi, dia memang bekerja di perusahaan perakitan sepeda motor”.
Sekarang doni baru ingat kalau romi juga bekerja di tempat wanita itu bekerja. Romi adalah tetangga kontrakan doni yang tinggal tepat di ujung kontrakan pak cikri. Tanpa pikir panjang doni langsung menuju ke kontrakan romi. Begitu pintu di ketuk, romi langsung keluar dari kontrakannya. Dengan malu malu doni menanyakan tentang wanita yang di temuinya. Setelah di beri tahu ciri ciri wanita itu oleh doni, romi langsung tersenyum dan berkata pada doni bahwa dia mengenalnya. Wanita itu bernama nila. Dia bekerja satu line dengan romi. Ketika romi ditanya apakah nila sudah punya kekasih atau belum romi hanya menggelengkan kepala. Doni berterima kasih pada romi lalu pamit pulang ke kontrakannya. Hatinya terus menyebut nila sampai dia masuk ke kontrakannya.
Doni merebahkan badannya di atas kain sarung yang dilentangkannya, kepalanya diletakan di atas tumpukan baju yang belum disetrika, kedua tangannya di letakkan di belakang kepalanya. Matanya terus menerawang ke arah langit langit kontrakan, tatapannya kosong, bibirnya sesekali berucap nila, nila, nama yang indah seindah paras wajahnya. Hingga doni terlelap.
Pukul satu malam doni terbangun dari tidurnya, keringat membasahi tubuhnya yang kurus. Doni heran kenapa tiba tiba ruangan menjadi terasa panas. Akhirnya dia sadar kalau kipas anginnya yang butut tak berputar lagi. Doni mengambil air untuk wudhu dan melaksanakan shalat tahajud. Dalam doanya doni berdoa agar cintanya menjadi kenyataan. Selesai shalat doni kembali tidur. Jendela dibiarkan terbuka sedikit agar udara bisa masuk dan ruangan tidak panas.
Di pagi hari doni melakukan aktifitas seperti biasa, setelah sarapan nasi uduk dibawah jembatan badami doni siap untuk membanting tulang di tempat kerjanya. Sambil menunggu pak cokro datang doni makan gorengan di warung kecil langganannya. Doni dikejutkan dengan kedatangan romi, romi tersenyum pada doni, alisnya naik turun dua kali lalu matanya melirik ke kanan. Doni heran dengan kelakuan romi lalu dia menoleh ke sebelah kanan. Tiba tiba doni meloncat dari tempat duduknya, gorengan yang dia pegang jatuh ke sepatu romi. Keringat dingin keluar dari kening doni. Untuk menelan gorengan yang telah dikunyahpun terasa sulit. Tepat di sebelah kanan doni duduk seorang wanita anggun berkulit putih, ya dialah nila. Doni kaget setengah mati setelah dia sadar wanita yang di sampingnya adalah nila. Belum sempat dia menyapa nila, bus jemputan berwarna putih datang. Romi dan nila masuk ke dalam bus. Lalu bus itu pergi bersama tertelannya gorengan yang dikunyah doni. Berulang kali doni menelan ludah. Tak lama kemudia datang pak cokro, ojek langganan doni. Setelah membayar gorengan tanpa kompromi dia langsung duduk dibelakang pak cokro. Pak cokro disuruh menambah kecepatan motornya. Tepat di jembatan tol bus jemputan karyawan yang dinaiki nila tersalip oleh doni. Lalu doni menyuruh pak cokro mengatur kecepatan. Kini doni bisa melihat wajah nila yang sedang duduk di bangku nomor dua dari belakang dekat kaca sebelah kiri. Tanpa berkedip doni memandangi wajah nila. Melihat tingkah doni yang mencurigakan yang terlihat dari kaca spion motornya pak cokropun penasaran, pak cokro ikut menoleh ke atas seperti doni. Tiba tiba bus mengerem dengan mendadak, Pak cokro masih melihat ke atas, doni melihat di depan ada polisi tidur yang cukup tinggi. Belum sempat doni memberi tahu pak cokro, motor yang dinaiki doni terpelanting karena menabrak polisi tidur. Motor doni terseret 7 meter dari polisi tidur dan masuk ke semak semak dekat parit kecil. Dalam posisi terbaring doni melihat bus jemputan berwarna putih melintas semua orang yang ada di dalamnya melihat tertuju ke doni dan pak cokro. Darah mewarnai celana abu abu milik doni. Seketika jalan menjadi macet, romi turun dari bus jemputan, melihat kedatangan romi, doni berdiri dan mengacungkan jempol kanannya menandakan bahwa dirinya baik baik saja. Akhirnya romi kembali masuk ke dalam bus, lalu bus itu melaju kencang. Pak cokro terlihat kesakitan karena telapak tangannya tergores batu batu kecil. Karena keadaan tangan pak cokro lumayan parah akhirnya doni mengantarkan pak cokro ke klinik di badami. Pak cokro menyuruh doni agar motornya di bawa doni untuk bekerja.doni tidak mau, tapi pak cokro sedikit memaksa. Mungkin pak cokro merasa tidak enak karena telah ceroboh menabrak polisi tidur tanpa mengerem motornya. Akhirnya doni kembali menuju kawasan dengan menaiki motor keluaran tahun delapan puluh itu. Sesampai di pabrik tepat pukul tujuh kurang satu menit. Doni pergi ke toilet untuk membersihkan noda darah di celananya, lalu dia bekerja seperti biasanya. Meski kaki pincang dia tetap semangat bekerja. Pulang kerja doni nongkrong dulu di samping warung nasi bebek. Menunggu waktu para karyawan tempat nila bekerja pulang. Waktu menunjukan pukul 5 sore, doni menuju pom bensin yang baru selesai dibangun. Dari situ dia bisa melihat dengan jelas pabrik besar di mana para karyawannya memakai seragam lorek biru putih. Doni sangat gelisah karena bus jemputan yang dia tunggu tak kunjung keluar. Yang dia lihat hanya satu dua orang yang pulang menggunakan sepeda motor. Doni tidak tahu kalau para karyawan perusahaaan itu lembur satu jam. Bus jemputan yang biasa keluar dari dalam pabrik jam 5 menjadi keluar pukul enam sore. Dalam kegelisahan doni terus memandangi pabrik besar bercat putih itu. Hingga adzan Maghrib berkumandang terdengar di telinga doni. Doni setengah putus asa. Lalu dia melaksanakan shalat Maghrib di pom bensin itu. Saat doni sedang melaksanakan shalat, bus jemputan karyawan yang dia tunggu tunggu dari jam 4 sore akhirnya keluar. Ratusan bus bersama ribuan karyawan keluar dari pabrik bercat putih itu. Sementara doni masih khusuk dengan doa doanya. Selesai berdoa doni kaget saat dia melihat bus yang keluar dari parkiran pabrik adalah bus terakhir, itupun bus jurusan gempol, bukan bus yang biasa dinaiki oleh nila. Menyadari hal itu doni langsung menancap gas motor. Satu persatu bus jemputan dia salip. Doni semakin bingung ketika melewati bundaran bus jemputan bertambah banyak bercampur dengan bus yang datang dari arah utara. Bus jemputan itu adalah bus jemputan yang jurusannya diluar Kota karawang. Doni melihat satu persatu bus jemputan yang melaju kencang itu. Dia semakin menancap gas motornya, di tikungan San Diego hills doni melihat bus karyawan yang biasa dinaiki nila. Doni semakin menancap gas motor yang dia naiki. Helm pak cokro yang dia ikat di jok belakang jatuh. Doni menyadarinya tapi tidak menghiraukannya. Bus yang dinaiki nila melaju semakin kencang ketika melewati terowongan jalan tol. Di polisi tidur tempat dia jatuh akhirnya doni bisa berada tepat di belakang bus itu. Kini doni bisa tersenyum karena bisa melihat nila dengan jelas. Sedang duduk manis di bangku seperti biasa. Telingany a yang lentik terselip handsfree warna pink. Rona wajahnya begitu teduh. Bibirnya yang tipis terlihat seperti tersenyum walaupun tidak sedang tersenyum. Sopir bus karyawan sadar dengan keberadaan doni yang terlihat dari kaca spion bus. Sopir itu tahu kalau doni adalah orang tadi pagi jatuh bersama tukang ojeknya. Walau keadaan gelap tapi muka doni bisa terlihat jelas karena terkena lampu belakang bus. Sopir bus karyawan langsung tancap gas karena tidak mau ambil resiko jika doni terjatuh lagi. Bus melaju begitu kencang, doni tak mampu mengejarnya. Di perempatan sedana golf bus terjebak macet, mengetahui hal itu doni menjadi semangat kembali memacu sepeda motornya. Belum sampai doni di perempatan, bus sudah lolos dari kemacetan. Kini giliran doni yang terjebak macet. Terus berusaha memacu sepeda motornya melalui sela sela bus bus karyawan dan container. Akhirnya doni bisa lolos dari kemacetan. Sampai di jembatan badami doni mendapati para karyawan sudah mulai turun dari bus berwarna putih itu. Lagi lagi mulut doni tersenyum tanpa di komando. Melihat sang bidadarinya keluar dari dalam bus. Doni teringat pesan dari kakeknya”jika pohon banyak cabangnya pasti banyak burung yang hinggap, begitu juga jika hati kamu bercabang niscaya kamu tidak bisa singgah di satu hati”. Mulai saat itu doni berusaha menjadi orang yang setia, dia berjanji pada diri sendiri bahwa dia tidak akan menyia nyiakan nila, apabila dia mau menjadi kekasih hatinya. Doni di klakson oleh bus Kota yang berada tepat dibelakangnya. Jalan menjadi macet karena doni berhenti di tengah jalan. Doni mencoba menghidupkan motornya tapi motor itu tak mau hidup. Kemacetan sudah mencapai pintu keluar tol karawang barat. Doni hanya bisa menggelengkan kepala saat membuka tangki bensin. Setelah dia goyang goyang motor itu ternyata tidak ada bunyi bensin di dalam tangki. Tangki itu kosong tanpa bahan bakar. Akhirnya doni mendorong motor tahun delapan puluh itu diiringi suara klakson dan cemooh para kenek bus Kota. Setelah sampai di bawah jembatan doni bisa membeli bensin eceran. Dari kegelapan terlihat nila bersama temannya berjalan pulang menuju arah loji. Kebetulan doni mau mengembalikan motor Pak cokro. Rumah Pak cokro satu arah dengan rumah nila. Belum sempat doni menawari nila untuk memboncengnya, nila bersama temannya telah belok ke kanan masuk ke gang dekat warung pecel lele. Doni hanya bisa menelan ludah. Sampai di rumah Pak cokro doni curhat kepada pak cokro. Dia mengutarakan niatnya untuk keluar kerja dari perusahaan sekarang dan akan mencoba melamar di perusahaan di mana nila bekerja. Rupanya doni benar benar sudah tergila gila oleh nila. Pak cokro sempat merukiyah doni barangkali dia terkena pelet.tapi setelah dirukiyah doni malah semakin semangat untuk pindah pekerjaan. Pak cokro memegang pundak doni. ”Saya juga pernah mengalami hal seperti kamu waktu masih muda don, dulu saya bekerja satu perusahaan dengan Pak cikri. Bekerja di pabrik pemroduksi ban di surya cipta, saat itu saya masih karyawan kontrak seperti kamu. Tapi saya sudah dipromosikan atasan saya untuk jadi karyawan permanen. Tapi gara gara wanita semua itu tidak saya hiraukan. Saya malah nekat mengundurkan diri dan masuk perusahaan pembuat karburator di cibitung, yaitu perusahaan di mana wanita yang saya cintai bekerja. Memang rasanya senang bekerja satu perusahaan dengan kekasih hati. Tapi kesenangan itu bagi saya sangatlah sebentar. Kontrak kerja saya tidak diperpanjang karena tidak ada kuota di tempat kerja saya yang baru. Pikiran saya sangat galau saat itu. Umur saya sudah mentok. Tidak memungkinkan untuk bekerja lagi di PT nah sekarang kamu bisa lihat sendiri kan, Pak cikri sudah menjadi assistant manager sementara saya, sementara saya don, hanya menjadi tukang ojek. Hanya gara gara wanita”pak cokro menarawang ke atas dan matanya meneteskan air mata.
“Sudah lah pak, jangan ngungkit ngungkit masa lalu, bapak dulu kan tidak diperpanjang gara gara tertangkap scuriti membawa lima karburator untuk di jual ke bengkel sebelah kontrakan”istri pak cokro keluar dari ruang tengah.
“Tapi duit hasil curian itu niat saya untuk membelikan kamu kalung sebagai hadiah ulang tahun kamu bu. Bukankah kamu dulu pernah minta di belikan kalung yang ada nama kita berdua? Apakah salah jika dikatakan semua itu gara gara wanita?!”Pak cokro bicara sambil mengusap air matanya. Doni bingung dengan keadaan ini. Dia hanya bisa diam dan tertunduk mendengarkan kata kata pak cokro dan bu cokro.
“Tapi tidak harus dengan cara seperti itu pak ….”Bu cokro kembali bicara.
“Ahhhh, diam kamu! Wanita memang cuma bikin sial!!!”Nada suara pak cokro semakin meninggi. Bu cokro masuk ke kamar sambil menangis. Melihat keadaan yang semakin tidak kondusif doni mohon diri untuk pulang ke kontrakannya. Setelah berterima kasih doni pulang meninggalkan rumah tua milik pak cokro. Sebuah rumah tua yang menerima dan menjual besi tua. Doni pulang dengan berjalan kaki. Kisah pak cokro menjadi pelajaran berharga bagi doni. Dia sudah mulai bisa melupakan wajah nila. Tapi ketika dia melewati sebuah gang dimana nila dan temannya masuk ke gang itu, pikiran doni kembali terpikir wajah nila yang begitu teduh. Dalam pikirannya hanya ada nila dan nila. Doni berhenti di gang itu dan membeli pecel lele. Rupanya perut doni begitu lapar, tidak sampai 5 menit pecel lele sudah habis di santapnya. Saat berjalan menuju pulang ke kontrakan doni terdiam, berfikir, dan tak menghiraukan yang di sekelilingnya. Diklakson dari dekatpun dia tidak mendengar. Dalam ketenangannya hati kecil doni berkata “buat apa aku memikirkan orang yang tidak memikirkanku, betapa bodohnya aku, bagaimana mungkin nila mencintai orang yang tidak dia kenal, dan apakah mungkin orang secantik dia belum mempunyai kekasih?”
Doni bertiak lalu melemparkan batu kecilsampai di kontrakan doni bertemu romi. Romi tersenyum dengan senyum khasnya.
“Bagaimana don tadi pagi? Wanita itu kan yang kau maksud?”Romi menyapa doni sambil tersenyum. Doni hanya menganggukan kepalanya.
“Aku tadi sempat ngobrol dengannya, aku bilang kau menitip salam untuknya. Hahahahaha”romi menepuk pundak doni.
“benarkah? Lalu apa jawabnya?” Doni begitu sumringah.
“Dia bilang Waalaikum salam, setelah itu aku tanyakan apakah dia mengenalmu, dia hanya menggelengkan kepala, tapi dia bilang sering melihat kamu di jembatan badami saat menunggu bus jemputan. Oh iya ngomong ngomong kaki kamu yang tadi berdarah sudah baikan?”Romi bicara sambil memperhatikan lutut doni.
Doni tidak menjawab pertanyaan romi. Dia hanya terdiam. Matanya berkaca kaca. Pikirannya yang tadinya kosong kini kembali terisi oleh bayangan nila. Mulutnya tersenyum sendiri tanpa di komando. Lalu berucap lirih”ternyata dia tahu aku walau tak mengenalku”.
Rimbo keluar dari kamarnya masih menggunakan seragam kerja.rimbo heran dengan keadaan doni yang tersenyum sendiri.lalu rimbo mendekati doni.
“Woi…woi….kenapa kamu don?”Rimbo bicara sambil mengibas ngibaskan telapak tangannya di depan mata doni yang tak berkedip.
“Astaghfirullah…oh nggak apa apa, aku masuk kontrakan dulu ya, belum mandi”Doni sadar dari lamunannya lalu masuk ke kontrakan.
“Kenapa dia?”Rimbo bertanya pada romi. ”Lagi jatuh cintrong dia”romi menjawab enteng. ”Beuh….jatuh sintrong ma siafa tuh? Wkwkwkwkwkwk”Rimbo tertawa mendengar jawaban romi.
“Sama si nila teman kerjaku”Jawab romi.
“Hahahahaha nila yang berkulit putih yang sering menunggu bus jemputan di jembatan itu? Anjrit, selera dia tinggi juga ya?..Hahaha. Pantesan kemaren dia nanya nanya soal pabrik perakitan sepeda motor. Ternyata si nila ya yang sedang dia selidiki, hahaha”Rimbo tak kuat menahan tertawanya.
“Cinta adalah misteri”Romi berkata dengan tenang.
“Cinta adalah anugrah”kali ini rimbo bicara dengan serius.
“Cinta adalah ketulusan”dengan antusias romi bicara.
“Cinta adalah pengorbanan”rimbo bicara dengan sangat menghayati.
“Cinta adalah jembatan. Karena di jembatan badamilah kutemukan cinta sejatiku. Cinta adalah jemputan karena di bus jemputanlah setiap hari kumelihat cinta sejatiku, yang terakhir cinta adalah jemuran sebab karena jemuranmu romi aku menjadi tahu kalau kau bekerja di tempat cinta sejatiku bekerja”Dengan hanya menggunakan handuk doni meletakan tangan kirinya berada di dadanya sementara tangan kanannya dilentangkan ke depan seperti orang sedang membaca puisi. Rimbo dan romi spontan tertawa melihat tingkah doni.lalu mereka masuk ke kontrakan masing masing untuk istirahat.
Doni kaget ketika melihat jam dindingnya menunjukan pukul tujuh kurang seperempat. Doni kesiangan karena lupa menyalakan alarm. Setelah mencuci mukanya doni langsung menggunakan seragam kerjanya. Pak cikri yang sedang duduk di depan rumahnya heran melihat penampilan doni yang acak acakan. Pak cikri melihat jam tangannya lalu menggelengkan kepalanya. Dia tahu doni bangun kesiangan, lalu dia menawarkan mobilnya yang tidak terpakai. Pak cikri tahu kalau doni bisa mennyetir mobil karena dia dulu pernah bercerita waktu masih duduk di bangku STM pernah ikut kursus mengemudi mobil. Apalagi doni bisa mengemudi forklift dan towing pasti dia lihai mengendarai mobil. Doni tidak mau dengan tawaran pak cikri karena tidak enak sudah sering membuat pak cikri repot. Tapi pak cikri memaksa karena kebetulan hari itu pak cikri sedang cuti tahunan sehingga mobilya tidak terpakai. Akhirnya doni mau membawa mobil sedan pak cikri yang agak lumayan mewah itu. Tidak disangka dan tidak diduga di jembatan badami doni melihat nila sedang kebingungan karena ketinggalan bus jemputan. Akhirnya doni memberanikan diri untuk menawari nila untuk ikut naik mobil yang dibawanya. Nila mau dan duduk di sebelah doni. Jalan di kawasan lumayan sepi karena hari itu adlah hari sabtu, sebagian perusahaan meliburkan karyawannya, sementara doni masuk karena ada change day dengan hari libur lebaran. Doni sangat bahagia bisa duduk di samping nila. Mulutnya tersenyum sendiri tanpa dikomando. Dengan malu malu mata doni melirik ke arah nila. Nila tersenyum dan membuang muka karena malu. Dengan penuh kelembutan tangan kiri doni memgang tangan nila yang begitu halus. Lalu mata mereka berdua saling bertatapan. Perlahan tapi pasti nila merebahkan tubuhnya lebih dekat di samping doni.doni sangat bahagia. Tubuhnya bergetar dan matanya merem melek. Lalu doni sadar kalau dia sedang mengemudi, dia menoleh ke Depan, doni kaget setengah mati setelah dia melihat ada seseorang pria paruh baya memakai seragam abu abu dan menggunakan helmet berbaret dua garis melintas di depannya. Pria itu adalah seseorang yang dia kenal. Ya, pria itu adalah pak darus leader atau atasan doni. Doni lalu menginjak rem dengan sekuat tenaga. Pak darus jatuh terpelanting dan terguling guling karena sangat kaget dengan kedatangan doni yang tiba tiba. Akhirnya doni berhenti setelah menabrak sebuah guide. Pandangan doni menjadi gelap kepalanya terasa begitu pusing. Doni mengelengkan kepalanya, pandangannya menjadi lebih jelas walaupun masih agak sedikit kabur. Dia melihat di sekitarnya.dia melihat kebelakang pak darus sedang mencoba berdiri.dia melihat ke samping dia melihat spanduk warna hijau bertuliskan utamakan safety dan kualitas. ”Seperti spanduk yang di dalam pabrik”ucap doni dalam hati. Lalu dia melihat ke depan yang dia lihat adalah box box kosong yang berserakan di samping garpu forklift yang terselip di guide safety. Rupanya doni melamun saat mengoperasikan forklift yang biasa dia bawa. Tidak ada nila di sampingnya. Yang ada hanyalah box kosong warna biru laut bertuliskan pt. Aisin. Seketika suasan menjadi ramai, para driver vendor dan beberapa atasan menghampiri doni. Doni lalu dibawa ke rest area. Tak lama kemudian ada seorang berseragam abu abu dengan mengenakan sebuah badge warna hijau di lengannya masuk ke Rest area. Rupanya kecerobohan doni tercium oleh orang safety patrol. Orang safety patrol meeting dengan beberapa atasan line yaitu empat orang leader, dua foreman dan seorang supervisor. Terjadi perbincangan yang serius antara beberapa atasan itu. Keadaan mulai memanas ketika pak darus berteriak”Ayo siapa takut?” lalu pak darus membanting helmetnya dan pergi meninggalkan rest area. ”Ini semua gara gara si botak wakino”pak darus berjalan sambil bergumam. Doni hanya menundukan kepalanya. Tak lama kemudian para atasan pergi meninggalkan rest area, tinggal ada doni dan pak wakino foreman doni. Terlihat di wajah pak wakino ada perasaan marah bercampur rasa kasihan. ”Kamu tenang aja don, semuanya baik baik saja”pak wakino menenangkan doni. Doni hanya menganggukan kepala. Kemudian pak rendra supervisor doni masuk rest area membawa beberapa lembar kertas bersama tiga orang leader. Lalu mereka duduk di depan doni. Doni mengangkat kepalanya. Dilihatnya kertas yang dibawa pak rendra terdapat tulisan Surat peringatan 2. Doni kaget bukan main ketika melihat tulisan itu. Surat peringatan atau yang lebih dikenal dengan nama SP adalah salah satu hal yang ditakuti oleh para karyawan. Apalagi kalau sampai SP2. Karena SP bisa berakibat pengurangan gaji dan tidak mendapatkan bonus akhir tahun bagi karyawan kontrak. Apalagi kontrak doni baru kontrak pertama jika dia terkena SP kemungkinan dia diperpanjang ke kontrak kedua menjadi sangat sulit. Belum lagi di tambah atasan doni yaitu leader dan foreman juga ikut terkena SP jika pelanggaran yang dilakukan doni berhubungan dengan safety. Apabila doni terkena SP2 otomatis atasan doni juga terkena SP1. Jika SP1 berlaku selama tiga bulan, SP berlaku selama enam bulan. Sekarang adalah bulan juli, 6 bulan ke depan adalah pembagian bonus, berarti jika benar doni terkena SP2 kemungkinan besar dia tidak mendapat bonus akhir tahun. Jelas beban moral dipikul oleh doni. Akhirnya pak rendra membuka pembicaraan.
“Sebelum dan sesudahnya saya minta maaf pada saudara doni jika perkataan saya nanti ada yang kurang berkenan di hati. Sebenarnya saya pribadi tidak menginginkan hal hal yang seperti ini terjadi. Atasan mana sih yang ingin melihat anak buahnya dinilai jelek oleh perusahaan. Tapi sekali lagi saya minta maaf pada kamu Don, saya hanya menjalankan peraturan yang sudah berjalan di perusahaan ini. Ada pepatah yang mengatakan dimana bumi di pijak di situ langit dijunjung, dimana kita bekerja di situ peraturan kita ikuti. Nah, ini ada surat dari management tolong kamu baca baik baik dan setelah itu kamu tanda tangani”Pak rendra menjelaskan panjang lebar. Lalu doni membaca kertas itu. Isi surat itu berisi pelanggaran yang dilakukan doni dan doni harus berkomitmen tidak akan mengulangi pelanggaran itu lagi.apabila dalam waktu kurang dari enam bulan doni melakukan pelanggaran yang sama atau pelanggaran lain yang berakibat sanksi SP. Maka doni akan mendapat sanksi SP3 atau PHK. Dengan sedikit terpaksa doni menandatangani surat itu.lalu pak rendra dan atasan lain berjabat tangan dengan doni. ”Tetap semangat ya don”pak rendra menepuk pundak doni lalu pergi meninggalkan ruangan. Kini di ruangan tinggal ada doni, pak darus, dan pak wakino.
“Jangan kamu jadikan ini sebagai pukulan sehingga kamu menjadi putus asa untuk berusaha, tapi jadikan ini sebagai pemicu semangat untuk bekerja lebih baik lagi. Kamu masih muda tidak perlu khawatir seandainya nanti kamu tidak diperpanjang kontrak di sini. Masih banyak perusahaan yang lebih baik dari sini. Tetap semangat”pak darus member semangat doni. Lalu doni di suruh bekerja seperti biasanya.doni bisa menerima semua itu. Karena doni memang merasa bersalah. Memang yang di bawa oleh forklift doni adalah emty box, atau box kosong. Tapi di salah satu box yang di bawa doni terdapat box yang masih terdapat part round out atau part sisa. Dan part tersebut NG akibat kecerobohan doni. Doni lalu di suruh tidak mengoperasikan forklift dulu. Dia ditempatkan di reciving hingga bel pulang berbunyi. Doni pulang dengan membonceng teman satu linenya tata. Kebetulan tata tinggal di gempol, jadi doni bisa ikut dengannya sampai jembatan badami. Tata tahu kalau doni sedang stress akibat kejadian tadi pagi. Lalu tata mengajak doni makan di restoran yang cukup asri suasananya. Di sampaing restoran itu terdapat danau buatan yang lumayan luas. Suasananya begitu tenang. Restoran berada di dalam kawasan tidak jauh dari tempat doni bekerja.
“Apa tidak salah ta kita masuk ke sini, sepertinya makanan di sini mahal”Doni bertanya pada tata.
“Satai aja don”tata mematikan motornya.
“Tapi sekarang baru tanggal dua puluh ta, uangku tinggal buat makan sampai gaji kita keluar tanggal dua puluh lima besok”Doni berkata dengan penuh ketakutan.
“Tenang aja nanti aku yang bayar semua”tata memang terkenal baik pada kawan satu linenya. Terutama ketika sahabatnya sedang ada masalah dia pasti selalu memberi semangat.
Sambil menyantap ikan bakar tata membuka pembicaraan. Matanya menatap serius ke muka doni. “Kau sedang ada masalah dengan wanita kan?”Tanya tata. Doni sangat kaget dengan pertanyaan tata. Padahal selama ini dia tidak pernah cerita pada teman satu perusahaan kalau dia sedang jatuh cinta pada seseorang.
“Dari mana kau tahu?” doni balik bertanya pada tata.
“Mungkin kamu tidak sadar, saat bekerja kau sering sekali melamun, kadang senyum sendiri, kadang tiba tiba cemberut, tatapanmu sering terlihat kosong. Padahal sebelumnya kau tak pernah seperti ini, Pak darus juga kemarin bertanya padaku, ada apa sebenarnya dengan kamu?” tata menjelaskan analisanya.
Doni menunudukan kepalanya, dia kelihatan malu mendengar kata kata Tata. Matanya berkaca kaca.
“Memang benar apa yang kau katakana. Aku sedang jatuh cinta pada seseorang”doni berkata sambil minum es jeruk.
“Siapa orangnya? Apakah wanita itu mengenalmu?”Tata penasaran.
“Dia bekerja di pabrik perakitan sepeda motor yang berada di dekat pom bensin itu, Dia tidak mengenalku, tapi dia tahu aku”.
“Apakah kau sudah mengungkapkan perasaanmu padanya?”
“Belum”
“Kenapa?”
“Aku akan mengatakannya pada waktu yang tepat”
“Kapan itu?”
“Pada hari saat genap lima tahun hari meninnggalnya almarhum ibuku, Aku akan memberi kejutan padanya di alam sana”.
Tata tidak berani lagi bertanya pada doni. Sepertinya dia tidak bisa ikut campur dengan masalah ini. Terlalu berat dan mendalam baginya. Lalu dia bercerita pengalamannya pada doni.
“Dulu aku pernah mengalami sama seperti apa yang kau rasakan. Aku pernah jatuh hati pada seorang wanita yang bekerja di perusahaan pembuat bearing di cibitung. Aku juga sama seperti kau saat ini. Dia tidak mengenalku. Kau tahu usaha apa yang kau lakukan?”Tata berhenti bicara lalu menghirup nafas panjang. ”Aku memeletnya, dan dia akhirnya mau.” Tata berbisik pada doni.
Doni menggelengkan kepalanya.”Maaf ta, aku tidak suka memakai yang begituan”Doni kecewa dengan saran tata.
“Eit, tunggu dulu, ini bukan pelet biasa”
“Lalu?”
“Pelet nihon desu. Pelet jepang, pelet jepang…….sekarang ini jamannya pelet jepang don” tata menepuk pundak doni.
Doni mengerutkan dahinya. Memang face Tata biasa biasa saja tapi doni pernah lihat pacar dia cantik. Sekarang doni baru sadar kalau selama ini tata menggunakan pelet untuk memikat kekasihnya, ya pelet jepang atau sepeda motor. Sepeda motor tata tergolong keren untuk ukuran buruh pabrik di kawasan cibitung. Memang kata tata ada benarnya juga, soalnya doni pernah dengar dari romi kalau di tempat kerjanya ceweknya terkenal matre. Tata tersenyum lalu mengajak doni pulang setelah membayar ke kasir. Doni di antarkan sampai kontrakanya oleh tata. Doni selalau teringat dengan kata kata tata, sekarang ini jamannya pelet jepang don.
Sehabis Maghrib tiba tiba rimbo datang sambil membawa Hp miliknya. Doni agak terkejut, dia mempunyai firasat ada kabar dari keluarganya di kebumen. Karena selama ini doni selalu meminjam Hp rimbo untuk komunikasi dengan keluarganya di kampung. Benar saja dugaan dari doni, adiknya yang berada di kampung meminta untuk segera di kirimi uang untuk membayar study tour yang di adakan di sekolahnya. Doni memeras rambutnya lalu ditariknya kuat kuat ke belakang. Doni sangat pusing karena duitnya memang benar benar sudah minim. Pas untuk makan sampai gajian. Kepusingan doni terobati setelah rimbo menawari doni untuk memakai uang dia dulu. Rimbo merasa kasihan pada doni karena doni adalah tulang punggung keluarganya setelah ibunya meninggal lima tahun lalu. Donilah yang membiayai adiknya sekolah dari pertama dia bekerja, saat dia masih menjadi kuli bangunan di jatinegara baru. Nenek doni yang dulu membiayai sekolah doni sudah tidak mampu untuk berdagang di pasar karena sudah sangat lemah dan sakit sakitan. Mau tidak mau hanya donilah yang bisa diandalkan untuk membiayai adiknya sekolah. Sementara ayahnya menghilang tak tahu di mana sejak doni berumur lima tahun.
Doni sangat berterima kasih pada rimbo, keesokan harinya doni langsung mentransferkan uang ke rekening tabungan adiknya. Sementara itu pak cokro sudah sembuh dari cidera di tangannya. Doni bisa berangkat kerja dengan pak cokro seperti biasa. Sudah dua hari doni tidak berjumpa dengan nila baik di tempat dia menunggu bus jemputan ataupun di bangku di mana dia biasa duduk di bus jemputan karyawan. Rasa rindu setengah mati merasuki doni. Dia sangat gelisah. Lalu dia bertanya pada romi saat bertemu di kontrakannya. Romi menjelaskan kalau nila sedang sakit dan memang benar sudah dua hari tidak masuk kerja. Ketika doni bertanya penyakit apa yang sedang di derita nila, romi hanya menggelengkan kepala. Doni mengajak romi untuk menjenguk nila di rumahnya, sebenarnya romi enggan dengan ajakan doni, tapi dia merasa tidak enak pada doni akhirnya dia menyanggupi untuk menjenguk besok malam. Belum sempat doni menjenguk nila, ternyata nila sudah sembuh dan berangkat bekerja seperti biasanya, akhirnya doni mengurungkan niatnya untuk main ke rumah nila.
Hari ini adalah hari sabtu, tidak ada lembur di tempat kerja doni. Doni melihat ke kalender kerjanya dia lihat tanggal di kalender menunjukan tanggal dua puluh empat.”Gaji sudah turun” ucapnya dalam hati. Di perusahaan doni sebenarnya gaji di berikan pada para karyawannya pada tanggal dua puluh lima, tapi dari bank sudah di transfer pada tanggal dua puluh empat. Tiba tiba kata kata tata terlintas di pikiran doni. Doni lalu pergi ke sebuah dealer sebuah motor di jalan tuparev. Dealer itu merupakan dealer sepeda motor terbesar di kota karawang. Di lihatnya satu persatu sepeda motor yang di pajang di dealer itu. Mata doni terbelalak ketika dia melihat harga motor yang di depannya. Harga motor itu sebesar empat puluh enam juta rupiah. Itupun kalau di beli dengan cash, kalau secara kredit harganya lain lagi. Yang dilihat doni hanya motor berkapasitas 250 cc itu. Matanya terpaku seperti tersihir. Lalu dengan spontan dia menaiki motor yang di pajang itu. Ulahnya di ketahui oleh pemilik dealer, seketika itu doni di tegur karena motor yang di pajang itu memang tidak boleh di naiki kecuali sudah positif di beli. Doni menggigit jarinya dan berfikir keras sambil membaca brosur harga motor yang di pegangnya. Dia memperkirakan gaji bulan ini adalah tiga juta lima ratus ribu Karena jumlah lemburan sama dengan lembur bulan kemarin. Lalu doni memutuskan untuk membeli motor sport 250 cc itu. Dengan uang muka dua juta rupiah dan cicilan dua juta seratus ribu rupiah diangsur selam dua puluh tiga bulan atau dua tahun. Jika di total harga motor itu menjadi empat puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah. Doni pergi ke ATM untuk mengambil uang dan tidak sampai satu jam dia sudah berada di dealer dan membayar uang muka. Motor akan di antarkan ke kontrakan doni dalam waktu dekat setelah di lakukan survey oleh pihak dealer. Kebetulan doni sudah membuat KTP domisisli karawang sehingga dia bisa membeli motor di daerah karawang. Minggu pagi kontrakan doni menjadi gempar ketika kedatangan mobil box membawa sepeda motor sport warna biru yang terkenal mahal. Orang orang mengira kalau yang membeli motor itu adalah pak cikri, pemilik kontrakan yang di tempati doni. Tapi betapa kagetnya para penghuni kontrakan setelah mengetahui yang membeli motor itu adalah doni. Romi dan rimbo mengeleng gelengkan kepalanya. Sementara doni tetap tenang dan kalem sambil membantu menurunkan sepeda motor dari mobil. Rena, tetangga kontrakan doni yang bekerja di perusahaan elektronik terus tersenyum melihat doni memegang motor barunya. Begitu juga dengan mira pacar rimbo yang kebetulan sedang main di kontrakan rimbo, dia tak henti hentinya terus tersenyum sambil menyenggol nyenggol tubuh rimbo. ”Apaan sich?”Ucap rimbo. ”Kapan mas, mas bisa beli motor kaya gitu?”Mira meledek rimbo. ”Besok kalau dapat bonus lima puluh gaji pokok” nampaknya rimbo kesal melihat tingkah mira. Romi tertawa mendengar jawaban rimbo. Jaja teman kerja romi juga senyum senyum sendiri tanpa komando. “Kamu kenapa Ja?”Tanya romi. “Diem diem gebrakannya ngeri juga tuh doni, hahaha”jawab jaja enteng. Sudah menjadi budaya di Indonesia, kalau ada orang yang baru beli motor baru pasti langsung di interogasi. Dari belinya cash atau kredit, jika kredit DPnya berapa, cicilannya berapa, angsuran berapa kali, persis seperti seorang polisi yang menginterogasi seorang teroris. Begitu juga dengan doni, dia langsung di cerca pertanyaan tentang motor barunya oleh tetangganya. Doni lalu menjawab apa adanya. Rimbo meloncat ketika mendengar cicilan yang harus di bayarkan doni selama dua puluh tiga bulan. Betapa tidak, cicilan doni sama dengan gaji yang diterima rimbo tiap bulan, itupun jika ada lemburan. Romi langsung bisa menebak pikiran doni kenapa dia begitu nekat membeli sepeda motor yang mahal itu. “Pasti demi nila dia melakukan seperti ini” ucap romi dalam hati. Tak lama kemudian tata datang ke kontrakan doni. Begitu datang tata langsung mengacungkan dua jempol tangannya ke arah doni. Lalu doni menyuruh tata untuk mencoba motor barunya. Tanpa basa basi tata langsung menggeber motor itu dan melejit bagai pesawat tempur. Setelah tata mencoba giliran doni yang mencoba mengendarai sepeda motor itu. Begitu motor dihidupkan motor itu tiba tiba mati. Ternyata doni memang tidak bisa mengendarai sepeda motor yang menggunakan kopling. Doni malu setengah mati saat dia berulangkali mencoba menghidupkan motornya tapi belum jalan dua meter sepeda motor itu sudah mati lagi karena gas belum stabil handle kopling sudah di lepas. Keringat dingin doni keluar begitu banyak. Doni begitu Nervers dan lemes. Menyadari hal ini tata langsung membawa motor itu dan doni di suruh membonceng di belakang. Lalu tata mengajari mengendarai sepeda motor itu di perumahan galuh mas. “Kamu ini gimana sih don, naik forklift sama towing aja bisa masak naik motor begini aja gak bisa”Tata berkata pada doni. “Maaf ta, tadi aku begitu deg degan naik motor ini takut jatuh”Jawab doni. Tak sampai dua jam doni sudah lumayan lancer mengendarai motor itu. Tak terasa waktu sudah sore, tata langsung pamit pulang begitu sampai di tempat doni. Doni memberikan sejumlah uang sebagai rasa terimakasih pada tata. Tapi dengan spontan tata menolak karena dia mengajari doni naik motor tidak punya tujuan apa apa selain demi persahabatan. Doni measukan sepeda motornya ke kontrakan setelah tata pulang. Dipandanginya terus sepeda motor itu oleh doni. Sambil tiduran di lantai doni melihat satu persatu bagian sepeda motor itu. Tak satu sudutpun yang terlewatka oleh pandangannya. Seperti biasa doni tersenyum tanpa dikomando karena sangat senang bisa memiliki sepeda motor itu. Tapi tiba tiba senyum doni berubah menjadi cemberut ketika dia mendapati pijakan rem motor itu lecet dua mili meter. Dia Nampak sangat marah. Padahal dia tahu pijakan rem itu lecet disebabkan oleh dirinyanya sendiri lantaran dia menabrak polisi tidur yang lumayan tinggi. Rasa kesal doni perlahan hilang ketika pikirannya kembali teringat bayang bayang nila. Doni membayangkan dia naik sepeda motor itu bersama nila. Tanpa sadar dia tertidur begitu pulas.
Keesokan harinya doni berangkat kerja menggunakn sepeda motor barunya. Dengan menggunakan jaket warna biru dan helmet warna biru pula. Semua orang melihat kea rah doni ketika dia melewati jembatan badami. Bukan karena doni tidak lancer mengendarai sepeda motor itu tapi karena sepeda motor doni belum ada plat nomor polisinya. Sebenarnya doni tahu kalau sepeda motor yang tidak ada plat nomornya pasti tidak boleh masuk area pabrik tapi dia tetap nekat. Bak seorang pembalap doni menyalip satu persatu bus jemputan karyawan yang dia temui. Sepeda motor doni tiba tiba mati setelah menyalip bus jemputan yang dinaiki nila. Karena tangan kirinya tidak stabil saat memegang handle kopling. “HUUUUUU…..”Spontan para karyawan yang ada di bus itu menyoraki doni. Doni tidak menghiraukannya, dia langsung menghidupkan motornya lalu melejit bagai pesawat tempur. Sampai di parkiran tempat dia bekerja doni dilarang masuk oleh security. Alasannya sangat jelas karena sepeda motor doni tidak ada plat nomornya. Jika sepeda motor belum ada plat nomornya otomatis sepeda motor itu belum ada STNKnya. Doni di suruh memarkir sepeda motornya di luar parkiran peruasaahaan itu. Tanpa piker panjang doni lalu menitipkan sepeda motornya di warung kopi dekat warung nasi bebek di dsamping pabriknya.
Pak darus, leader doni agak kaget saat mengetahui doni membawa motor barunya. “Jangan jangan doni stress gara gara dia mendapat SP, untuk mengobati stresnya dia membeli motor itu” pak darus bicara dalam hatinya sambil menggeleng gelengkan kepalanya. Orang safety patrol yang kemarin menangani kasus doni juga menetahui doni saat doni menitipkan sepeda motornya. “Wah hebat juga trik anak itu, dia membeli motor yang mahal agar atasannya kasihan lalu dia diperpanjang kontraknya”ucap orang itu dalam hati. Sementara doni tetap melangkah tenang menuju tempat kerjanya dan bekerja seperti biasanya. Tak terasa waktu begitu cepat. Jarum jam menunjukan pukul empat sore. Bel tanda pulangpun berbunyi. Tiba tiba jantung doni berdetak kencang. Dalam pikirannya terbayang wajah nila. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk mengungkapkan perasaannya kepada nila. Doni tidak langsung pulang tapi dia nongkrong dulu di warung kopi sambil meenunggu nila keluar dari tempat kerjanya. Waktu menunjukan pukul lima kurang seperempat, doni lalu cabut dari warung kopi menuju pom bensin depan tempat kerja nila. Setelah mengisi bahan bakar dia menunggu di pom bensin itu. Menunggu bus jemputan karyawan keluar dari sarangnya. Tepat pukul lima sore bus jemputan keluar dari pabrik besar itu. Bus yang dinaiki nila akhirnya muncul juga. Tanpa pikir panjang doni langsung menstarter motornya dan mengikuti bus jemputan itu. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini doni lebih percaya diri. Para penumpang bus melihat doni dengan motor barunya yang berwarna biru itu. Nila nampaknya mengetahui siapa yang menaiki motor yang masih gres itu. Nila tersenyum manis melihat keberadaan doni. Kali ini sopir bus karyawan tidak memacu kendaraannya, karena jalanan padat merayap. Sampai di pertigaan sedana golf jalan juga masih merayap, sementara langit tiba tiba menjadi semakin gelap. Mendung menyelimuti langit kota karawang. Gerimis menghiasi kemacetan di jalan itu. Dengan perlahan doni masih menempel bus jemputan nila. Setelah melewati jembatan badami bus itu berhenti seperti biasanya. Karyawan keluar dari bus itu satu persatu. Doni berhenti tepat di jembatan melihat dari kejauhan para karyawan yang keluar dari dalam bus. Doni tersenyum tanpa di komando tat kala tangan kanan nila mulai Nampak dari pintu bus. Air hujan membasahi baju seragam doni yang tidak memakai mantel. Hujan semakin deras, petirpun terdengar sekali dua kali. Tiba tiba doni begitu kaget setengah mati dan hampir hampir kakinya tidak bisa menopang sepeda motornya karena tubuhnya lemas, lemah dan lunglai. Tangan kiri nila terlihat menggandeng pria paruh baya dan berkumis tebal. Di topi yang di pakai pria itu terlihat tiga garis yang melingkar berwarna putih. Pria itu dengan mesra menutupi kepala nila dengan jaket miliknya. Di jari kelingking tangan kiri pria itu terlihat cincin yang melingkar seperti yang di pakai oleh nila. Doni membuka helmet yang di pakainya, tidak perduli air hujan yang begitu deras menerpa wajahnya. Matanya terus menatap kea rah nila. Jakunnya terlihat naik turun terus menelan ludah. Tak terasa air matanya mengalir begitu deras sederas sungai citarum. Terlihat nila tak berani menatap doni walaupun keberadaan doni jauh. Seorang pria menghampiri doni lalu menepuk nepuk pundak doni. Doni tetap menatap ke arah nila hingga bus jemputan berwarna putih sirna dari pandangannya. Pria yang ada di samping doni Nampak serba salah. Pria itu adalah romi. Doni tak menghiraukan keberadaan romi.
“Maaf Don, aku benar benar baru tahu tadi pagi dari temanku kalau sebenarnya nila sudah bertunangan dengan pak Ronald panggabean foremanku yang baru naik menjadi supervisor kemarin” romi bicara sambil menepuk pundak doni. Doni hanya terdiam tak mengucapkan sepatah katapun. Kemudian dia memakai helm yang dipegangnya lalu menancap gas kencang kencang. Tidak perduli dengan romi, doni memacu sepeda motornya hingga kecepatan 130 km /jam. Sampai di by pass doni belok ke kiri menuju ke gempol dan menyeberang rel kereta api. Lalu berhenti di atas jembatan besar perbatasan kota karawang dan cikarang. Doni turun dari sepeda motornya lalu naik ke pagar jembatan dan berdiri sambil melentangkan kedua tangannya. Air matanya berurai, tatapan matanya kosong, tubuhnya menggigil hebat, dan kakinya bergetar begitu kencang. Lalu berteriak sekuat tenaga hingga para kenek bus tiga perempat panik.
Spontan orang orang yang berada di pasar gempol gempar dan mengerumuni jembatan itu. Jembatan menjadi macet karena ulah doni. Salah satu kenek bus mencoba membujuk doni turun dari pagar, tapi doni tak menghiraukannya. Rupanya doni berniat bunuh diri di sungai ciatrum yang besar itu. Hujan yang turun begitu deras membuat air sungai meluap. Suara petir mambuat suasana semakin mencekam. Adzan Maghrib berkumandang menandakan waktu shalat maghrib telah tiba. Doni tetap berdiri di atas pagar berwarna putih sambil melentangkan kedua tangannya dan siap terjun ke sungai citarum. Tak lama polisi datang dan membujuk doni untuk mengurungkan niatnya. Tapi lagi lagi doni tak menghiraukannya.
“AKKKKKKKKHHHHHHHHHHHGGGGGG…………”doni berteriak sambil meloncat ke sungai citarum yang mengalir deras. Orang orang berteriak histeris melihat kejadian itu. Polisi tidak berani melakukan pencarian karena kondisi sungai meluap cukup tinggi akibat derasnya hujan. Di samping itu hari sudah gelap tidak memungkinkan untuk melakukan pencarian di sungai yang meluap itu. Tim sars yang di panggil polisipun angkat tangan dan menunda pencarian hingga esok pagi. Sementara motor doni diamankan oleh polisi untuk di jadikan barang bukti.
Pak cikri, pak cokro, romi dan rimbo tidak mampu menahan tangisnya saat polisi datang memberikan keterangan. Keesokan harinya team sars melakukan pencarian menyisir sungai citarum tapi yang di temukan hanya helm doni yang mengapung di permukaan. Hingga tiga hari pencarian jasad doni tidak juga di temukan. Akhirnya team sars menghentikan pencariannya. Lalu helm itu di serahkan kepada pak cikri. Dipandanginya terus helm itu dan di lihatnya di belakang helmet itu sebuah tulisan menggunakan huruf latin bertuliskan nila…
Sehari kemudian…….
Ada tiga orang tamu datang ke rumah pak cokro. Dua orang adalah polisi yang kemarin mengantarkan helm doni sementara satu orang lagi adalah seorang pemuda yang memiliki rambut acak acakan. Pak cokro mempersilahkan masuk ketiga tamu itu. Sebenarnya pak cokro agak kaget dengan kedatangan mereka, tapi pak cokro tetap tenang.
“Maaf pak cokro, apakah anda bisa ikut bersama kami ke kantor polisi” Seorang polisi bernama bambang membuka pembicaraan.
“Maaf, pak bambang. Sebenarnya ada perlu apa saya di bawa ke kantor polisi?”Tanya pak cokro.
“Bukankah anda tahu kalau doni masih hidup?” Pemua berambut gimbal melontarkan pertanyaan yang mengagetkan.
“Apa anda bilang? Bukankah kalian para polisi sudah menyaksikan sendiri bagaimana doni mengakhiri hidupnya? Pertanyaan ini sangatlah konyol. Bahkan puluhan orang menjadi saksi ketika doni meloncat ke aliran sungai citarum!”Pak cokro agak kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan pemuda itu.
“Kalau memang benar begitu, bisakah anda menjelaskan jika benar doni mau bunuh diri kenapa dia memilih tempat yang ramai untuk bunuh diri? Kedua kenapa doni melepas sepatunya terlebih dahulu ketika mau meloncat dari jembatan? Ketiga bisakah anda beritahu rompi yang dikenakan doni saat dia meloncat dari atas jembatan? Karena setelah saya selidiki rompi driver towing yang biasa dia pakai masih ada di tempat kerja doni. Bukankah ini adalah bunuh diri yang meragukan?”pemuda itu kembali melontarkan pertanyaan.
“Si, si, siapa kau sebenarnya?”Pak cokro sangat terkejut.
“Maaf lupa tidak memperkenalkan diri, nama saya Cubo domino”jawab pemuda itu.
“Cu, cu, cubo domino? Saya baru kali ini mendengar nama anda. Memang pertanyaan pertanyaan anda sangat realita dengan kejadian kemarin. Sayapun menyadari kejanggalan itu. Tapi saya tetap diam takut nanti ada masalah baru. Doni sudah saya anggap anak saya sendiri, saya sangat sedih ketika mendengar dia mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu.”Pak cokro meneteskan air mata.
“Sudahlah pak cokro kita sudahi saja main pentak umpetnya”cubo domino bicara agak tegas.
“Maksud anda?”Pak cokro mengusap air matanya.
“Bukankah doni ada di rumah ini?”Cubo domino bicara sambil menggerakan bola matanya ke kiri dan ke kanan.
“Bagaimana anda bisa bilang begitu? O iya btw bapak bapak mau minum apa nih?”Pak cokro basa basi.
“Anda menawari kami minum sebenarnya biar kami merasa tidak enak lalu pamit pulang. Bukan begitu?”Cubo domino kembali melontarkan pertanyaan.
Bripda bambang menonjok lengan cubo dengan lengannya sambil berbisik “sstttt 2x”. Lalu bripda bambang menoleh ke muka pak cokro sambil tersenyum.
“Oh nggak usah repot repot pak, kami cuma sebentar kok di sini”Bripda bambang basa basi.
“Bagaiman anda bisa begitu yakin kalau doni ada di rumah ini?”Kali ini muka pak cokro Nampak serius.
“itu sangatlah mudah, pertama saya curiga ketika jasad doni tidak di temukan team sars, ke dua adalah tulisan nila di helm doni, sebelum doni meloncat di helm itu tidak ada tulisan itu. Apakah mungkin mungkin berenang sambil menggunakan helm di malam hari sambil menulis di bagian belakang helmnya sendiri? Lain cerita jika berenangnya sambil menggunakan rompi pelampung arum jram dan tidak menggunakan sepatu tentunya. Ketiga ada jejak kaki misterius tidak jauh dari lokasi kejadian dan jejak ban sepeda motor. Keempat bisakah anda jelaskan kenapa plat nomor polisi ini ada di dekat jejak misterius itu?”Cubo menunjukan plat nomor polisi yang di ambil dari dalam tasnya.
“Oh, ini memang benar plat nomor polisi sepeda motor saya, tapi itu tidak cukup bukti kalau doni ada di sini”pak cokro menyangkal.
“Bisakah anda beritahu kami siapa itu yang ada di belakang gorden? Walaupun muka dan tubuhnya tertutup gorden tapi dari ujung kaki sampai mata kaki kelihatan karena tidak tertutup.”Cubo domino menunjuk kaki yang terlihat di belakang gorden.
Tiba tiba orang yang berada di balik gorden keluar dari persembunyiannya. Nampak jelas tubuh yang kurus mengenakan kaos oblong warna putih berjalan agak pincang melangkah. Bripda bambang dan rekannya kecuali cubo sangat kaget ketika orang itu menampakan mukanya. Ya, orang yang bersembunyi di balik gorden adalah doni. Orang yang menggemparkan sebagian warga gempol karawang yang nekat bunuh diri dengan terjun ke dersasnya aliran sungai citarum dan jasadnya tidak ditemukan.
“Sudahlah pak cokro, memang benar kata pepatah. Sepandai pandainya menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga”doni Nampak pasrah. Sementara pak cokro tertunduk malu.
“Berarti kamu bangkai dong?”Cubo bicara asal ceplos.
Lengan bripda bambang kembali menonjok nonjok lengan cubo sambil berbisik “sssttt 2x”.
Akhirnya doni dan pak cokro di bawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Setelah diselidiki kenapa doni melakukan perbuatan itu karena motif dendam. Ronald panggabeyan calon suami nila adalah teman kakak doni ketika masih menjadi TKI di jepang. Waktu masih berada di jepang mereka berjanji nanti sepulang dari jepang mereka akan mebuka usaha bersama. Tapi setelah pulang dari jepang Ronald mengingkari janjinya, dia tidak jadi buka usaha tapi malah memilih masuk menjadi karyawan perusahaan di daerah karawang karena diiming imingi jabatan. Akibatnya niat kakak doni mebuka usaha restoran KFC gagal dan hanya bisa membuka usaha potong ayam karena kurangnya modal. Lama lama usaha kakak doni kian sepi dan bangkrut. Akhirnya kakak doni mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Doni yang mengetahui kakaknya bunuh diri gara gara usahanya bangkrut lalu bertekad membalas dendam pada Ronald panggabeyan. Doni mengetahui kalau Ronald sedang bertunangan dengan nila, lalu dia berpura pura menyukai nila dan mengakhirinya dengan bunuh diri. Doni berharap jika dia bunuh diri maka nila akan merasa bersalah dan memutuskan hubungannya dengan Ronald. Karena ulahnya doni diancam dengan pasal berlapis. Yaitu pasal 282 KUHP tentang kesopanan, pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan, pasal 328 KUHP tentang pencemaran nama baik, dan pasal 156a KUHP tentang mengganggu ketertiban umum. Sementara pak cokro hanya disuruh membayar denda karena motornya sudah dua tahun pajaknya belum dibayar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar