dari pembaca

dari pembaca
Amazing!! Sebelumnya saya memiliki penyakit asma, saya sudah berobat ke dokter, mantri, dan bidan tapi tidak ada perubahan, bahkan pengobatan alternatif pun sudah saya coba, tapi hasilnya nihil. Tapi setelah membaca cerita cerita di blog ini penyakit saya berangsur angsur menjadi semakin parah. wasman (Dosen ITB/institute tambal ban).

Sebelumnya saya tidak suka membaca novel, cerpen dan semacamnya. Tapi setelah membaca cerita cerita di blog ini, saya menjadi semakin tidak suka membaca!!! (Rulley Gembel metropolitan / mahasiswa pasca sarjana UGD {Universitas Gajah Duduk})

cerita populer

Senin, 11 April 2011

PUTIH COKLAT ( DOLE PORAN-the real detektive from java-) Posted by Agung KAS

PUTIH COKLAT

Di pertengahan juli 1999 aku habis kontrak dari salah satu perusahaan perakitan mobil di daerah karawang, Jawa barat. “Jangan jadikan ini sebagai akhir dari keberhasilan anda, tapi jadikanlah ini sebagai awal keberhasilan anda”, begitu kata-kata dari supervisorku saat penyerahan surat pemutusan perjanjian kerja bersama atau yang sering kita kenal dengan habis kontrak kerja. “…tidak ada yang dapat saya lakukan untuk bapak-bapak semua kecuali terima kasih dan saya berjanji akan menjaga nama baik bapak-bapak semua” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku. Aku dan tiga teman seangkatan yang juga habis kontrak yaitu kliwon, Pronyol, dan Buluk. Begitu nama mereka akrab di telinga selama 2 tahun. Kami berjabat tangan dengan semua atasan. Setelah berpamitan dengan teman sekerja yang lain, kami bertiga pulang. Jarum jam menunjukan pukul 06.00, kami berempat menuju parkiran motor, pronyol membonceng aku, kliwon dan buluk membawa motor sendiri. Kami mampir di bakul soto depan pabrik raksasa itu. Setelah selesai makan soto, kami pun pulang menuju kontrakan. Senyum penjual soto itu melepas kepergian kami, mereka sama sekali tidak berfikir kalau itu sarapan kami yang terakhir ditempatnya.


SATU BULAN KEMUDIAN


Aku sudah cukup bosan menunggu panggilan kerja, padahal sudah ratusan amplop surat lamaran aku kirimkan, tetapi belum satupun perusahaan yang menghubungiku. Surat pengalaman kerjaku serasa tak berguna, tetapi aku sadar bahwa umurku sudah tak memungkinkan untuk bekerja di kawasan industri. Harus memulai dari Nol lagi, kata-kata itu pantas untukku. Tidak mungkin aku lama-lama disini, karena walaupun aku tidak bekerja, aku harus bayar kontrakan, makan, dan lain-lain, semua tidak ada yang gratis. Itulah resiko perantauan. Aku berpikir bulat, aku harus punya usaha, itu satu-satunya jalan. Di usiaku yang sudah umur ini, tidak mungkin bergantung pada orang tua. Tetapi aku belum punya gambaran sedikitpun mengenai berwirausaha. Sekarang aku baru menyadari pentingnya pelajaran kewirausahaan yang disampaikan Bp. Arif waktu di STM. Di samping keterampilan, aku juga tidak mempunyai modal yang memungkinkan.
Di depan kontrakanku terdapat bengkel las milik pak karna, aku mencoba minta izin untuk belajar di bengkel itu, Alhamdulillah pak karna mengizinkan.
Sebulan sudah saya bekerja ditempat pak karna, aku merasa bekal yang kumiliki sudah cukup, meskipun saat sekolah dulu ada pelajaran PLD (Pelajaran Las Dasar) dan PLFL (Pelajaran Las Fabikasi Logam) tetapi aku sudah lupa semua karena sudah beberapa tahun silam. Kulihat saldo tabunganku tinggal uang pesangon terakhir dari Pt itu, aku telpon ke kampung. Dengan rasa berat aku mengatakan akan mengajukan pinjaman ke BANK pada orang tuaku, sertifikat tanah dan rumah orang tua dikampung menjadi jaminannya, orang tuaku tidak menolak, aku benar-benar sudah mengambil resiko, bagaimanapun aku harus berani berspekulasi.
Akhirnya aku harus berpamitan sama pak karna dan kedua temanku, karena aku rasa, aku telah menguasai apa yang aku cari.
Terlalu pahit memang berkali-kali aku harus berpisah dengan orang-orang yang pernah dekat dengan kita. Setelah berpamitan aku tak mampu berkata sepatah katapun pada mereka, kulangkahkan kakiku menjauh dari mereka, sesampainya dikontrakan kukemasi barang-barangku dan esok harinya aku pergi ke jakarta setelah berpamitan dengan ibu kontrakan.
Tujuanku saat ini adalah ke tempat pamanku didaerah priuk, warakas tepatnya. Sambil menunggu bus arah priuk di jembatan badami aku menelepon paman gubil, aku berkata padanya sedang menuju rumah kontrakanya. Pamanku memang belum punya rumah, dia tinggal bersama keluarga dirumah sewaanya diwilayah warakas, pamanku berjualan tempe mendoan didekat rumah sewaanya itu. Tak lama bus berwarna merah itu tiba, itu tandanya aku harus naik karena tertempel tulisan Tj. Priuk-Karawang dikaca depan bus itu. Bus lumayan penuh aku duduk dibangku tengah samping jendela, jendela tak bisa kubuka karena ini bus ac, kurasa pembaca juga jarang kali ya naik bus ac. Tapi saya yakin tebakan saya salah. Saya lanjutkan, akhirnya saya tertidur didalam bus, aku dibangunkan oleh suara penumpang yang naik turun bus. Kulihat keluar, posisi sudah sampai permai. Suara penumpang yang naik turun begitu gaduh membuat kepalaku makin mendidih dicuaca jakarta yang amat panas saat ini.
Setiba di terminal, selanjutnya aku naik angkutan 04 menuju warakas. Beberapa saat setelah aku naik, tiba-tiba ada orang aneh dengan pakaian jawa bergaris coklat hitam serta menggunakan blangkon di kepalanya. Tiba-tiba saja pria aneh itu duduk dan menyalakan rokok linthingan dengan membabi buta. Spontan wanita hamil yang duduk di depan pria aneh itu berteriak.
“Heh mas, nggak sopan banget!, ngerokok ditempat umum, si kecil di dalam perutku bisa terganggu nih” teriak wanita muda yang sedang hamil muda itu.
Pria aneh itu nampak tersinggung karena dibentak di depan umum. akhirnya dengan muka garang pria itu membentak wanita itu.
“Eh situ yang nggak sopan banget, pakai rok pendek banget, sampe2 CDnya ampir keliatan, ngganggu si kecil di celanaku jadi bangun nih”
Gila, kataku dalam hati. Aku tak tahu lagi apa yang terjadi di dalam angkutan, karena aku sudah sampai di gang rumah paman. Aku dijemput pamanku di depan gang itu.
“Apa kabar gling, selamat datang di Jakarta, ini Ibukota gling bukan Ibu mertua, jadi nggak usah sungkan2 datang kemari” pamanku masih saja suka bercanda.
“Alhamdulillah paman saya sehat-sehat saja, kuharap keluarga paman juga demikian” Aku berjabat tangan dengan pamanku.
Setelah itu aku langsung menuju rumah paman. Sesampainya di rumah paman, beliau bercerita :
“ Sebenarnya aku dulu bekerja di PT yang sama dengan kamu beberapa puluh tahun yang lalu, karena kondisi perusahaan yang tidak memungkinkan akhirnya aku di PHK, aku tidak mau menceritakan itu pada kamu saat kamu masih bekerja disana, aku takut kamu malah jadi tidak semangat bekerja dan hanya berangan-angan, jungkir balik aku mencari kerjaan tapi tak dapat-dapat, aku berjualan susu kedelai tapi hanya bertahan beberapa bulan, karena harga kedelai waktu itu melambung tinggi, tapi bukan hanya itu penyebabnya, saat mau tutup kios, kulepas sepanduk yang aku pasang di depan kios 2x2 meter tempat paman menjual susu kedelai itu, paman begitu kaget karena sepanduk itu salah cetak. tertera di tulisan itu susu keledai, memang setelah saya pikir tepat setelah pemasangan spanduk itu jarang ada pembeli hingga aku putuskan untuk tutup usaha. Saat aku mendatangi percetakan tempat aku membuat spanduk ternyata percetakan itu sudah tutup, saat kutanya penjaga countre Hp disebelah percetakan itu malah dia menceritakan hal yang membuat aku semakin stress.
“oh, percetakan itu sudah tutup pak, katanya sih ditutup paksa karena melakukan kesalahan, saat kampanye calon lurah di wilayah sini pak dimin salah satu calon lurah membuat spanduk di percetakan itu, harusnya bertuliskan :Bapak dimintai keterangan yang asli ? Ok, sasaran spanduk itu sebenarnya sangat mengena, dengan bersikap jujur pada rakyat, siap dimintai keterangan yang sebenarnya, itu artinya anti korupsi . tapi setelah sepanduk itu dipasang beberapa hari baru ketahuan ada kesalahan satu spasi yang membuat artinya sangat melenceng, tulisan pada sepanduk yang dipasang itu : Bapak dimin tai keterangan yang asli? Ok, sangat ironis, selain merugikan customer dia sering membuat pelanggannya stress, pak dimin katanya baru saja pulang dari RSJ. Dan kabar terakhir yang saya dengar pemilik percetakan itu berganti provesi menjadi editor surat kabar, lagi-lagi dia membuat kesalahan, dia hendak menulis :Bu, carikan teman-teman…dalam judul utama surat kabar yang dia edit, tetapi setelah terjual di pasaran baru disadari tulisan itu :
Bu carik, antem-anteman… kudengar dia dipenjara gara-gara pencemaran nama baik” penjaga counter itu mengakhiri ceritanya.
Kemudian paman menjadi penjual jamu di pasar tetapi bukannya jamu tapi malah pada mabuk, saat itu paman benar-benar merasa bersalah disamping berdosa paman juga sama saja meracuni mereka, terus terang paman tidak tahu kalau jamu anggur itu memabukan, akhirnya paman berjualan Es durian keliling, usaha paman bisa dibilang lancar, karena gerobak paman paling bersih jadi banyak pembeli yang berlangganan sama paman, paman berjualan es durian bertahan 4 bulan, kebetulan pada saat itu bulan februari musim hujan, bahkan banjir. Tak satupun orang yang membeli es paman. Padahal saat itu riri akan masuk ke smu, paman semakin bingung untuk mencari usaha. Akhirnya paman mencoba menjual mendoan dengan methode 3M dan memandang aspek QCSDMPE akhirnya paman melihat prospec ke depan yang lebih baik, tentu saja berdo’a pada Allah itu yang paling utama. Dan kamu lihat sendiri sekarang gling, aku sudah mempunyai anak buah, dan rumah ini sudah paman beli, paman sudah berniat insya Allah tahun depan naik haji bersama bibi kamu. Sekali lagi ini harus menjadi motifasi kamu saat berusaha nanti, cari rezeki yang hallal dengan cara dan tujuan yang benar itu juga ibadah” paman menceritakan panjang lebar kisahnya. Memang saat aku sekolah dulu aku sering mendengar orang tuaku meminjam pada paman, tetapi yang menjadi pertanyaan dalam hatiku kenapa orang tuaku tidak berpikiran seperti paman, karena aku lihat di dalam roman muka orang tuaku walaupun tidak terucap tapi bisa terbaca “Orang yang kaya sesungguhnya adalah orang yang kaya hatinya” begitu kiranya.
“Betul-betul perjuangan, saya semakin jelas melihat tantangan itu paman” aku semakin banyak pikiran, kuminum minuman di meja depan tempatku duduk. Paman gubil ikut minum, kemudian meletakan kembali gelasnya.
Hari berikutnya aku mendapatkan kontrakan di daerah papanggo. Kugunakan waktu lima hari tadi untuk membuat daftar alat, bahan, serta material yang akan aku beli.
Sekarang aku sudah memulai usaha pertamaku, ya hari ini, memang peralatan las yang pas-pasan tapi tidak menjadi hambatan bagiku, kemauan dan tekad bulat sudah menutupi semua kekurangan itu, ujarku.
Himgga siang hari aku belum mendapat pasien satupun, kuputuskan untuk makan siang, sehabis shallat di masjid besar kurang lebih 500 meter dari tempat usahaku, aku makan siang didekat masjid itu.
Aku memilih meja paling belakang dirumah makan padang itu. Tak lama aku memulai makan aku dikagetkan oleh pria yang pernah aku lihat di angkot. Sesosok seseorang yang berpenampilan sangat aneh, dia memakai pakaian coklat garis-garis dan memakai blangkon (topi khas jateng-red). Aku diam tak bergeming melihat pria itu, aku melupakan makan siangku dan aku sangat kaget kini dia duduk tepat satu meja denganku.
“Apa ada yang aneh dengan saya mas?” tanya dia.
“Oh, tidak tidak” aku melanjutkan makanku.
“Berapa lama anda bekerja di welding?” tanyanya lagi.
Aku sangat kaget, darimana dia tahu kalau aku pernah bekerja di welding, padahal baru pertama kali aku bertemu dia. Keringat dinginku keluar, jantungku berdetak kencang.
“Dari mana anda tahu, kalau saya pernah bekerja di welding?” tanyaku penuh kebingungan.
“Kondisi andalah jawabanya, kulit disekitar kantung mata dan samping mata anda terlihat menghitam, sangat jelas, serta bagian pipi dibawah kuping anda juga terlihat menghitam itu tandanya anda menggunakan topeng las, dan luka bakar di leher kiri anda, tidak salah lagi itu adalah luka karena percikan spater (Percikan bunga api las spot-red)” Dia menebak seperti seorang detektif. Aku sangat kaget mendengar ucapanya tadi, kurasa hanya orang welding saja yang tahu masalah itu, lalu kutanyakan pada dia,
“Anda pernah di welding?” tanyaku.
“Tidak, aku mengetahui hal tersebut setelah menanyakan pada orang-orang yang serupa dengan anda, baik perkenalkann nama saya Dole poran, panggil saja saya Dole, anda tinggal di daerah sini” tanyanya.
“Senang bertemu anda, Saya Nogling, ya orang-orang biasa memanggilku demikian, aku sedang memulai usaha bengkel las di daerah sini, itu deretan ruko yang berwarna biru itu” aku berkata sambil menjabat tangan dole.
Perbincangan kami berlanjut hingga selesai makan, dole ikut ke bengkel las dengan menaiki sepeda kuno miliknya.
“Kau tinggal di bengkel ini?”
“ya, maaf kalau boleh tau apa pekerjaanmu le?”
“Profesiku?” dole memegang dagunya sambil menatap ke atas, kemudian kembali bicara “Aku seorang tukang ojek sepeda, biasanya aku mangkal di daerah kodim, dan aku tinggal di rumah kontrakan dekat dari sini”
Menjelang sore aku mencoba mampir ke tempat dole. Baru aku duduk di kursinya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Tok, Tok, Tok
Kulihat dole diam saja, aku mencoba membuka pintu, ternyata bukan tamu, penjual bakso lewat di jalan. Pantas saja dole diam. Belum sampai aku duduk tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Aku tak menghiraukannya, kini dole yang membuka pintu. Ternyata kali ini benar-benar seorang tamu. Dole mempersilahkan masuk. Pria bermuka muram itu menyapaku, kemudian duduk.
“Bukankah anda karyawan pabrik berseragam putih coklat itu?” tanya dole.
“Dari mana anda tahu?”
Dole mengambil kaca pembesar miliknya, kemudian mendekatkan kaca itu ke pipi tamu itu.
“Kotor gram, ini adalah buktinya” kata dole.
“Hanya itu?”
“Sealer di gigi anda, jelas anda karyawan perusahaan itu” lanjut dole.
“Dan satu lagi, dompet anda kelihatan tipis, karena sekarang sudah akhir bulan. Bukan karena uang, tetapi kupon makan, pada saat awal bulan dompet anda terlihat tebal, karena kupon makan selama satu bulan ke depan masih banyak, tetapi jika akhir bulan, kupon makan anda sudah terpakai, maka dompet anda terlihat tipis. Sangat ironis, di jaman seperti ini, makan saja harus menggunakan kupon”
“Anda benar2 hebat, tuan dole” pria itu memuji.
“Ada yang bisa saya bantu?, maaf, sebelumnya perkenalkan dulu diri anda.” Dole berkata.
“Nama saya carmadi, sebenarnya selama ini saya hidup dalam kebingungan, Berawal dari kejadian itu, Dua tahun yang lalu tepat hari ini adalah ulang tahunku yang ke-35. saat itu moodku tidak terlalu baik pada pagi itu. Aku turun untuk sarapan dengan harapan istriku akan mengucapkan dengan penuh sukacita “Selamat ulang tahun suamiku tersayang “ dan mungkin saja dengan sebuah kado ulang tahun untukku. Waktu berlalu dan bahkan dia tidak mengucapkan selamat pagi. Aku berpikir, Ya…..itulah istri, tapi mungkin anak-anakku akan mengingat kalau hari ini aku berulang tahun. Anak-anak datang ke meja makan untuk sarapan namun mereka juga tidak mengatakan satu patah katapun. Akhirnya aku berangkat ke kantor dengan perasaan penuh kecewa dan sedih. Ketika aku masuk ke ruangan, sekretarisku vicky menyapaku “Selamat pagi boss, selamat ulang tahun”, dan akhirnya aku merasa sedikit terobati mengetahui ada seseorang yang mengingat hari ulang tahunku. Aku bekerja sampai tengah hari dan kemudian vicky mengetuk pintu ruanganku dan berkata “Apakah anda tidak menyadari bahwa hari ini begitu cerah di luar dan hari ini adalah hari ulang tahun anda, mari kita pergi makan siang, hany kita berdua” , aku berkata “ Wow, itu adalah perkataan yang luar biasa yang saya dengar hari ini, mari kita pergi “, Kami berdua pergi makan siang, kami tidak pergi ke tempat dimana kami biasanya makan siang, tetapi kami pergi ke tempat yang sepi. Kami memesan 2 botol wedang bajigur dan sangat menikmati makan siang kami. Dalam perjalanan pulang ke kantor, dia berkata “Anda tahu ini adalah hari yang begitu indah, kita tidak perlu kembali ke kantor kan?” . Tidak perlu, saya pikir tidak perlu, jawabku. Lalu dia mengajak saya untuk mampir ke apartemennya. Setelah tiba di apartemennya, dia berkata “Boss jika anda tidak keberatan, saya akan pergi ke ruang tidur dan melepaskan sesuatu agar lebih nyaman” . Tentu saja, sahutku dengan gembira. Dia pergi ke kamar tidur dan kira-kira enam menit kemudian dia keluar membawa kue ulang tahun yang besar diiringi oleh istri, anak-anakku dan sejumlah rekan kerja kami termasuk atasanku pak untung, sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Aku hanya duduk terpaku disana. Di sofa panjang…..telanjang tanpa sehelai benang”
“Apa!!!” aku sangat kaget.
“Sudah kuduga” potong dole.
“Saya lanjutkan tuan dole, saat itu aku pura-pura tidur dengan wajah tanpa dosa, aku mendengar semua orang tertawa dan sebagian dari mereka ada yang menjerit. Aku tidak bisa membayangkan wajah istriku saat itu. Tiba-tiba anuku di lempar dengan kue ulang tahun besar itu, aku masih pura-pura tidur. Tapi lama kelamaan ada sesuatu yang membakar di daerah vitalku, api lilin, aku yakin api lilin kue ulang tahun itu masih menyala. Aku berusaha bertahan, saat itu aku benar-benar tersiksa, keringat dinginku membanjir. Hingga saat kira-kira setengah menit aku tidak kuat lagi, aku berteriak kencang dan akhirnya tak sadarkan diri. Betapa kaget setelah saya terbangun, saya berada di rumah sakit. Istriku telah berdiri dengan surat gugatan cerainya. Aku serasa tak percaya, anak-anakku tak ada yang ikut denganku. Kini aku sebatang kara. Sebulan setelah cerai, kejadian aneh mulai muncul. Setiap tanggal 25 aku mendapat amplop gelap tanpa alamat pengirim, di dalam uang itu terdapat uang yang jumlahnya sekitar 3 juta. Setiap bulan aku mendapat amplop gelap itu, jumlah uangnya berbeda-beda. Dan pernah saat amplop yang ke dua belas, di sertai parcel buah yang begitu banyak. Uang itu masih terus datang tiap bulan hingga saat ini, tetapi uang itu tak pernah aku pakai, aku simpan di tabunganku”
“Maaf memotong cerita anda, apakah buah itu banyak jenisnya?” tanya dole.
“Ya, terdiri dari buah semangka 5 buah, apel 50 buah, peer 30 buah, melon 5 buah, jeruk 40 buah, dan yang paling banyak adalah pisang sekitar 300an lebih, aku tidak ingat” jawab carmadi.
Dole menulis ucapan carmadi di buku kecilnya. Aku hanya terdiam dan seolah tak ingin ikut campur, lagi pula aku juga belum tahu, kenapa orang itu mau curhat ke dole. Apa ini adalah pekerjaan dole?, aku terpaku dalam kebingungan.
“Awalnya, aku kira itu perbuatan mantan istriku, tetapi begitu aku tanya dia selalu bilang bukan, karena lama kelamaan timbul kekhawatiran tentang misteri uang kiriman itu, jadi saya putuskan untuk bicara pada anda tuan dole” carmadi menutup ceritanya.
“Apa anda pernah memergoki yang mengirim amplop dan buah itu?” tanyaku.
“Kalau amplop dikirim via pos, sementara ini aku belum bisa melacak, sedangkan buah, aku tidak tahu, tiba-tiba saja buah-buah itu ada di pintu gerbang rumahku” jawab carmadi sembari mengelap giginya yang mirip buto cakil.
“Anda tidak memasang CCTV” celoteh dole
“Aku rasa tidak perlu, karena tidak ada kejadian luar biasa lagi setelah ada buah di depan rumah, namun amplop-amplop gelap ini yang membuat saya penasaran” carmadi menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari meremas kepalanya.
Dole mengetuk-etukan pulpennya ke dahi, sembari berpikir, entah apa itu yang ia pikir.
“Apa amplop-amplop itu tidak salah kirim, misal nama atau alamat yang mirip dengan nama dan alamat anda.” Pekik dole.
“Memang benar, aku juga pernah berpikir demikian, dan aku juga sempat bertanya pada tetangga yang telah lama tinggal, memang ada tetangga saya yang bernama jufti, orang itu tinggal tepat di seberang rumah kami, tetapi orang itu sudah meninggal 5 tahun lalu, orang itu bunuh diri karena perusahaannya bangkrut dan menanggung hutang milyaran” carmadi nampak pucat.
Terus terang aku kaget mendengar cerita itu, semakin sulit dan rumit. Dole nampak tenang, sambil menghisap rokoknya yang tinggal abu, dole berpikir dan menggoyang-goyangkan kepalanya.
Pak carmadi melihat jam tangannya, dengan perasaan gusar dia memohon diri untuk pulang, karena ia tak punya banyak waktu, sebelum jufty pulang, dole meminta alamat mantan istri jufty dan alamat sekolah anaknya.
Sekarang tinggal aku dan dole saja, perutku nampak keroncongan, aku mengajak dole untuk keluar mencari makan.
“Aku ingin makan soto le” kataku sambil berhenti di depan warung soto ayam.
“Jangan, sebaiknya jangan makan disini” Dole menolak.
“Pokoknya aku mau makan soto” perutku sudah keroncongan, akhirnya aku masuk ke warung itu, dole mengikutiku. Aku memesan soto ayam dua mangkok untuk aku dan dole. Tak lama dua mangkok soto dihidangkan, aku langsung memakannya, tapi aku merasa sedikit janggal dengan soto yang aku makan. Ya, tak ada ayam di soto yang aku makan, kulihat dole memergokiku yang sedang mencari ayam di sotoku.
“Kenapa?, nggak ada ayamnya?, komplain aja” katanya santai, padahal aku tahu, di soto yang dole makan juga tak ada ayamnya.
Aku menghampiri penjual soto, aku agak terpancing emosi.
“Pak, anda bisa dijerat dengan pasal penipuan nih, katanya soto ayam, tapi nggak ada ayamnya, nih liat” aku menyodorkan mangkok yang aku pegang ke depan matanya.
Penjual soto nampak tersinggung, jelas dia naik pitam, dia langsung membentakku.
“Emang kalau kamu beli jambu monyet ada monyetnya !!”
“Oh ga ada monyetnya pak, karena monyetnya sedang jualan soto!” jawabku.
“Semprul sampean….” Penjual soto mengeluarkan goloknya sambil melotot.
Aku nampak kebingungan serta malu dibentak di depan orang banyak. Dole akhirnya menarikku menjauh dari orang itu. “Sudah kubilang, kamunya aja yang ngeyel pengen makan di situ” celoteh dole.
Keesokan harinya, dole mengajakku untuk menemaninya ke sekolahan anak pak jufty, aku bersedia. Tetapi begitu sampai di sekolahan, terjadi kejadian aneh. Aku dan dole melihat kerumunan puluhan murid dan beberapa guru di teras ruang kelas pelajaran fisika. Dari suara ributnya, mungkin ada kejadian luar biasa di situ. Dole yang semula acuh tak acuh, namun akhirnya dia mendekat bersamaku.
Setelah diusut, ternyata ada seorang siswa yang sehabis pelajaran olahraga menendang bola yang seharusnya ia bawa ke gudang. Sialnya bola tadi mengenai kaca jendela nako sampai hancur berantakan.
Dasar sekolah yang sudah terbiasa berdemokrasi, tidak heran kalau guru-guru di situ memberikan komentar atas kejadian tadi. Lagipula ini berhubungan dengan kurikulum baru yang berbasis kompetensi (KBK) di mana para siswa diharapkan tidak hanya tahu teori tapi juga harus tahu keadaan nyata dalam situasi apapun. Berikut ini adalah dialog dari beberapa guru yang ada di situ.

Wakil kepala sekolah: “Bagaimana pendapat atau komentar bapak-bapak guru tentang kejadian tadi?”

Pak nanang (Guru fisika) : “Gerakan bola tadi merupakan contoh dari gerak balistik atau gerak peluru”

Pak suwarto (Guru kimia): “Massa kaca sebelum dan sesudah pecah sama”

Pak sungaidi (Guru Matematika): “Lintasan bola tadi pasti merupakan kurva melengkung para bola”

Pak Suranto (Guru olah raga ) : “Si penendang pasti lolos dari jebakan offside”

Pak Adnan (Guru Agama) : “Si penendang harus istighfar”

Wakil kepala sekolah : “Bagus sekali komentarnya. Bagaimana menurut pak Suharjono?”

Pak suharjono yang notabene guru ekonomi menjawab: “Untuk mengganti biaya kaca yang pecah perlu biaya Rp. 100 000,- pak”

Wakil kepala sekolah :”Itu tidak masalah, kita bisa minta ke orang tua siswa yang menendang bola tadi. Wakil kepala sekolah menatap ke arah kami, kemudian menunjuk dole.

Wakil kepala sekolah :” Kamu pasti tukang kebon yang baru itu kan, bagaimana pendapat kamu?”

Dole nampak kebingungan,
“Bukan, saya bukan tukang kebon”

Wakil kepala sekolah :” Alah…, kamu nggak usah bohong, bagaimana pendapat kamu !!”

Dole (Seksi wira wiri) : “Bola itu berjumlah satu, mungkin sama dengan bola kemaluan anda”

Wakil kepala sekolah murka, dengan muka garang beliau menendang pantat dole hingga tersungkur ke tanah. Celana bagian belakang dole robek, sial sekali, dole jatuh tepat mengenai kotoran ayam, jenis lancung lagi. Dole kemudian mengumpilkan kotoran itu dan melemparkannya ke wakil kepala sekolah, wakil kepala sekolah menghindar dan nyaris mengenai mukanya. Akhirnya kotoran itu mengenai muka pak tukijo. “Ini bukan reklame tentunya” kata pak tukijo menahan emosi. wakil kepala sekolah itu berusaha menangkap dole. Akhirnya aku dan dole lari terpingkal-pingkal tanpa membawa hasil. Di dalam perjalanan aku kembali dikejutkan dengan kejadian aneh. Pria berkumis yang naik sepeda federal sambil tersenyum penuh misteri. Serta wanita mengerikan yang memelototkan matanya sambil tangan kanannya memegang kepalanya yang di miringkan. Rambutnya acak-acakan.
“Siapa wanita mengerikan itu le?” tanyaku.
“Dia orang gila yang bernama mintik”
“Lalu siapa pria berkumis yang naik sepeda federal sambil tersenyum itu?”
“Oh itu yanto, orang gila dari tunjung seto, mungkin kau nanti akan bertemu pria gemuk pembawa gitar dan pencuri singkong, dia adalah waluyo”
“Tidak, mudah mudahan tidak”
“Lalu siapa pemuda botak bertompel yang mengalungkan sarung di lehernya itu”
“Dia adalah saring semanding”
Dole berhenti sejenak, kemudian bertanya padaku,
“Kamu pernah mendengar istilah ketepoan gling?”
“Ketepoan?, ketepoan adalah sebuah permainan, diamana kartu bergambar yang terdapat angka. Salah satu pemain menjadi bandar, tugas bandar adalah mengacak gambar itu dan membagi beberapa bagian dalam keadaan terbalik, pemain harus menyisakan satu yang tidak di pasang untuk bandar, pemain yang paling sial adalah yang mendapatkan cemok (0), dan yang paling beruntung adalah yang mendapatkan sanga dogleng (9), pemain yang mendapatkan angak 9 maka akan mendapat dua kali lipat”
Dole terlihat bingung,
“Ada juga permainan rumit semacam itu ya?”
“Sebenarnya tidak rumit, banyak sekali permainan semasa kecilku, seperti dor-doran, lowok, umbul, dan unclang , tetapi semakin berkembangnya jaman, permainan itu hampir punah”
“Sebenarnya perlu di lestarikan” kata dole.
“Kalau aku ingat-ingat kampung, rasanya jadi ingin makan lamon, manggleng dan cengkaruk.” Ucapku.
“Apa itu cengkaruk? . tanya dole penuh heran.
“Cengkaruk dibuat dari nasi basi yang dikeringkan menjadi nasi aking (Sega king), kemudian digoreng hingga kering dan diberi bumbu.” Aku memberi penjelasan.
Dole hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. Sesaat kemudian ia teringat akan tujuan utamanya. Dia mengeluarkan buku kecilnya, kemudian mencoret-coretnya. Wajahnya sempat kusut, tetapi tak lama kemudian senyumnya mengembang, pertanda ia mendapat sesuatu.
“Sekarang tanggal berapa gling?”
“Emm.., 25”
“Bahaya, kita harus ke tempat kerja pak carmadi sekarang”
Waktu menunjukan pukul 13.00, perjalanan menuju perusahan raksasa itu butuh waktu sekitar 2 jam, itu jika lancar, jika terjadi kemacetan maka akan lebih dari itu. Tepat sekali, jalanan macet, dan akhirnya kami sampai di depan perusahaan berseragam putih coklat itu pukul 15.45, itu artinya 15 menit lagi karyawan akan pulang, khususnya karyawan non sift, tidak untuk karyawan yang kena sift, apalagi welding, minimal 19.30 + loyalitas, itu kata dole.
Dole mengajakku mengunggu pak carmadi di pertigaan menuju parkiran, waktu menunjukan pukul 16.15, ada beberapa karyawan yang berlalu lalang. Pak carmadi terlihat keluar gerbang sambil mengerutkan dahinya gosong, ia berjalan menuju ke arah kami, tiba-tiba dole berlari menuju arah pak carmadi. Tepat saat seorang pengemis berdiri di depan pak carmadi, dole menghardik pengemis itu hingga roboh. Dari tangan pengemis itu terlepas sebuah pisau besar.
Kemudian aku berlari, berusaha membantu dole. Namun dengan beberapa gerakan dari dole, pengemis itu tak berdaya. Perkelahian itu ternyata mencuri perhatian beberapa pejalan kaki, dan beberapa scurity.
“Siapa dia tuan dole?” tanya pak carmadi dengan nafas terengah-engah.
“Mungkin anda mengenal orang ini, jika saya teliti tentang kejadian aneh yang menimpa anda pak jufty, sebenarnya sangat sederhna, anda mendapat kiriman amplop gelap berisi uang setiap tanggal 25, setelah saya teliti hubungan antara anda dengan tanggal 25 ternyata bukan tanggal nikah, cerai atau kejadian penting lainya, yang tersisa hanyalah tanggal penggajian anda, jika benar uang yang di kirim pada anda itu adalah sebuah gaji, maka itu adalah gaji dari perusahaan berseragam putih coklat, karena jumlahnya sekitar 3 jutaan, tidak sampai 4 juta. Maka mungkin saja pelakunya adalah karyawan perusahaan itu, hal ini di kuatkan dengan adanya kiriman buah, kita tidak perlu menghitung jumlah buah itu, jika kita teliti, setiap makan siang di perusahaan tentu saja ada buahnya, tetapi jika buah yang paling sering adalah buah pisang, tentu tidak ada perusahaan lain, selain perusahaan berseragam putih coklat itu, karena pada waktu overtime melewati pukul 18.00 akan mendapat nasi padang + buah pisang, makanya jumlah buah pisang yang di kirim ke anda mencapai ratusan lebih”
“Lalu apa hubungannya dengan orang ini?” tanya pak carmadi.
“Anda masih ingat kejadian pada tanggal 25 january, yaitu terjadinya fatal accident di welding, ketika seorang maintenance masuk ke ruang robot untuk teaching, tetapi tiba-tiba robot itu jalan dan menyabet kaki maintenance itu hingga akhirnya harus di amputasi?” kata dole.
“Oh si samsul yang lupa memasang log out tag out itu” kata pak carmadi.
“Tidak, saya tidak lupa memasang log out tag out, ada seseorang yang telah membuka log out tag out dan memasang safety plug lalu mengoperasikan robot tanpa mengechek area robot terlebih dahulu, yaitu kau carmadi alias hanoman obong bin buto cakil” kata pengemis itu.
Pak carmadi melihat ke arah pengemis itu,
“Kau samsul?, jadi kau yang selama ini mengirimkan amplop gelap itu?” celoteh pak carmadi.
“Jangan salah paham sul, yang me-reset plc hasan bukan saya, lagi pula gembok log out tag out milikmu tidak di temukan…” lanjutnya.
“Memang yang me-reset hasan, tetapi setelah aku lihat di tombol ready auto ada cat merah yang masih baru, jadi yang pertama menekan tombol itu dan melepas log out tag out itu bukan hasan, aku sangat kaget karena pada jari anda saat itu terdapat cat yang sama, meki sudah dibersihkan, tetapi masih tersisa di sela-sela kuku anda. Akhirnya aku di keluarkan dari perusahaan, karena di anggap lalai. Hingga akhirnya keluar, aku tidak menemukan gembok itu, aku putus asa dengan kondisi cacat tak berdaya, tak ada perusahaan yang menerimaku bekerja, akhirnya aku memutuskan merubah penampilanku dan menjadi pengemis di sini, dan aku sangat kaget ketika anda membuang sesuatu di tempat sampah itu, anda berkata selamat tinggal gembok keberuntungan sambil tersenyum lebar, setelah anda pergi , aku memungut benda itu yang tak lain adalah gembok log out tag out milikku, hingga akhirnya aku menyusun rencana ini, kau harus membayarnya, semua gajiku sudah aku kirimkan padamu, sekarang saatnya kau harus memotong kakimu ha…ha…ha….” Teriak samsul.
Pak carmadi nampak pucat dan gemetar, dia ingin lari, tapi tak kuasa,
“Ternyata dugaanku benar, jika 7000 karyawan perusahaan ini separuhnya memberi 1000 rupiah pada seorang pengemis, maka pengemis itu mendapat Rp 3.500.000,- tiap harinya, sangat mudah untuk mengirimkan 3 jutaan tiap bulan, lagi pula aku langsung menyadari kaki palsu anda” kata dole.
“Tapi saya yakin anda orang baik, tetapi apa yang anda lakukan sudah keliru” lanjut dole.
“Siapa yang lebih keliru, jika ingin naik jabatan tetapi mengorbankan orang lain dengan permainan tidak sehat?” samsul memelototi pak carmadi penuh emosi.
Polisi akhirnya datang, inspektur bernama mulyadi di dadanya, mencoba mengorek beberapa keterangan.
Dole kemudian merapihkan bajunya dan berkata:
“Lebih baik jadi orang penting, tetapi lebih penting jadi orang baik”
Aku dan dole beranjak dari tempat itu, dari belakang inspektur dengan sedikit malu berterima kasih kepada dole dan menanyakan kasus yang belum selesai ia tangani.
“Kasus apa itu?”
“Di daerah koja kemarin ditemukan pekerja penggali sumur tewas tenggelam”
“Penggali sumur pompa maksud anda?”
“Anda sangat jenius tuan dole. Saya sangat menyesal bertanya pada anda”
“Sebentar inspektur, maafkan saya, saya Cuma bercanda, anda tahu identitas penggali sumur yang tewas itu”
“korban bernama Asep, umur 35 tahun asal dari karawang”
“Pemilik rumah?”
“Pemilik rumah bernama jali, dia asli orang koja”
“Jam berapa kejadiannya?”
“Sekitar jam dua belas”
“Jadi jelas, pak inspektur”
“Jelas apanya”
“Miss comunication”
“Maksud anda”
“Jali adalah orang betawi, dia bermaksud menyuruh asep istirahat karena sudah tengah hari, kemudian asep meminta di bawakan tangga, dalam bahasa sunda tangga adalah TARAJE, jadi tiap jali menyuruh istirahat asep menjawab taraje, jali mengira kalau taraje itu entar aje, jadi jali membiarkan asep terus disumur hingga air sumur menenggelamkanya” dole mengakhiri analisanya.
“Sungguh menajubkan analisa anda, kuharap anda bersedia membantu kami suatu saat kalau kami menemui jalan buntu dalam menangani kasus.
“Hmmm…” dole hanya tersenyum.
Pak inspektur berpamitan sambil menjabat tangan dole. Tetapi kemudian inspektur merasa ada yang aneh. Kemudian mencium tangannya.
“Bau apa ini?, ih…tahi ayam”
Dole pura-pura tidak tahu, ia menghampiri pak jufty dan berbincang-bincang, entah apa itu.
Aku dan dole berjalan menjauh dari lokasi, kini kami berada di warung kopi, dole menajaku untuk menjernihkan pikiran, setelah ini kita lanjutkan pemasangan pagar, kata dole tadi. Tiba-tiba dari samping kami nampak Orang tua berkaos coklat muda, tanpa menghiraukan kami dia langsung memesan kopi.
“Bu, Kopi panas campur Es” katanya.
Aku tercengang mendengar kata-katanya, tetapi Ibu warung tidak kelihatan kaget, mungkin sudah jadi kebiasaan orang itu memesan minuman tersebut. Kulihat orang tua itu mengeluarkan rokok dari bungkusnya kemudian langsung mengunyah rokok itu. Aku makin begidik, kulihat dole sedang mengamati Orang tua itu, akhirnya dole membuka mulut.
“Apakah anda karyawan perusahaan yang berbaju putih coklat?”
“Dari mana anda tahu?, saya sudah pensiun 1 tahun lalu”
“Anda Orang Weldig?”
“Bahkan anda tahu sejauh itu, Dari mana anda tahu?”
“Di lihat dari tingkah anda, anda suka kopi, tetapi anda tidak punya banyak waktu, jadi anda menaruh kopi panas itu pake es, dan anda juga tidak sempat merokok jadi anda memakannya, mungkin karena anda bekerja pada perusahaan yang pelit waktu istirahatnya, di daerah sini hanya pabrik raksasa yang berbaju putih coklat itu yang memberikan waktu break pertamanya hanya 5 menit, Dan anda jelas orang welding , karena anda tidak tahu budaya antri” dole mengakhiri analisanya.
Orang tua itu hanya mengangguk-anggukan kepala sambil meneteskan air mata.
Dole tak mempedulikanya, kemudian dole menatap Ibu warung yang sedang Hamil tua. Dole menatapi foto-foto yang di pasang diwarung itu, kemudian menatap piala di atas lemari.
“Maaf bu, kalau saya boleh tau foto-foto siapa yang ada disini bu?”
“Oh ini semua anak saya, yang perempuan anak saya yang pertama dan yang laki-laki ini anak saya yang kedua”
“Anak ibu Cuma dua?”
“Sebenarnya anak saya ada tiga, empat ama yang masih di perut, anak ketiga saya tidak ada dalam foto-foto yang ada disini”
“Apakah Anak anda yang masih anda kandung itu akan anda beri nama Panen?”
Ibu warung sangat kaget, mata elangnya menatap dole penuh antusias.
“Kenapa anda mengetahuinya?”
“Anak pertama anda adalah perempuan yang memakai seragam SMU itu, di dada kirinya tertempel nama yang singkat WIJI, dan foto yang memakai kaos bola bernama BIBIT itu adalah anak anda yang kedua, piala di atas lemari dengan sertifikat bernama SUBUR itu mungkin milik anak anda yang ketiga, karena lomba panjat pohon semangka tingkat SD baru diadakan kemarin, Jika kita urutkan nama anak-anak anda WIJI, BIBIT, SUBUR, maka yang selanjutnya adalah PANEN” dole sangat optimis dengan analisanya.
“Anda sangat cerdas, tapi sekarang saya berniat mengganti nama anak saya ini setelah kedatangan anda”
“Siapa sekarang namanya?”
“WERENG”
“Walang Sangit kelihatanya lebih cocok” Sahutku.
Ibu warung menatap ke arahku dengan nafas tak terkontrol penuh emosi. Dole membuka mulut baunya.
“jangan jadikan anak anda sebagai korban”
“tidak-tidak, saya Cuma bercanda”
Dole hanya nyengir kecut . Ibu warung tertawa renyah.
Aku dan dole beranjak dari warung itu setelah menikmati makan siang kami. Setelah menyelesaikan pekerjaan, kami pulang.
Di pagi hari betul aku sudah berada di bengkel, dole menghampiriku.
“Kau sudah sarapan teman?”
“Belum, kau?”
“Aku juga belum, bagaimana kalau kita sarapan nasi uduk?”
“Aku Ikut saja”
Aku berjalan mengikuti dole, tak lama setibanya di pertigaan kami berhenti. Dole melontarkan pertanyaan aneh padaku,
“Kau bisa menebak berapa pertanyaan yang akan dilontarkan padaku oleh penjual nasi uduk itu Gling?”
Aku berpikir sejenak tentang pertanyaan dole, dalam pikiranku penjual nasi uduk itu pasti akan menanyakan Beli apa?, Berapa?, jadi ada dua pertanyaan.
“Dua” Jawabku.
“Kau masih saja berpikir pendek, Dia akan mengajukan 6 pertanyaan, kau pegang buku kecil dan bolpoint ini, tulis pertanyaan2 dari penjual nasi uduk itu” dole berkata sambil memberikan buku saku dan pulpennya.
Kami mendekat ke arah penjual nasi uduk itu, penjual itu menatap kami kemudian tersenyum pada dole, kemudian mulai bertanya, aku menulis pertanyaan2 penjual nasi uduk itu sesuai perintah dole.
“Nasi apa lontong?”
“Nasi”
“Bungkus apa makan sini?”
“Bungkus”
“Pakai telor apa gorengan?”
“Gorengan”
“Ba’wan apa tempe?”
“tempe”
“Tempe tepung apa biasa?”
“Tepung”
“Bungkus satu apaa dua?”
“Dua”
Penjual nasi uduk itu mengakhiri pertanyaanya, aku mengecheck lagi catatan pertanyaan penjual nasi uduk itu. Dole terlihat sangat optimis dengan tebakanya.

Memang tepat apa yang dikatakan dole, tapi aku yakin karena dole langganan, jadi dia hapal betul pertanyaan apa yang akan di lontarkan oleh penjual nasi uduk itu.
Di pagi berikutnya giliranku bertanya pada dole,
“Kali ini berapa pertanyaan yang akan di lontarkan penjual nasi uduk le?”
Dole menatap uang yang aku pegang, uang seratus ribuan berwarna merah ini ternyata menjadi pusat perhatiannya.
“ Dua “ jawab dole Singkat.
Seperti biasa dole menyiap kan alat tulis, aku siap mencatat, penjual itu mulai bertanya
“Nasi apa lontong?”
“Biasa pak” jawab dole.
Penjual itu tidak lagi bertanya, setelah menganggukan kepala diapun membungkus nasi. Aku membayar nasi itu, penjual nasi itu kaget melihat uang ratusan ribu itu,
“Nggak ada uang pas mas?” penjual nasi itu sekali lagi bertanya.
Aku menggelengkan kepala, penjual nasi itu akhirnya memberikan kembalian juga.
Aku hanya geleng2 kepala, kulihat catatanku.






Tepat dua pertanyaan, Dole benar-benar membuatku Stress.


Su!

Tewasnya penjual sepatu cibaduyut -CUBO DOMINO-(DETEKTIF KRIBO DARI SOLO)

Pagi ini begitu cerah, kubuka pintu warung pakde. Seperti biasa aku duduk di depan warung. Kulihat hilir mudik para pekerja pabrik. Ada yang mau berangkat kerja dan ada yang pulang sehabis membanting tulang. Sementara aku hanya bisa menatap dan duduk manis di bangku panjang sambil berkerudung sarung yang kupakai untuk selimut tidur. Ditemani dengan secangkir kopi buatanku sendiri. Terasa begitu nikmat pagi ini. Tetapi di satu sisi aku merasa orang yang paling bodoh di dunia karena aku telah meninggalkan pekerjaanku dan menjadi seperti ini. Kadang hati bimbang menentukan sikapku, pada siapa kumengadu? Pada cubo? Menurutku ini sangat konyol. Hanya iman di dada yang membuatku mampu selalu tabah menjalani.
Kulihat di depanku melintas dua sejoli sedang bercengkrama penuh keceriaan. Seorang laki laki yang begitu gagah mengenakan seragam putih dan bertopi putih hijau berjalan sambil bergandengan tangan dengan seorang gadis yang mengenakan seragam warna pink. Sepertinya sang gadis sangat bangga mempunyai kekasih berseragam putih itu. Tiba tiba aku menjadi teringat dengan seseorang yang dulu pernah mengisi hatiku. Seseorang yang pergi jauh dariku karena kesalahanku. Rasa rindu yang selama ini tak pernah kurasa tiba tiba muncul begitu saja. “Bandung”Ucapku dalam hati. Ya, di bandung dia dulu tinggal.
“Ada apa dengan bandung?”tiba tiba ada suara yang membuatku kaget. Kutolehkan mukaku ke samping kananku. Kulihat ada cubo sedang duduk manis di sampingku. Sejak kapan dia di sini?
“ Ada apa dengan bandung?”tanya cubo lagi.
Aku sangat kaget mendengar pertanyaan cubo. Kubuka sarungku dan kubanting ke tanah. Aku tak percaya cubo melontarkan pertanyaan itu. Bak para normal cubo bisa mendengar ucapan dalam hati. Ini sungguh sangat konyol. “Da, darimana kau tahu kalau aku sedang mengucapkan kata bandung dalam hati? Aku bertanya pada cubo.
“Itu sangat mudah, dari tadi kau melamun, bahkan aku lewat di depanmu pun kau tidak tahu. Tatapan matamu kosong, dan terpaku melihat ke arah warung itu. Tadinya kupikir kau sedang memperhatikan teh Euis pemilik warung itu, tapi setelah kutarik garis lurus, ternyata matamu tertuju ke arah sebuah makanan yaitu wajik bandung”dengan gamblang cubo menjelaskan analisanya. Aku hanya bisa mengangguk anggukan kepala. Cubo memang benar benar hebat. Walau analisanya sering tidak masuk akal. Tapi dia selalu tepat dengan tebakannya. Terlalu mustahil untuk disebut suatu kebetulan.
“Aku berencana mau pergi ke bandung bo”kataku.
“Wah, ada apa gerangan? Apa kau mau mencari pekerjaan di sana? Bolehkah aku ikut?”tanya cubo.
“Ada seseorang yang akan kutemui”jawabku.
“siapa?”cubo penasaran.
“Entahlah, tiba tiba aku teringat akan dia”jawabku singkat.
“Oh, bertemu kekasihmukah? Aku tahu, aku tahu. Pasti akan sangat mengganggu jika aku ikut denganmu. Tenang sobat, aku tidak akan mengganggumu di sana, aku berencana akan mencari sepatu di daerah Cibaduyut”cubo mepuk pundaku.
“Baiklah, besok kita berangkat habis fajar”ucapku.
Keesokan harinya aku dan cubo berangkat menuju kota kembang dengan menaiki bus jurusan cikarang bandung via jababeka. Aku duduk di bangku nomor lima dari depan, tepatnya di samping kaca sebelah kanan. Sementara cubo duduk di sampng kiriku. Kulihat pemandangan di sepanjang jalan tol begitu indah. Mataku terpaku ketika bus melintas di kawasan industri karawang, begitu tenang dan asri kawasan itu. “Tak terasa, beberapa minggu yang lalu aku masih bekerja di kawasan ini”ucapku dalam hati.
“Mas sampean asli jowo ya?”terdengar suara orang bertanya di samping kiriku. Ternyata orang yang duduk di bangku sebelah kiri yang berdekatan dengan cubo. Orang itu memakai jaket kulit warna hitam, berambut agak keriting, dan mulutnya lebar.
“Iyo, ono opo?”(iya ada apa) tanya cubo.
“jowone endhi?”(jawanya mana?)pria itu kembali bertanya.
“solo”jawab cubo singkat.
“kowe wes tau mangan mie ayam neng daerah silir durung?”(kamu sudah pernah makan mie ayam di daerah silir belum?) tanya orang berbadan tegap berkumis tipis itu.
“Neng endi kuwi?”(dimana tuh)tanya cubo.
“Neng cedake omahe wagiman”jawab orang itu.
Cubo hanya diam.
“Wuoooo, mie ayam campur buakso, porsine yo pancen titik tapi uenak, saose uasli, halal pokoke”(beuh, mie ayam campur bakso, porsinya memang sedikit tapi enak, saosnya asli, dijamin halal) lanjut orang itu.
Kulihat mata cubo terpejam dan maaf, cubo mendengkur keras sekali. Dari mulutnya terdengar suara “huoaaaah, ngrok, ngrok, nyam, nyam nyam”
“ Masalah flu manuk ra sah khawatir, wong daginge ki seko peternakane mbok darti, ayame uasli”seperti tidak tahu dengan keadaan lawan bicaranya pria itu terus ngoceh di depan cubo.
Cubo semakin menjadi jadi, sambil terpejam cubo duduk membelakangi pria itu dan menunggingkan pantatnya. Lalu terdengar suara khas seperti suara kain di sobek ”Preeetttt”. Bau belerang busuk semerbak menyertai suara tersebut.
Seketika itu juga pria itu menutup mulutnya dan hampir muntah di tempat. Sementara matanya yang lebar kulihat menjadi merah dan melotot seperti hampir keluar. Sementara cubo kembali duduk seperti posisi semula.
“Nglunjak kowe!!”Pria itu sepertinya sudah hilang kesabaran.
Kucoba kusadarkan cubo dengan menggoyang goyangkan badannya, tapi cubo malah terguling dan spontan membuat gempar seluruh penumpang bus. Kulihat mata cubo terbuka, dan untuk menutupi rasa malu cubo berpura pura seperti orang yang mempunyai penyakit ayan. Sementara pria yang tadi berada di samping cubo pinsan sambil menutupi mulutnya dengan tangannya. Kubangunkan cubo dan kutarik ke bangku depan dekat sopir, pria berkulit gelap itu kududukan kembali ke kursinya. Aku dan cubo akhirnya duduk di samping tempat duduk sopir bus. Baru aku duduk beberapa menit, cubo mulai berulah.
“Bukankah nama anda Ponimin?”Cubo bicara pada sopir bus.
Tiba tiba bus mengerem mendadak, semua penumpang panik dan beberapa orang menjerit. Dalam kondisi mencekam akhirnya sopir bus membuka mulutnya.
“ Da, da, dari mana anda tahu nama saya ponimin?”dengan mata terbelalak sopir bus bertanya pada cubo.
“Cukup mudah”Cubo bicara sambil matanya terpejam.
“Maksud anda?”tanya sopir bus.
“ Rambut anda diponi dan anda menggunakan kacamata min”cubo menjelaskan tanpa membuka matanya.
Menurutku ini sangat konyol. Bagaimana mungkin penampilan seseorang bisa di hubungkan dengan namanya.
“ha, ha, ternyata anda suka membuat lelucon ya, tapi sayang sekali lelucon anda sangatlah tidak lucu! “sopir berkacamata itu tampak marah pada cubo. Sambil mencoba menghidupkan bus yang mogok karena mengerem mendadak, sopir itu terus mengeluarkan kata sumpah serapah pada cubo. Sementara cubo kulihat masih memejamkan matanya bahkan sesekali kudengar “nyam, nyam, nyam” keluar dari mulutnya.
“Tapi benarkan nama anda ponimin?” cubo tiba tiba membuka matanya.
“Banyak bicara, apa buktinya kalau namaku ponimin?”sopir tambah sewot dan menancap gasnya kencang.
“tulisan ponimin pada jaket anda adalah bukti yang tak bergerak yang bmenjelaskan kalau anda adalah ponimin, jaket anda adalah jaket perusahaan jasa transportasi bus antar kota yang anda sedang kemudikan”cubo menjelaskan pada sopir itu.
“astaga! Apakah anda seorang detektif? Analisa anda sungguh akurat, Amazing! bahkan bukti yang anda sampaikan sangat tepat”sopir itu terkesima.
Ini sungguh konyol, apanya yang akurat dan amazing. Kulihat bukan jaket sopir itu saja yang bertuliskan ponimin. Celana, topi, sepatu, kartu identitas yang diletakan di gantungan kunci dan foto close up yang dipajang di dekat spion semua bertuliskan ponimin. Bahkan terlihat jelas tulisan ponimin tertulis di kaca depan bus itu dan hampir menutupi kaca bus bagian depan. Aku hanya diam saja melihat keadaan ini. Kulihat cubo membuka matanya. Lalu mengambil koran yang ada di sampingnya dan membacanya keras keras.
“Pesulap yang juga ahli hipnotis Romi Raffael memprotes pesulap pendatang baru yang bernama Romi mototrail, karena namanya terlalu mengada ngada dan penampilannya juga meniru gaya Romi rafael yaitu menggunakan baju dan celana serba hitam. Setelah melalui persidangan alot akhirnya Romi mototrail mau mengganti nama dan penampilannya. Romi mototrail yang tadinya menggunakan baju hitam, celana hitam dan ikat kepala hitam, merubah dirinya dengan menggunakan baju warna putih, celana coklat dan helm berwarna kuning serta merubah namanya menjadi Remi main body”
Cubo kulihat tertawa lalu berkata “ ini hanyalah berita hoak”.
Cuaca sangat panas, sepertinya lebih panas dari madinatul bu’uts mesir. Ketika cubo asik membaca koran tiba tiba supir membanting kemudinya dan belok ke arah gerbang tol kopo. Aku bingung padahal biasanya kalau aku ke bandung bus tidak keluar melalui pintu tol kopo. Ah mungkin bus ini melalui jalur biasa via purwakarta, aku berkata dalam hati. Sementara cubo masih asik dengan koran yang ia baca. Bus terus melaju cepat walau kadang mengerem mendadak karena jalan banyak lubang. Sampai di perempatan sadang bus belok kiri ke arah subang. Aku menjadi semakin bingung. Aku pura pura tidur, tapi hati tetap tidak bisa bohong. Soalnya dulu waktu aku ikut touring dengan teman temanku kalau ke bandung tidak lewat jalan ini. Lalu aku tanyakan ke sopir bus. “ pak, ini gak salah jalannya?”
“salah gimana ? orang tiap hari juga lewat sini kok, anda baru nik bus ini ya?”kata sopir.
“ ah kamu diem aja plun, sebentar lagi juga sampe bandung”cubo berkata enteng.
“Apa bandung? Bus ini tidak lewat bandung!” sang sopir berteriak.
Cubo melompat dari tempat duduknya. “Apa kau bilang? Bukannya bus ini jurusan terminal leuwi panjang bandung?”
“leuwi panjang? Siapa yang bilang? Bus ini jurusan leuwi munding majalengka, bukan leuwi panjang!” pak ponimin sewot.
Semua penumpang berbisik bisik dan melihat ke arah kami. Setelah kulihat di kaca depan bus ternyata benar bus itu memang bus jurusan leuwi munding, karena diatas tulisan munding ada stiker bertuliskan panjang tangan, tulisannya menjadi seperti leuwi panjang karena huruf tulisan munding dan tangan kecil. Aku sungguh sangat malu. Semua penumpang tertawa. Kulihat cubo pura pura terjangkit penyakit ayan dengan berguling guling di dalam bus. Keadaan ini membuat aku semakin malu. Akhirnya kami diturunkan di perbatasan kota subang dan purwakarta. Di dekat patung singa yang sedang di gotong oleh bebeapa orang.
“sial!!”
“siapa yang sial?”
“Siapa lagi kalau bukan kita?”
“kalau begitu siapa yang salah?”
“yang salah jelas busnya bukan kita”
“Orang yang tidak lulus ujian bukan karena soalnya, tetapi karena dia salah menulis jawabannya”
Aku hanya bisa mengangguk mendengar kata kata cubo. Aku ingat ada seseorang yang pernah bilang kepadaku, kalau disetiap satu kesulitan ada dua kemudahan.
Aku dan cubo duduk di trotoar jalan menunggu barangkali ada bus jurusan bandung. Waktu sudah menunjukan pukul 10 : 15, keadaan ini membuat aku sedikit gelisah. Ketika aku sedang termenung meratapi nasib, tiba tiba ada sebuah minibus berhenti di depan kami. Lalu sang sopir keluar dan bertanya pada cubo.
“ Apa anda tahu jalan menuju bandung?” tanya sopir berambut kriting.
“ wah, kebetulan kami mau ke leuwi panjang” jawab cubo penuh semangat.
“ oh, saya tidak tanya anda mau kemana, saya tanya apa anda tahu jalan menuju bandung”
“ ya, kami tahu, tapi kami ingin anda memberi kesempatan kepada kami untuk ikut mobil anda. Kami sudah ada janiji dan sepertinya kami telat”
Pria berambut kriting itu memandang cubo, lalu memandangku secara bergantian.
“Apakah tampang kami seperti penjahat?” tanya cubo.
Pria itu hanya diam dan memberi kode agar kami masuk ke dalam mini busnya.
Ternyata di dalam mini busnya tidak ada siapa siapa, hanya ada beberapa ransel dan gitar tua. Aku dan cubo duduk di bangku depan di sebelah pria itu. Mobil yang aku naiki benar benar tiak nyaman, dari bentuknya yang seperti angkutan jurusan tambun cibitung jelas kalau mobil itu tidak dilengkapi pendingin ruangan. Hal ini membuat aku dan cubo mandi keringat. Kamipun berkenalan dengan pria berambut kriting itu, namanya kelik. Dilihat dari model rambutnya yang acak acakan sepertinya dia seorang seniman. Tulang pelipisnya agak menonjol keluar dan alisnya hampir menyatu. Bibirnya lebar dan tebal seperti ikan lele dumbo. Sementara hidungnya besar dan sangar seperti hidung ondel ondel jakarta timur. Sebenarnya aku agak takut dengan pria bernama kelik itu, tapi cubo terlihat seperti ngotot untuk menumpang minibus milik kelik. Aku hanya bisa diam mendengar percakapan mereka berdua. Entah tahu darimana cubo dengan jalan menuju kota bandung. Aku sedikit sedikit bisa ingat kalau jalan yang kami lewati adalah jalan padalarang, aku yakin kalau terus menyusuri jalan ini pasti akan melewati kota Cimahi. Aku bisa tahu karena aku dulu pernah lewat jalan ini ketika touring ke daerah ciwidey. Jalannya sepi dan berliku liku. Di samping sampingnya terlihat hijau hijauan pohon teh.
Kelik bercerita kalau dirinya memang sopir angkot jurusan tambun perumahan trias. Tapi dia mengaku kalau baru kali ini dia pergi ke bandung dengan mengemudi mobil sendiri. Karena sebelumnya dia menggunakan bus untuk pergi ke bandung. Kelik juga bercerita kalau tujuannya ke bandung adalah untuk menengok istri keduanya. Istri kelik tinggal di daerah pasir kaliki dekat Istana plaza, tempat dimana kekasihku tinggal. Aku hanya bisa menghela nafas panjang mendengar istana plaza di sebutkan kelik. Karena tempat itu mengingatkanku pada seseorang.
Sementara kelik mengemudi dengan santai sambil bersiul asyik menikmati pemandangan yang indah. Ketika di sebuah tikungan mendadak dari arah depan datang sebuah truk barang. Si sopir truk membuka jendela dan berteriak dengan keras “Taii!!”. Mendengar suara ini kelik menjadi emosi dia ikut membuka jendela dan memaki “ kamu sendiri yang tai!!!”. Baru saja kelik selesai memaki tiba tiba ada benda lembek berwarna kuning jatuh di kaca depan mobil yang kami tumpangi. Kelik mengerem mobilnya dan memindah transmisi untuk berjalan mundur. Lalu wiper kaca dinyalakan. Bukannya tambah bersih tapi benda itu malah menjadi rata menutupi kaca depan. Setelah merasa tepat dimana tempat benda itu jatuh, kelik menoleh ke atas. Aku dan cubo juga ikut melihat ke atas melalui celah kaca depan. Terlihat ada orang gila sedang buang air besar di atas dahan pohon mangga. Kelik terdiam dan menghela nafas panjang. Aku tahu dia merasa bersalah telah memaki sopir truk barang itu. sebenarnya sopir truk itu sedang memberi tahu kelik kalau di depan mobilnya ada orang gila yang sedang buang air tapi kelik malah memaki sopir itu. bahkan tadi aku sempat melihat kalau di spion truk itu ada benda berwarna kuning, mungkin truk itu juga kejatuhan sial. Tiba tiba cubo membuka mulutnya “ jangan salah tafsir maksud dari kebaikan orang lain....hal tersebut akan menyebabkan kerugian anda, dan juga membuat orang lain terhina “.
Mendengar kata kata cubo, kelik meneteskan air mata. Cubo mengambil kain berwarna kuning di bangku belakang lalu menyerahkannya kepada kelik. Kain itu lalu dipakai kelik untuk mengusap air matanya. Tiba tiba kelik berhenti menangis dan mengamati kain yang dia pakai untuk mengusap pipinya.
“ Apa yang kau lakukan?! Ini kanebo yang kemarin buat membersihkan knalpot mobilku” teriak kelik sambil membanting kain itu. kelik lalu melihat ke arah spion di atas kepalanya. Dilihatnya wajah yang tadinya bersih menjadi hitam karena terkena bekas oli di kanebo. Kulihat cubo menutup mulut dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang perut. Kulihat badan cubo tersengal sengal aku yakin cubo sedang menahan tawanya.
“Kau mau mempermainkanku?” kelik menatap tajam ke arah cubo lalu menancap gas kencang. Aku tak menghiraukan apa yang sedang terjadi. Aku memilih memejamkan mataku.
Masih di jalan padalarang tapi tepatnya aku tak tahu tiba tiba mobil kelik macet. Cubo memberi kode kepadaku agar meninggalkan kelik dan mobil bututnya. Sebenarnya aku kasihan tapi waktu sudah tidak memungkinkan untuk bersantai santai. Kami berjalan kaki menyusuri jalan yang lumayan sepi. Aneh tapi nyata di jalan yang sepi ada sebuah bus yang sedang berhenti. Setelah kami lewati sebuah tanjakan ada sebuah bus yang berisi beberapa penumpang. Jalan di mana bus itu berhenti agak menurun. Aku dan cubo masuk melalui pintu belakang. Aku bertanya kepada penumpang bus apakah bus itu adalah bus jurusan bandung, penumpang itu hanya menganggukan kepala. Aku dan cubo duduk tepat di bangku paling belakang dekat jendela sebelah kanan. Tiba tiba bus yang kami naiki melaju. Bus berjalan semakin kencang. Ada seseorang yang mengejar bus yang kami naiki dari belakang.
Cubo menjengukkan kepala keluar jendala bus dan berkata dengan orang yang mengejar bus, "Hai kawan! Sudahlah Anda tak mungkin bisa mengejar!" "
Saya harus mengejar dia." Dengan nafas tersenggal-senggal dia menjawab, "Saya adalah pengemudi dari bus ini!" . semua penumpangpun panik, akhirnya bus menababrak pohon mangga yang berada di sebelah kanan jalan. Kepalaku tersentak kulihat di sampingku cubo sedang asyik ngobrol dengan kelik. Rupanya aku tadi sedang bermimpi. Aku seperti orang bingung melihat keadaan.
“Apa yang terjadi?”tanya cubo. Lalu aku ceritakan apa yang tadi ada dalam mimpiku. Cubo mendengarkan ceritaku lalu berkata “Ada sebagian orang harus berusaha keras dengan sangat serius, jika tidak demikian, maka akibatnya akan sangat tragis! ...saat harus menghadapi sesuatu dengan sekuat tenaga, maka kemampuan yang masih terpendam dan sifat-sifat khusus yang tidak diketahui oleh orang lain selama ini akan sepenuhnya keluar”
“Sebuah mimpi buruk, mudah mudahan tidak akan terjadi”Kelik berkata.
“Amin, tapi setidaknya kamu harus bersyukur masih bias bermimpi walaupun mimpi itu buruk”Cubo bicara dengan tampang serius.
“Maksudnya bo?”Melihat tampang Cubo aku jadi penasaran.
Cubo memejamkan matanya sebentar lalu mulai berbicara. “Pernah tidak dalam diri anda sejenak terlintas bahwa mimpi itu anugrah? Walaupun itu mimpi buruk sekalipun, mimpi adalah sesuatu yang spesial. Mimpi adalah pencitraan indrawi yang ditimbulkan akibat suatu kenangan saat sadar oleh otak ketika anda terlelap. Bagaimana dengan orang buta sejak lahir yang mana seumur hidupnya tidak pernah mengalami pencitraan visual. Mereka tidak tahu apa itu hijau, merah, dan warna lainnya. Dunia yang mereka lihat adalah kegelapan dengan hingar bingar orang di sekelilingnya. Apakah mereka bermimpi? Kalau iya mimpi seperti apa yang mereka lihat?
Dua orang penyandang tuna netra sedang ngobrol. Yang satu, seorang pemuda buta beberapa tahun lalu (umurnya sudah lebih seperampat abad). Yang satunya lagi gadis belia yang umurnya baru setengah dari umur si pemuda. Dia buta sejak lahir.
Mereka sedang asyik ledek ledekan. Si gadis meledek si pemuda karena tidak bisa lari dengan lincah seperti dirinya. Karena ternyata selain buta, pemuda itu polio sehingga harus memakai tongkat. Tak mau kalah si pemuda balas meledek, “Emang kamu kalau mimpi ada gambarnya?”. Si gadis menjawab, “Ngga”. Dengan lugunya dia bertanya lagi, “Emang kakak kalau mimpi ada gambarnya?”


Ini cerita nyata yang diceritakan langsung oleh pemuda tadi. Mendengar kisah ini saya jadi berfikir, kalau tidak ada gambarnya terus di dalam mimpinya apa yang ada? Berarti hanya ada suara suara layaknya di kehidupan sehari-harinya dong. Ini cuma cerita sederhana yang kebetulan menyentuh perasaanku.
Kita sebagai manusia yang Subhanallah dikarunai fisik sempurna mungkin tidak pernah menyempatkan memikirkan hal hal sederhana seperti ini. Paling tidak, orang yang tidak sempat itu adalah saya. Betapa sesuatu yang sudah kita miliki tapi tanpa sadar bagi orang lain sangat berarti walaupun tidak pernah bisa mereka miliki.”
Mendengar kata kata cubo tak terasa mataku berkaca kaca. Kulihat kelikpun menangis dan berulangkali menendang nendang pedal rem mobilnya. Mobil yang kami naikipun jadi oleng hilang kendali. Lau berhenti. Bersama berhentinya mobil kelik tiba tiba handpone cubo berbunyi. Cubo tiba tiba meneteskan air mata ketika membaca pesan di Hpnya.
Dengan terisak isak cubo berkata padaku, “ Penjual sepatu langgananku di cibaduyut telah meninggal dunia”
“Benarkah?”
“Barusan dia sms kalau dia telah meninggal ”jawab cubo singkat.
Akhirnya kami berputar arah kembali menuju arah Jakarta. Kelik tidak jadi ke tempat istrinya tapi mengantarkan kami sampai cikarang sebagai rasa terimakasihnya pada cubo karena banyak pelajaran yang di berikan cubo padanya. Akupun mengurungkan niat awalku untuk bertemu wanita itu. Padahal aku dan cubo sudah sampai cimahi.

Kamis, 07 April 2011

MISTERI HILANGNYA MIMBAR MASJID AL-HUDA -CUBO DOMINO- ( DETEKTIF KRIBO DARI SOLO )

Pagi ini begitu cerah, aku berangkat kerja seperti biasanya. Aku tau hari ini produksi tidaklah banyak karena hari ini adalah tanggal 29 di bulan juni, dan besok merupakan hari stock tacking. Tepat seperti dugaanku sebelumnya pukul 09:00 produksi sudah kelar. Kegiatan diisi dengan 4s dan lain lain.Kuputuskan hari ini aku akan resign atau mengundurkan diri dari perusahaan perakitan sepeda motor ini. Kutunggu tunggu senior leaderku untuk bicara dengannya, tapi dia tak kunjung datang. Sementara dalam kegelisahanku aku bekerja seperti biasanya, bercanda dengan teman teman, dan melirik gadis gadis yang ada di sekitarku. Tak ada satu orangpun yang tau kalau hari ini aku akan resign. Waktu sudah menunjukan pukul 16:00, aku harus segera bicara dengan atasanku, sebenarnya aku bingung kenapa aku resign. Kadang pikiranku tak bisa ditebak, bahkan oleh diriku sendiri. Akhirnya kuputuskan untuk bicara dengan atasan yang baru naik kelas kemarin, apa boleh buat karena atasan senior yang aku tunggu tak kelihatan batang hidungnya. Aku bicara dengan atasanku di meja leader. Semestara teman temanku sedang meeting di depan delivery.
“Ada apa plun?”Tanya atasanku sambil tersenyum.
“Saya mau resign bos”jawabku.
“Serius lo plun? kenapa?”Leaderku terkejut dengan jawabanku.
“Ya bos, saya sudah dapat pekerjaan lain”
“Dimana?”
“Oh sory bos, suatu saat mungkin sampean akan tau”
Kulihat wajah bos jenggot, begitu nama akrab atasanku, sangat kaget mendengar kata kataku. Nampak jelas rasa bingung menghinggapi di wajahnya, aku bisa memakluminya karena dia baru jadi atasan kemarin, dan mungkin baru kali ini dia menghadapi masalah seperti ini. Bos jenggot mengeluarkan Hp dan menelfon seseorang, aku yakin yang dia telfon adalah foreman atau mungkin supervisorku. Aku diberi kertas untuk membuat surat pengunduran diri. Sementara bos jenggot pergi ke meeting menemui teman temanku.
Tiba tiba telefon di meja leader berdering, ketika kuangkat ternyata seorang cewek yang menelfon, dari logat bicaranya aku tau dia pasti sedang iseng mengerjaiku. Saat telfon kututup bos jenggot datang. Surat pengunduran diri sudah selesai. Aku diminta menemui foremanku di ruang admin quality engineering. Sebelum menemui foreman kusempatkan menemui teman temanku untuk berpamitan, akhirnya aku diberi waktu oleh bos untuk bicara. Semua temanku terdiam dan bingung ketika aku mengutarakan permintaan maaf sebagai kata perpisahan. Kulihat rekan rekan partner sift juga ikut mendengarkan kata kata perpisahaanku di rest area. Banyak dari rekan kerjaku yang kaget ketika tahu hari ini aku resign. Aku tahu pasti mereka menebak nebak kenapa aku resign. Tapi semua itu tak aku hiraukan. Selesai berpamitan aku menuju ke ruang admin QE menemui foremanku. Di jalan menuju ruangan itu aku bertemu wanita cantik berjilbab yang aku kenal, wanita itu tersenyum manis kepadaku, akupun membalas senyumannya. Aku tahu pasti dia tidak sadar kalau senyumku itu adalah senyum terakhir untuknya.
Sampai diruang admin QE¹ aku di interogasi habis habisan oleh pak jablugh, begitu nama akrab foremanku ditelinga rekan rekan kerjaku. Semua berjalan lancar, dan aku disuruh menemui supervisorku di office.
“Ada apa lagi ini, kemarin baru saja ada yang resign sekarang ada yang resign lagi”supervisorku langsung bertanya kepadaku begitu aku datang.
Ternyata sebelumku, kemarin sudah ada yang resign duluan karena mendapat pekerjaan lain. Tanya jawabpun tak bisa dielakkan antara aku dan supervisorku. Aku bicara apa adanya dan akhirnya supervisorku dapat menerima dan memakluminya. Setelah itu aku disuruh menghadap ke HRD di office utama, tetapi saat aku temui Pihak dari HRD tidak ada. Dari office aku kembali lagi ke dalam pabrik untuk absen pulang. Sampai akhirnya aku meninggalkan pabrik perakitan sepeda motor itu. Kulihat jalan kawasan industry begitu tenang, berbeda dengan pikiranku yang sedang galau. Ada semacam rasa kehilangan, ya, kehilangan pekerjaan dan teman temanku. Bus jemputan mewarnai kemacetan dipintu keluar kawasan, sore itu langit kota karawang begitu cerah. Tak sampai satu jam aku sudah sampai kontrakanku di daerah teluk jambe.
“Mulai dari awal lagi”hatiku berucap.”Aku harus bagaimana”kembali hatiku bertanya. Tiba-tiba aku teringat dengan pakde dan budeku dicikarang, pakde sukino dan bude markonah, atau yang akrab kupanggil pakde kino dan bude mar. Akupun langsung cabut dari kontrakan menuju ke daerah cikarang. Sampai cikarang waktu sudah isya. Kudengar gema adzan isya dari salah satu masjid di daerah pasir gombong, cikarang. Tak lama kemudian aku sampai di warung kopi pakdeku. Warkop itu begitu ramai dan membuatku timbul rasa malu untuk masuk ke warkop itu. Warkop pakde memang terkenal beda dengan warkop yang lain. Dilihat dari menu yang ditulis didepan warung, bisa bikin orang yang membacanya penasaran. Sebut saja minuman kopi joss, kopi kental hitam yang disajikan dengan cara dimasuki bara yang masih membara, dan ketika bara itu masuk ke air kopi tercipta bunyi jesss..menurutku ini sangatlah konyol, yang namanya kopi mau dicampur dengan apa saja tetep aja rasanya pahit, lain cerita kalau ditambah gula atau garam. Sebenarnya aku sudah pernah mencicpi kopi joss waktu dulu aku sedang pratek kerja lapangan di daerah simpang lima, semarang. Rasanya sama seperti kopi biasa, pahit!
Lalu ada lagi sebuah menu yang tidak kalah anehnya dengan kopi joss, yaitu “copy paste“. Segelas kopi yang dicampur dengan pasir dan tempe. Banyak orang yang meminati copy paste ini, rasanya seperti apa entah aku belum pernah mencicipinya. Aku lalu masuk ke warkop pakde, kulihat disebuah freezer ada tulisan “es cream mukakino”. Sebuah es krim rasa kopi yang bentuknya mirip dengan muka pakde kino yang sedang tersenyum. Aku hanya bisa menggeleng gelengkan kepala melihat menu di warkop pakde. Tak lama kemudian datang lelaki tua berkepala botak dari belakang tirai, mata dan mulutnya lebar dan ada tahi lalat besar di pipinya, ya.. Dialah pakde kino.
Pakde kino menjabat tanganku dan menepuk punggungku. ”Apa kabar plun? tumben kamu datang kemari? ada apakah gerangan?”Tanya pakde kino. ”Saya udah ga kerja pakde”aku menjawab. Pakde kino terbelalak dan memegang pundakku kencang. ”Serius kamu plun? kenapa ? kamu habis kontrak?”Tanya pakde kino penasaran.
“Saya mengundurkan diri, saya pengen cari kerjaan lain”.
”Pasti kamu ada masalah di tempat kerja kamu ya?”
“Tidak ada pakde, saya pengen cari pekerjaan lain, selain bekerja di pabrik, saya pengen berwira usaha atau pekerjaan lain selain jadi kuli di pabrik, saya pengen suasana baru”.
“Ya, itu terserah kamulah, orang kamu yang akan jalanin. Sekarang kamu duduk dulu, kamu pasti capek udah jauh jauh datang kemari.”
Akupun duduk dikursi panjang yang ada disamping pakde, tiba tiba pandanganku melihat ke arah luar, aku melihat ada orang yang sedang duduk di kursi di depan warung, dan dibelakang orang itu ada sepeda motor yang dinaiki seseorang dan siap menabrak orang yang ada dikursi. ”Hetikan!!”teriakku. Pengendara sepeda motor tak menghiraukan teriakanku. Aku siap berlari untuk menghentikan sepeda motor itu, namun tangan pakde kino menghentikan langkahku.
“BRAKKK” sepeda motor tadi menabrak orang yang ada di kursi, seketika itu orang itu berguling guling, tangan kanannya memegang punggung. ”Aggghhhkk”orang itu teriak kesakitan. Kakinya yang panjang kulihat kejang kejang dan menendang nendang batu yang ada disekitarnya. Matanya berkedip seperti kambing yang sedang disembelih, tangan kirinya terus mengepal menandakan betapa sakitnya yang dirasakan orang itu. Tak lama kemudian datang pelayan pakde membawa secangkir kopi, dan menuangkan di mulut korban yang sedang mangap karena kesakitan. Setelah diminumkan kopi orang itu menggeleng gelengkan kepalanya dan meregangkan kedua tangannya, dari mulutnya kudengar suara lirih”akhhhh….nikmat” lalu orang itu memberikan sejumlah uang kepada pelayan dan pengendara motor tadi.
“Apa apan ini?” aku bertanya ke pakde kino.
“Kamu heran ya? inilah kopi terbaruku yang baru aku ciptakan plun, namanya kopi tabrak”dengan penuh percaya diri pakde kino menjelaskan. ”Ini sangatlah konyol”aku berkata. ”Maksud kamu plun? memang dari cara penyajiannya agak berbahaya, tapi dari segi safety saya jamin aman untuk dikonsumsi plun. Karena client yang ditabrak dilengkapi peralatan safety seperti helmet, safety belt, dan body protector. Selain itu, sebelum ditabrak client kami di training KYT [kikken yochi training / latihan menduga bahaya] terlebih dahulu”Pakde kino menjelaskan.
“Terus apa nikmatnya? Apa specialnya? Sunggah bodoh orang yang beli kopi gila ini”.
“Itukan kalau menurut kamu, karena kamu belum mencoba, kamu Tanya aja langsung pada orang itu bagaimana rasanya”
Dibayarpun aku tidak mau buat mencicipi kopi gila itu, akhirnya aku memberanikan diri bertanya pada orang yang minum kopi tabrak tadi. ”maaf bang bagaimana rasa kopi tadi?”
“Beuh….rasanya nabrak bangets, gua demen dah ama yang beginian”jawab orang itu dengan logat betawi yang sangat kental.
Dalam hatiku berucap, nabrak apaan rasanya ditabrak iya..dasar orang gila. Kulihat muka pakde kino berseri seri dan sepertinya bangga sekali dengan kopi tabrak itu. Aku masuk kembali ke warung dan duduk disebelah pakde.
“Bagaimana plun, kamu sudah punya inspirsi mau usaha apa?”
“sudah pakde, setelah melihat kejadian tadi”
“Wah, apakah kamu mau usaha kopi tabrak, kebetulan pakde belum buka cabang”
“Bukan pakde”
“Lalu? kamu mau usaha apa?”
“Bebek presto”
“Wah ide bagus tuh, maksud kamu bebek goreng yang empuk yang tidak ada tulangnya itukan? Kebetulan didaerah sini belum ada yang buka usaha jual bebek presto”
“Bukan bebek presto itu pakde”
“Lalu?”
“Bebek presto yang cara penyajiannya dengan cara pengonsumsi saya gencet dulu dengan masin press 500 ton, lalu ketika orang itu berteriak kesakitan, saya akan memasuki mulut orang itu dengan kepala bebek”
“Udah gila kamu ya plun, mentang mentang udah pernah kerja di bagian stamping kamu mau ngegencet orang seenaknya” sepertinya pakde kino agak kesal dengan penjelasanku.
“Hahahahaha, saya kan bercanda”
“Huh kamu ini ditanya serius malah bercanda, ya udah kamu istirahat dulu sono, kamu pasti capek, besok pakde ajak kamu jalan jalan didaerah sini deh, biar kamu bisa refresing”
Aku diajak kesebuah kamar dibelakang warung, jujur saja aku memang merasa lelah. Kuraih bantal guling dikamar itu, dan tanpa permisi aku langsung terlelap dikamar itu.
Jam 5 pagi aku dibangunkan oleh bunyi alarm handphoneku. Malam terasa begitu cepat. Kulihat warung sudah sepi. Aku pergi wudhu dan shalat subuh. Setelah shalat subuh aku jogging sebentar, maklum saja ketika masih bekerja jarang sekali ada waktu buat lari lari. Aku merasa aku sekarang menjadi pengacara alias pengangguran banyak acara. Pulang jogging aku dikejutkan dengan sesosok manusia yang menyeramkan. Tingginya kira kira 170 cm, kulit sawo matang, badannya tegap seperti atlet binaraga. Dia sedang duduk di bangku depan warung pakdeku. Ketika aku melintas di depannya, matanya melirik ke arahku. Aku pura pura tidak melihat, tapi dia semakin melirik. Entah ada apa dengan orang ini. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya padanya.
”Maaf mas ada yang bisa saya bantu?” tanyaku
“Oh, perkenalkan nama saya jendrik, saya tinggal di sukaresmi, saya habis main dari rumah teman saya di taman sentosa, kebetulan saya lewat sini dan berniat membeli kopi, tapi sepertinya warung belum buka ya?”kata pria tegap bertato mickey mouse itu.
Aku melihat jam di HPku, waktu menunjukan pukul 06.00.
“Oh sekarang baru jam enam mas, warung buka jam setengah tujuh”
“Wah, berarti masih setengah jam lagi ya? yaudahlah kapan kapan aja saya mampir kesini lagi, soalnnya takut telat. Perjalanan masih jauh”
“Emangnya mau kemana mas?”
“Saya mau berangkat kerja, saya bekerja di daerah sunter Jakarta utara”
“Oh ya udah hati hati ya, semoga selamat sampai tujuan”
Jendrik segera menancap gas sepeda motornya, dilihat sepintas dia memang mengerikan, tapi jika dilihat dari baju seragamnya sepertinya dia pekerja keras. Baju seragamnya penuh oli dan tambalan lakban. Dan jika dilihat dari warna seragamnya putih coklat, seperinya aku tau dia bekerja dimana. Karena aku dulu sebelum bekerja di karawang aku juga bekerja di sunter selama dua tahun. jadi sedikit sedikit aku tau seragam PT di daerah situ.
Aku masuk ke warung pakde, kulihat pakde dan bude mar sedang sibuk di dapur. Aku bantu bantu semampuku. Selesai bantu bantu aku pergi mandi. Rasanya begitu segar habis jogging mandi. Selesai mandi kulihat warung sudah rapih, dan sudah ada satu dua orang yang sedang menikmati kopi pakde kino.
Aku keluar warung dan duduk di bangku di depan warung, tiba tiba ada sepeda motor berhenti di depanku. Pengendara sepeda motor membuka helmnya. Kulihat wajahnya adalah sosok yang pernah kulihat. Ya, dia jendrik yang tadi duduk disini. Kulihat jam di Hpku waktu menunjukan pukul 08.00, aku bingung kenapa jendrik kembali kesini. Apa ada sesuatu yang ketinggalan atau mungkin dia telat?. Rasa penasaran ini membuatku memberanikan diri untuk bertanya padanya.
“Kenapa mas kok balik lagi?”tanyaku.
“Saya lupa kalau sekarang tanggal merah, padahal tadi saya sudah sampai kelapa gading”jendrik berkata sambil menggaruk garuk kepalanya.
Aku baru teringat kalau sekarang tanggal merah alias hari libur setelah jendrik bicara. Tapi aku yakin sebenarnya dia pasti sudah sampai pabrik tapi untuk menutupi malu dia berkata baru sampai kelapa gading, bahkan mungkin dia sudah melakukan senam pagi. Dilihat dari keringat yang membekas dibajunya, pasti dia habis senam dengan semangat.
“Apakah….”belum sempat aku bertanya jendrik sudah sirna dari hadapanku. Kulihat kekanan kiriku juga tidak ada. Ternyata dia sudah ada didalam warung sedang menikmati kopi. Aku jadi ingin ngobrol dengan jendrik, kelihatannya dia orang baik. Di dalam warung ada tiga orang yang sedang menikmati kopi. Belum sempat masuk ke warung aku dikejutkan dengan pertanyaan salah satu orang yang sedang menikmati kopi. Orang itu bertanya kepada jendrik ”Bukankah anda bekerja dibagian welding?”Tanya orang itu.
Jendrik melompat dari tempat duduknya. ”Da,da,dari mana anda tahu?”Jendrik sangat kaget dengan pertanyaan orang itu.
“Itu sangatlah mudah, seragam anda lengan panjang, dan banyak bintik kuning di baju anda itu adalah bekas terkena sparter, dan noda hitam di celana anda itu bukanlah oli melainkan noda terkena sealer ”Orang itu menjelaskan.
“Tapi itu tidak cukup membuktikan kalau saya bekerja di welding, bagian casting dan stamping seragam mereka juga lengan panjang”Hendrik berkata.
“Kalau begitu, bisakah anda menjelaskan dari mana anda mendapat kalung itu?”
Orang itu menunjuk kalung yang dipakai jendrik, kalung itu berwarna kuning keemasan dan diujungnya ada benda seperti pelor atau peluru senapan yang berwarna kuning pula.
“Ujung kalung itu adalah tip gun atau benda yang digunakan untuk mengelas spot di welding, apakah anda merasa keren menggunakan kalung itu? dan bisakah anda jelaskan dari mana anda mendapatkannya jika anda tidak bekerja dibagian welding?”Orang itu melanjutkan penjelasannya.
“Sebenarnya siapa anda? analisa anda begitu akurat seperti detektif di film film”sepertinya jendrik ketakutan menghadapi orang itu.
“Oh, maaf saya belum memperkenalkan diri. Perkenalkan nama saya Cubo Domino”
Bagiku itu nama yang cukup aneh, dan baru kali ini aku mendengarnya, cubo domino berpawakan tinggi, tegap seperti jendrik, wajahnya lumayan ganteng, dan dilihat dari penampilannya sepertinya dia seorang preman, ranbutnya begitu berantakan, ditelinga kirinya ada anting warna pink, dan di lengan kanannya ada tatto doraemon.
Cubo menoleh kesebelah kirinya, disebelah kirinya ada orang berbaju merah sedang asyik menghisap rokoknya.
“Apakah anda suka mengkonsumsi miras?”Cubo membuka pembicaraan
Pria berbaju merah menggelengkan kepalanya.
“Bukankah anda baru saja dari cikampek?”tanya cubo lagi.
Pria berbaju merah langsung terjatuh dari tempat duduknya, setelah berdiri pria itu menggigit telunjuk kirinya dan tangan kanannya memegang sikut kirinya, sambil geleng geleng pria itu bicara ”Apakah anda mengikuti saya?”
“Oh,tidak tuan. Tapi kondisilah yang menjelaskan”jelas cubo.
“Lalu dari mana anda tahu kalau saya dari cikampek?”
Kulihat pria berbaju merah sangat heran dengan tebakan cubo, sementara jendrik masih berdiri dan terus tercengang keheranan.
“Itu sangatlah mudah, dari tadi anda mengepulkan asap rokok ke arah saya. Tapi anehnya yang saya cium bukanlah bau asap rokok melainkan bau Al-kohol, dan ketika saya tanya ternyata anda tidak mengkonsumsi miras dan sejenisnya. Berarti ada dua kemungkinan, anda bohong kepada saya atau anda baru saja makan makanan yang baunya seperti alcohol, nah, salah satu makanan yang baunya seperti al kohol adalah peyem alias tape alias kenyas yang dijual di daerah perbatasan cikampek subang”Cubo menjelaskan.
“Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan penuh? bisa saja saya membeli peyem di daerah lain”Pria berbaju merah menyangkal.
“Memang, di daerah cipayung jalan puncak bogor juga banyak dijual peyem, tapi yang jadi poin penting disini bukanlah peyem”
“Lalu?”pria berbaju merah semakin bingung.
“Kata kata anda yang pertama, anda berkata, ‘apakah anda mengikuti saya?’ itu sudah cukup dijadikan jawaban bahwa anda baru saja dari cikampek”
Pria berbaju merah akhirnya mengangguk anggukan kepalanya. Sebuah analisa yang hebat, tak hanya analisa sepertinya cubo juga menggunakan psikis dan logika untuk menjebak seseorang. Tak lama kemudian jendrik dan pria berbaju merah undur diri.Kini kesempatanku untuk ngobrol dengan cubo. Tampangnya yang preman membuatku sedikit takut mendekati cubo.
“Maaf bang, apakah anda seorang detektif”aku bertanya.
“Jangan panggil saya bang, panggil saja cubo. Bukan, aku bukan detektif, sebenarnya saya tadi Cuma asal tebak. Kadang manusia dibuat bodoh oleh pikirannya sendiri karena manusia tidak sadar sebenarnya pikiran manusia itu terbatas”
Mendengar kata kata cubo aku jadi terfikir sepertinya dia orang baik.
“Apakah kamu bekerja di warung ini?”cubo bertanya.
“Oh tidak, warung ini warung pakdeku, aku sedang mencari pekerjaan didaerah sini”jawabku.
“Kamu sedang mencari pekerjaan di kawasan sini?”
“Tidak frend, aku sudah tidak ada keinginnan bekerja di PT”
Cubo menghabiskan kopinya, lalu menyingkirkan gelas kopi.
”Pikiranmu sama denganku,sebelumnya aku juga bekerja di pabrik pabrik di beberapa kawasan industri, rasa jenuh mulai merasuki pikiranku, kerja dimana mana selama masih jadi kuli pabrik rasanya sama. Selalu tertindas, dan rasa ingin berontak selalu ada. Kesejahteraan yang dijanjikan seperti fatamorgana yang terasa sangat sulit untuk didapatkan”cubo berkata.
“Lalu sekarang kamu kerja dimana?”tanyaku.
“Penyamun, pengangguran banyak melamun”
“Hahahahahha”aku dan cubo tertawa bersama. Sepertinya aku sealiran dengan dia, sudah jenuh kerja jadi kuli pabrik.
“Oh sory, namamu….”Cubo bertanya kepadaku.
“Daplun, daplun setiawan”aku berjabat tangan dengan cubo. Aku cerita panjang lebar masalah pengalaman pekerjaan dengan cubo. Cubo juga mengungkapkan niatnya untuk berwirausaha dan mengajakku untuk jadi partner, tapi entah usaha apa cubo sama denganku, belum ada gambaran. Sampai akhirnya kami membuat keputusan untuk mencari tempat untuk usaha lebih dahulu, sementara usahanya entar gampang dipikirkan di kemudian hari. Aku putuskan saat itu juga untuk mencari tempat usaha. Karena jika terlalu lama aku menganggur bisa fatal akibatnya. Setelah ijin dengan pakde dan bude aku langsung cabut bersama cubo. Aku mengikuti langkah cubo, karena jujur saja sebenarnya aku masih buta di daerah cikarang. Aku hanya tau warung pakdeku dan sekitarnya dalam radius sepuluh meter. Aku berjalan melewati jalan besar dan melewati pertigaan pasir gombong. Lalu masuk kesebuah gang. Langkah cubo semakin cepat, sampai akhirnya aku dan cubo berada di sederetan kontrakan yang warna catnya sama.
“Kau tau ini plun, inilah yang dinamakan kontrakan seribu pintu, dulu aku penasaran dengan julukan kontrakan ini. Tapi setelah aku hitung jumlahnya ternyata tepat ada seribu pintu”cubo menjelaskan.
Aku semakin penasaran dengan penjelasan cubo, tapi kalau dilihat secara visual sepertinya tidak mungkin kontrakan itu berjumlah seribu pintu. Akhirnya sambil berjalan kusempatkan diri untuk menghitung jumlah kontrakan itu. Kontrakan itu terbagi dua oleh gang, kontrakan sebelah kiri dan kanan jumlahnya sama. Setelah kuhitung ternyata disebelah kiri hanya ada 249 kontrakan, jika ditambahkan dengan yang kanan berarti hanya 498 kontrakan. Akhirnya aku bertanya pada cubo.
“Apa kau tidak salah hitung bo? aku menghitung hanya ada 498 kontrakan”.
“Memang benar jumlahnya 498, tapi yang disebut seribu disini bukan jumlah kontrakan tapi jumlah pintu”jelas cubo.
Di dalam pikiranku jika jumlah kontrakan 498 otomatis jumlah pintunya sama 498, lain cerita kalau kontrakan itu tiga petak seperti di karawang, itupun jarang yang antar kamar ada pintunya, soalnya kontrakanku waktu dikarawang juga tiga ruangan tapi hanya ada satu pintu, yaitu pintu utama.
“Apa kau sudah menghitung pintu toilet?”cubo bertanya kepadaku.
Pertanyaan cubo membuatku kaget, memang kalau dipikir secara logika nama kontrakan itu tidak menjelaskan pintu itu pintu apa, hanya disebut sebagai 1000 pintu. Dengan demikian pintu toilet ikut dihitung.
“Wah benar juga”aku berkata pada cubo.
Jika jumlah kontrakan 498, berarti jumlah toiletnya 498 juga. Jika ditambahkan menjaddi 996!!hanya 996.
“Tapi setelah kujumlah hanya ada 996 pintu bo?”aku bertanya pada cubo.
“Yakin?”
“Yakin sumpahlah mbok?”lama lama cubo membuatku kesal.
“Apa kau tidak sadar tadi kita melewaati 3 pintu?”Tanya cubo santai.
Aku ingat ingat akhirnya aku ingat.
”Apa yang kau maksud pintu gerbang, astaga bodohnya aku”
Cubo menganggukan kepalanya. Lalu kujumlah dengan jumlah sebelumnya 996 + 3 =999!!hanya 999 pintu.
”Lalu yang satu pintu apa?”
“Lihatlah apa yang sedang kau injak?”cubo menunjuk kebawah kakiku. Kulihat kakiku sedang menginjak ujung parit kecil di tepi jalan.
“Ikuti dan lihatlah ke ujung”cubo kembali berkata. Akhirnya kuikuti kata kata cubo, kuikuti arah parit sampai kulihat diujung ada suatu benda, benda yang tidak asing lagi, benda itu berwarna kuning, saya yakin kalau pembaca melihatnya pembaca juga tau nama benda itu. Kulihat cubo membalikan badannya kedua tangannya memegang perut. Aku tau dia pasti sedang menahan tawa melihat kebodohanku.
“Bagaimana?”cubo bertanya kepadaku sambil senyum senyum.
“Iya, tepat seribu”jawabku. Ya, benda diujung parit yang berwarna kuning itu adalah pintu air. Semua jumlah pintu dikontrakan itu tepat ada 1000 buah.
“Hahahahahahaha”dengan bangga cubo menertawakan aku. Jadi kontrakan seribu pintu memang benar ada terdapat seribu pintu,yaitu terdiri dari 498 pintu kontrakan, 498 pintu toilet, 3 pintu gerbang, dan 1 pintu air.
“Tapi ada satu pintu yang bagiku sulit sekali kucari”cubo berkata.
“Maksud kamu masih ada satu pintu lagi”tanyaku.
“Ya, tapi bukan di kontrakan seribu pintu, pintu yang setiap orang pasti ingin memasukinya”
Tiba tiba disekitar kami terdengar alunan musik band yang beraliran rock, suara itu berasal dari penjual kaset VCD bajakan di ujung gang. Musik yang dibawakan band itu sudah tidak asing lagi,Suaranya begitu menggema…..
“pintu sorga pintu sorga dimana engkau berada bagaimana caranya aku memasukinya pintu sorga pintu sorga….”seperti itulah lagu yang mengalun dari penjual kaset di ujung gang
“ya,pintu itu adalah pintu sorga”cubo berkata kepadaku.matanya menerawang ke atas.tatapannya kosong.KUlihat matanya berkaca kaca.
“pintu sorga bisa kita masuki dengan selalu ingat kepada Allah,menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya”tak tau kenapa tiba tiba mulutku mengeluarkan kata kata itu
Kulihat mata cubo meneteskan air mata,tubuhnya menggigil hebat,tangannya gemetar.Kulihat kakinya berlutut dan tangannya memegang tanah menahan tubuhnya.Kulihat air mata juga keluar dari hidungnya menandakan betapa hebatnya dia menangis.Kepala cubo mulai merunduk,aku tau dia pasti akan bersujud.Kulihat disekitar orang orang merasa iba melihat cubo.keadaan ini membuatku tak berdaya,untuk menelan ludahpun bagiku begitu sulit.Betapa tidak orang yang memiliki tampang preman dan bertato sperti cubo saja bisa menangis mendengar nama Tuhannya.sementara alunan music religi masih menggema ditempat itu
“pintu sorga pintu sorga dimana engkau berada bagaimana caranya aku memasukinya pintu sorga pintu sorga crekk..”
Tiba tiba alunan musik mati,ternyata penjual kaset VCD bajakan yang mematikan music itu.Kulihat hidung cubo tinggal 5 cm lagi menyentuh tanah,rupanya dengan berhentinya alunan music membuat kepalanya berhenti bersujud.Keadaan ini membuatku kesal,kuambil kaleng bekas minuman di dekatku dan siap kulemparkan kearah penjual kaset VCD berkepala botak itu.Belum sempat kaleng kulemparkan,Tangan cubo merampas kaleng itu dan membuangnya.”apa yang akan kau lakukan!diamlah dan dengarkan apa yang kau dengar sekarang”cubo bicara sambil mengusap air matanya yang jatuh di tato doraemonnya.
Dalam keheningan kudengar gema adzan berkumandang,ternyata kenapa penjual kaset itu mematikan DVDnya karena terdengar adzan berkumandang.Betapa bodohnya aku yang selalu berprasangka buruk kepada seseorang.akhirnya cubo mengajaku mencari masjid untuk melaksanakan shalat Ashar.Kami terus berjalan menyusuri gang.Dan sampailah disebuah perempatan Pabrik pembuatan boneka.Dari perempatan itu aku belok ke kiri menyusuri jalan setapak.tak lama kemudian kami melewati sebuah jembatan kecil,kulihat disamping kanan jalan aaga sebuah kompleks pemakaman umum.Bau bunga kamboja yang tumbuh di pemakaman begitu menyengat.Akau bisa membayangkan kalau misalkan lewat jalan ini malam hari pasti sangat menakutkan.aku melewati sebuah gapura tua yang sudah usang.Di gapura itu tertulis sebuah nama desa,Desa lepen ageng.bagiku ini sangat aneh.ini adalah daerah cikarang tapi nama desa ini menggunakan bahasa jawa,lepen ageng adalah bahasa jawa yang berarti sungai besar.desa lepen ageng begitu sepi.Berbeda dengan daerah kontrakan seribu pintu yang sangat padat,di desa lepen ageng jarak antara rumah satu dengan rumah yang lainnya lumayan jauh.sudah lima rumah kulewati tapi tak kunjung kutemukan sebuah masjid.
Dirumah ke enam kulihat ada orang berbaju biru sedang tiduran diberanda,aku dan cubo menghampiri orang itu.
“permisi pak.apakah didaerah sini ada masjid,kami mau melaksanakan shalat”aku bertanya pada orang itu
“oh ada kok paling lima puluh meter dari sini”pria itu menjawab sambil tiduran di kursi panjang.sungguh tidak sopan,ada orang datang seharusnya bangun sebentar buat menghormati tamu tapi pria ini tetap tiduran dengan santai.Tiba tiba cubo melontarkan pertanyaan yang menurutku tidak perlu diucapkan.
“bukankah anda kenek metromini”Tanya cubo.
Spontan pria berbaju biru itu terguling dari tempat duduknya yang panjang.”da..da…darimana kau tahu?”pria itu sangat kaget mendengar pertanyaan cubo.”itu sangat mudah,tangan kiri anda lebih hitam dibanding dengan tangan kanan anda alias belang,itu tandanya tangan kiri anda lebih sering terkena sinar matahari dibanding dengan tangan yang kanan.Kedua,kepala anda agak miring kekiri 70 derajat.Dan yang terakhir kaos yang anda pakai bertuliskan Pake meja,itu adalah singkatan dari paguyuban kenek metromini Jakarta.”dengan penuh percaya diri cubo menjelaskan.
“si,si,si,siaapa sebenarnya kalian”pria itu ketakutan seperti melihat penjahat.Kakinya melangkah mundur tangan kirinya memegang daun pintu.
“jangan takut pa,kami hanya orang biasa yang sedang mencari masjid untuk melaksanakan shalat.seketika itu pria itu lompat masuk ke rumah dan langsung menutup pintu rapat rapat.Aku dan cubo saling berpandangan melihat tingkah orang itu.
“sudahlah plun jangan dipikirkan,ayo sepertinya kata orang itu benar masjid sudah dekat”cubo menarik tanganku.tepat kurang lebih lima puluh meter ada masjid tua.didepan masjid itu terdapat rumah yang tua pula.disamping kiri adalah lahan kosong yang agak luas.di ujung lahan itu terlihat ada satu rumah lagi.masjid itu tingkat.dibelakang masjid ada kolam yang cukup lebar.airnya begitu keruh hingga dasar kolam itu tak terlihat.disisi kolam yang penuh lumut kulihat ada marking ukuran ketinggian air,air menunjukan ke angka 3 meter.Astaga kolam apa ini,terlalu dalam untuk ukuran kolam ikan.Kulihat ke atas kubah terdapat tulisan masjid al-huda.aku dan cubo ke tempat wudhu yang berada di sebelah kanan masjid,di sebelah tempat wudhu ada toilet.Dan dipintu toilet itu terdapat tulisan WC mampet.selesai wudhu kamipun masuk ke masjid itu.Suasana begitu sepi.hanya ada satu orang didalam masjid.”assalamualaikum”
“wa ‘alaikum salam”orang yang ada di masjid menjawab salam kami.”mau numpang shalat mas”aku membuka pembicaraan.”oh silahkan,mau shalat sunah apa shalat dzuhur?”Tanya orang berbaju gamis ramah.
“mau shalat ashar mas”jawab cubo
“tapi ini baru jam dua siang”
Kulihat jam di masjid tepat jam dua siang,tetapi tadi dikontrakan seribu pintu tadi terdengar suara adzan.jangan jangan jam di masjid ini eror.aku keluarkan hp dari saku bajuku.di HPku juga sama jam 2.Kulihat dengan seksama diHPku ada tanda sms masuk.Aku baru ingat kalau nada smsku adalah suara adzan.getarnya sengaja kumatikan biar batrenya tidak lowbet.aku dan cubo memutuskan tetap di masjid hingga ashar tiba.Kami berbincang dengan pria berbaju gamis.
“masjid ini kok terkesan ga ada yang ngurus ya mas?”ucap cubo. ”sayalah yang mengurus masjid ini”isnan begitu nama panggilan pria itu berkata.“masjid ini kok sepi ya mas”tanyaku.”iya,semenjak kejadian malam jum’at kemarin masjid ini jadi begitu sepi.orang orang pada takut shalat disini,mendengar nama masjid ini saja orang orang pada ketakutan.”jelas isnan
“sbenarnya ada apa dimasjid ini?”Tanya cubo penasaran.”ada yang mengaku melihat payung jenazah terbang pada malam jum’at kemarin kabar ini begitu cepat menyebar di kampung ini.Padahal aku yang siang malam banyak kuhabiskan waktuku disini tak pernah satu kalipun melihat paying itu terbang”isnan menunjuk payung yang terlihat dari kaca masjid.payung itu berada disamping keranda di belakang tempat wudhu.tiba tiba bulu romanku merinding.sepertinya ada yang tidak beres di masjid ini.lagi lagi cubo bertanya hal yang tidak perlu ditanyakan.”sepertinya anda orang berpendidikan?”
“ya boleh di bilang begitu,saya ambil D3 di Singapore dan menyelesaikan S1 saya di banglades”ucap isnan
“apakah anda tahu beda antara ya,yoha,dan ya begitulah?”Tanya cubo
“ya itu digunakan oleh orang orang yang pendidikannya hanya tingkat SMA sederajat,kalau Yoha itu jelas digunakan oleh orang yang tidak berpendidikan,sedangkan ya begitulah itu digunakan oleh orang orang yang berpendidikan minimal D3 yang memiliki IP 4,5 lah…”isnan menjawab pertanyaan cubo.
“oh…jadi begitu?”Tanya cubo lagi
“yoha……”jawab isnan
Tak terasa kami ngobrol sampai waktu ashar tiba.kami shalat berjamaah hanya tiga orang.selesai shalat kami pamit pulang.waktu aku pulang mataku selalu tertuju kearah payung itu.dinginnya udara sore membuat bulu kudukku merinding.keluar dari masjid kami bertemu dengan penghuni rumah yang tepat di depan masjid.sepertinya dia mau shalat di masjid.pria inilah yang kata isnan telah melihat payung jenazah terbang pada malam jum”at kemarin.Namanya kopo widodo.wajahnya tidak terlalu bersahabat,rambutnya putih kecoklatan,badannya pendek dan gemuk.
“apa benar bapak yang kemarin melihat payung terbang?”cubo bertanya pada orang itu
“ssssssstttt,dia mau shalat bo,jangan diganggu.”aku berbisik menyadarkan cubo.tapi cubo tak menghiraukan kata kataku.
“iya benar ,saya melihat dengan mata kepala saya sendiri”
“apa anda yakin bahwa anda tidak sedang bermimpi?”
“saya tidak sedang bermimpi,saya melihat payung itu terbang di sana.tepat dari jendela lantai dua kearah utara”kopo menunjuk ke arah jendela masjid lantai dua.
“adakah sesuatu yang aneh saat kau lihat payung itu terbang?”cubo kembali bertanya
“kau bertanya apa ada yang aneh dengan payung itu?!bagiku melihat payung terbang saja sudah sangat aneh!”nampaknya kopo kesal dengan pertanyaan cubo
“maksud saya tidak adakah kejanggalan pada payung itu,misalnya payung itu berputar putar seperti baling baling helicopter”
Kopo diam dan tangannya memegang keningnya,lalu kembali bicara”iya ada kejanggalan”
“Apa itu?”cubo penasaran
“payung itu tidak terbuka dan menghadap ke bawah”jawab kopo
“maksud anda pegangan payung itu berada di atas?”Tanya cubo
“ya benar”jawab kopo singkat
“ini jelas sangat aneh yang aku tahu kalau di film film,payung terbang itu daunnya terbuka dan pegangannya berada di bawah.Jadi seolah olah payung itu digunakan oleh makhluk yang tidak terlihat.dan kalau daun payung itu tertutup seharusnya posisi payung itu vertical seperti sapu yang dinaiki nenek sihir”aku mencoba mengutarakan pendapatku
“itu Cuma di film plun,ini bicara realita”sepertinya cubo tak sependapat denganku.
Setelah berbincang sebentar kami mohon pamit,lalu pak kopo masuk ke masjid untuk melaksanakan shalat.
Tak sampai satu jam aku sudah sampai di warung pakde.cubo langsung pamit pulang ke kontrakannya di daerah rawasuren.pikiranku selalu teringat dengan payung jenazah di maasjid al huda yang tadi kulihat.aku ceritakan kepada pakde kino soal payung itu,ternyata pakde sudah dengar dari pelanggannya.
Selesai sahlat maghrib aku berbincang lagi dengan pakde.kulihat bude mar sibuk di dapur.aku memang jarang ngobrol dengan bude mar,karena dia selalu sibuk.
“Ternyata membuka lapangan pekerjaan tidak semudah membalikan telapak kaki ya pakde”aku membuka pembicaraan
“memang benar,tapi jika kita berusaha insya Allah semua akan menjadi mudah.yang penting jangan sampai kita putus asa dalam menghadapi masalah yang selalu ada.problema pasti kan terus menerjang bagai keras ombak yang menabrak karang,namun kutahu,kutahu kau mampu tuk tetap tenang,hadapi ini bersamaku hingga akhir petang.Saat kau berharap keramahan cinta tak pernah kau dapaaat ya sudahlah,yeh dengar kubernyanyi..” “Byuuurrr”tiba tiba pakde di siram air bekas cucian oleh bude.
“apa apaan sih bu?!”pakde sewot sekali
“bapak ini sebenarnya lagi ngasih solusi apa lagi nyanyi?!didengerin baik baik malah ngerepp”bude kembali ke dapur tanpa rasa bersalah.pade hanya menggelengkan kepala.
“ok kita lanjutkan ngobrolnya plun,jadi kamu harus tetap semangat plun,o iya kamu sudah diceritain sama bude belum soal pengalaman pakde saat ikut lomba tata boga?”kali ini muka pakde serius
“belum pakde”jawabku
“begini ceritanya plun,dulu waktu saya masih duduk di bangku Smp saya pernah ikut lomba tata boga yang diadakan oleh sekolah.lomba tata boga itu adalah membuat aneka minuman.waktu itu pakde membuat Kopi lambada.pakdepun menjadi juara satu karena kopi itu nikmat sekali.tapi setelah saya ceritakan bahwa kopi lambada adalah minuman yang terdiri dari kopi,daun salam,bawang bombai dan sedikit lada,dewan juri yang notabene adalah kepala sekolah saya sendiri langsung pinsan ditempat.dan di opname selama tujuh hari delapan malam.juara satu yang diberikan pakde dianulir dan turun menjadi juara harapan lima belas.lalu saya di panggil oleh ahli matematika yang juga merangkap sebagai wali kelas saya joy turyo.saya dihukum untuk membayar kelakuan saya yang dianggap lancang.tapi semua itu tidak mematahkan semangat saya untuk bersekolah,justru malah saya jadikan pemicu semangat untuk membuktikan kalau saya bisa untuk mengenalkan kopi buatan saya ke masyarakat.dan buktinya bisa kamu lihat sekarang.”dengan bangga pakde bercerita panjang lebar.aku hanya diam dan mendengarkan apa yang keluar dari mulut pakde.sampai aku tak sadarkan diri karena begitu ngantuk.akhirnya aku disuruh pindah tidur di kamar tidur.kuraih bantal,selimut dan tanpa permisi mataku langsung terpejam. Malam terasa begitu cepat berlalu.
Keesokan harinya kulakukan aktifitas seperti sebelumnya,membantu pakde dan bude.jam Sembilan pagi warung sudah mulai rame.aku duduk di bangku panjang di depan warung.ku dengar pembicaraan pelanggan pakde yang sedang menikmati kopi.
“kau sudah dengar cerita dari kampung sebelah belum?’tanya seorang yang ada di dalam warung.
“ada kabar apa lagi bung?”Tanya pakde
“katanya semalam mimbar masjid al huda hilang”jawab pria itu
“mesjid al huda desa lepen ageng?”
“iya,aku dengar dari tetangga tadi waktu mau kesini.anehnya si penjaga masjid juga ikut sirna”
“huh ada ada saja,kemaren katanya ada yang mengaku melihat payung jenazah terbang,eeh sekarang mimbarnya hilang”
Tanpa pikir panjang aku langsung calling cubo menceritakan apa yang dikatakan orang tadi.tak berapa lama akhirnya cubo datang juga.setelah pamit dengan pakde kami langsung cabut menuju desa lepen ageng.tak sampai satu jam kami sudah sampai di desa yang kami tuju.tak seperti biasanya kali ini desa itu terlihat ramai.terutama di masjid al huda.sesampai di depan masjid cubo meletakkan kedua tangannya di depan dada,tak lama kemudian dia menginjak injak tanah dengan ujung tumitnya sebanyak tiga kali.orang orang yang melihat tingkah cubo spontan tertawa.aku sungguh malu berada di dekatnya.kulihat di kerumunan orang juga sudah ada beberapa anggota buru sergap(buser).merekapun ikut menertawakan tingkah cubo.merasa ditertawakan cubo semakin semangat dengan ulahnya.kali ini kedua tangannya di taruh di belakang punggungnya.kepalanya menengadah ke atas dan kakinya menginjak injak tanah.lalu matanya melirik ke arah sudut masjid.seketika itu cubo lari kesudut masjid,dan mengambil sapu.lalu sapu itu dinaiki oleh cubo layaknya pemain kuda lumping.melihat tingkah cubo seorang wadanru buser(wakil komandan regu) tidak mau kalah,dia juga ikut mengambil sapu disudut masjid dan meletakan didepan dadanya.nama wadanru itu adalah sitri.kulihat matanya melirik ke salah satu anak buahnya.lalu kedua alisnya kulihat naik turun dua kali.anak buah yang di beri kode oleh wadanru langsung mengeluarkan ponselnya.kulihat cubo semakin menjadi jadi.kedua tangannya memegang ujung sapu dan pegangan sapu dia selipkan di selangkangannya.lalu kulihat kaki kanan cubo di angkat lalu di goyangkan ke kanan dan ke kiri sambil meloncat loncat menggunakan tumpuan kaki kirinya.melihat tingkah cubo yang semakin menjadi jadi wadanru tidak mau kalah.Dia kembali menaikan kedua alisnya ke arah anak buahnya. Lalu sapu yang berada di depan dadanya digoyangkan ke kanan dan ke kiri, saat sapu berada di sebelah kiri kaki kirinya diangkat begitu juga sebaliknya jika sapu berada di sebelah kanan maka kaki kanan wadanru itu diangkat. Tak lama kemudian terdengar alunan music pring podo pring dari ponsel anak buahnya yang telah di beri kode oleh wadanru. Pertujukan akhirnya berhenti setelah terdengar bunyi petasan yang dinyalakn oleh pak RT.
Cubo masuk ke dalam masjid wadanru juga ikut masuk beserta anak buahnya.
“Ini jelas pencurian ruang trtutup”kata anak buah wadanru. Sang komandanpun menganggukan kepala tanda setuju dengan perkataan anak buahnya. Sementara cubo kulihat sedang mengamati tiang yang berada di tengah masjid.
“Ngomong ngomong mimbar yang hilang itu belinya cash atau kredit?”pak sitri bertanya pada pak RT.
“Wah,kurang tahu pak, memangnya kenapa?”jawab pak RT.
“nggak, kalau belinya kredit kan masih dapet asuransi”
“Iya juga sih” kata pak RT.
Sementara cuba kuilhat bergerak ke sebelah kanan mengamati sebuah kotak kecil di sudut masjid. “Astaga kotak apakah ini?” apakah ini kotak amal?” cubo berteriak. Pak RT dan pak sitri menghampiri cubo. Akupun ikut mendekati cubo. Pak RT nampak bingung. Memang bentuk kotak itu agak sedikit aneh. Warnanya putih dan terdapat sebuah tulisn “irma”. Pak RT menggelengkan kepala.
“Bukan, ini bukan kotak amal masjid ini” kata pak RT.
“apakah sebelumnya kotak ini ada di sini?” tanya pak sitri. Pak RT hanya menggelengkan kepalanya,
“Apakah di sini ada orang yang bernama irma?” tanya cubo.
Pak RT menganggukan kepalanya.
“Ibu irma adalah orang yang tinggal di rumah itu” pak RT mengecungkan jari kelingkinb irma tinggal bersama anaknyaugnya ke arah utara menunjukan rumeh ibu irma. Selanjutnya kami memutuskan untuk menemui ibu irma, mata cubo masih saja melirik ke sana ke mari. Di sepanjangh jalan menuju rumah ibu irma cubo selalu melihat kke atas. Dan anehnya sebelum pergi, sempat kulihat cubo mendekati kolam kotor yang berada di dekat masjid. Entah apa yang dilakukan cubo. Aku tak menghiraukannya. Kamipun sampai di rumah ibu irma, rumahnya sederhana namun rapih. Ibu irma berumur sekitar 35 tahun, mukanya kuning dan rambutnya panjang. Dan menurutku dia termasuk awet muda dan masih terlihat cantik untuk wanita seumuran dia. Ibu irma tinggal bersama anaknya dan seorang keponakan yang bekerja di pabrik elektronik di cibitung. Suami ibu irma sudah meninggal lima tahun yang lalu saat bertugas. Suami ibu irma adalah seorang wakasal ( wakil kepala staf angkatan laut) yang bertugas di Koarmabar (komando armada RI kawasan barat). Ibu irma berkata kalau dia tidak tahu menahu masalah hilangnya mimbar di masjid al huda. Diapun berkata tidak mau terlalu memikirkan dengan masalah yang katanya sepele itu.
“udahlah mas, toh mimbar itu juga udah tua, beli aja yang baru dengan uang kas masjid kan beres” kata ibu irma enteng.
Memang kalau dipikir pikir kata ibu irma betul juga, pantas saja dari tadi ibu irma tidak terlihat batang hidungnya, padahal rumahnya tergolong dekat dari masjid.
“tapi maaf bolehkah saya memeriksa ruangan ruangan di rumah anda?”pak sitri mengeluarkan suaranya yang dari tadi diam.
“astaga, apakah anda mencurigai saya?, silahkan anda periksa semua ruangan di rumah ini. Jika benar mimbar itu ada di sini, saya siap menerima hukuman” ibu irma agak sedikit emosi.
Tanpa basa basi pak sitri dan pak RT memeriksa semua ruangan rumah tua itu. Sementara cubo kulihat membuntuti mereka berdua. Aku hanya tetap berada di tempat menemani ibu irma.
Semua ruangan diperiksa, namun tidak ada tanda tanda mimbar misterius itu ada di rumah ibu irma. Pak RT dan pak sitri meminta maaf atas kelancangannya dan pamit pulang.
Dalam perjalanan pulang kami masih dihantui dengan misteri yang tidak masuk akal ini. Sebuah mimbar berukuran 2m x 1m x 3 m, hilang di malam hari beserta sirnanya penjaga masjid di malam hari. Kasus yang aneh menurutku, buat apa sebuah mimbar tua di curi? Padahal kata warga sekitar mimbar itu sudah agak rusak. Apakah di mimbar itu ada sebuah emas yang tersimpan di dalamnya? Otakku berputar putar dengan pertanyaan ini. Jika memang mimbar itu di curi, dengan apa si pencuri membawanya? Sementara kunci masjid ada di dalam masjid, semua pintu dan jendela terkunci rapat. Apakah si pencuri seorang pesulap? Atau mungkin adalah tukang sihir? Bulu kudukkupun merinding, aku jadi teringat dengan isu tentang payung jenazah terbang yang heboh di sekitar masjid itu. Bahkan yang lebih mengerikan lagi tentang isu keranda terbang yang muncul di desa tetangga. Para pemburu ufo mengklaim kalau itu adalah undetected flying object (UFO), tapi warga sekitar mengklaim kalau benda terbang itu adalah keranda dari masjid al huda. Bulu kudukku semakin berdiri.
“sebaiknya kita bertanya kepada orang pntar untuk menyelesaikan kasus ini” pak RT menyarankan untuk bertanya ke seorang dukun.
“kalau begitu tanya saja pada saya, saya juga orang pentar lo.”cubo bicara seenak udelnya sendiri.
“apa kau sudah memecahkan kasus ini bo?”mendengar kata kata cubo bulu kudukku tak berdiri lagi. Seperti tumbuhan putri malu yang disentuh daunnya.
Cubo mengenggukan kepala. Pak sitri terbelalak dan langsung melontarkan pertanyaan.
“Sejak kapan?” tanay pak sitri.
“sejak kita masuk ke ruangan ibu irma”jawab cubo tenang.
Kulihat muka pak RT seperti tidak percaya dengan kata kata cubo. Mulutnya dibengkokkan ke atas menyerupai huruf N kecil. Alisnya dinaikan ke atas dan bola matanya di letakkan di sudut mata menatap cubo.
Cubo lalu mengeluarkan tangan kanannya yang dari tadi diletakkan di belakang pantatnya. Tangan cubo terus mengepal. Lalu di letakkan di depan dada pak RT.
“Anda bisa lihat?” tanya cubo.
Pak RT menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu bukalah genggaman saya”cubo memerintahkan pak RT dan pak sitri untuk membuka genggaman tangan kanannya. Tanpa pikir panjang pak Rt dan pak sitri langsung membuka genggaman tangan cubo yang mengepal erat. Akhirnya genggaman cubo bisa dibuka oleh mereka. Kulihat tidak ada benda apapun di tangan cubo. Sementara hidung pak RT bergerak gerak membesar dan mengecil. Bau belerang busuk yang begitu menyengat langsung mengudara di sekitar kami. Aku hafal betul ini adalah bau kentut cubo. Langsung kututup rapat hidungku menggunakan kerah baju. Sementara pak RT dan pak sitri yang dari tadi lubang hidungnya membesar dan mengecil langsung muntah di tempat karena tidak sempat menutup hidung mereka. Tak lama kemudian cubo mengulurkan tangan kirinya yang mengepal yang dari tadi juga diletakkan di belakang pantatnya. Kali ini dia tidak memerintahkan pak RT untuk membukannya, melainkan genggaman itu langsung dibuka sendiri oleh cubo ketika berada di depan pak RT dan pak sitri. Bau belerang busuk kembali tercium di dekitarku. Aku langsung lari menjauh. Sementara kulihat pak RT dan pak sitri langsung pinsan ketika kepalan tangan kiri di buka oleh cubo. Tak lama kemudian kedua orang yang tertimpa sial itu sadarkan diri. Pak RT dan pak sitri dibantu berdiri oleh aku dan cubo. Mereka lalu menggeleng gelengkan kepalanya yang masih pusing. Cubo menyarankan untuk kembali ke masjid. Sesampai di masjid, suasana menjadi semakin ramai. Warga dari dusun sebelah ikut menyaksikan karena penasaran.
Cubo lalu memulai pertunjukan analisisnya.
“Mohon perhatiannya semua, mimbar masjid al huda sebenarnya tidak hilang” Cubo bicara tenang. Suasana menjadi semakin ramai. Bisik bisik para warga menjadikan suasana gemuruh. Ada kata kata warga yang sempat tertangkap oleh telingaku kalau mimbar itu ditaruh di tempat ibu irma. Bahkan ada yang bilang kalau penjaga masjid itu menjalin hubungan khusus dengan ibu irma. Aku tidak mau ambil pusing. Lalu cubo melanjutkan analisisnya.
“Pelakunya juga bukan ibu irma, mimbar masjid itu masih ada di sekitar masjid ini” cubo melanjutkan analisisnya.
“kalau memang masih ada di sekitar sini, lalu disimpan dimana dan siapa pelakunya?” seorang dekil berteriak mengajukan pertanyaan pada cubo.
“mimbar itu ada di kolam itu?”cubo menunjuk sebuah kolam yang airnya keruh. Suasana kembali menjadi semakin berisik dan ramai.
“Kau benar benar sudah gila, maksudmu mimbar itu ditenggelamkan di kolam itu, perlu anda ketahui mimbar itu bukan terbuat dari besi! Mimbar itu terbuat dari kayu” orang dekil itu kesal.
“Kalau terbuat dari kayu memangnya kenapa?” cubo mendekati orang dekil itu.
“memangnya ada kayu yang tenggelam di air?”semua orang berteriak geram dengan ulah cubo.
“Ada, kayu itu adalah kayu stigi. Kayu stigi adalah kayu yang bisa tenggelam di dalam air dan di percaya mempunyai daya mistis yang tinggi. Mimbar itu yang membeli adalah almarhum suami ibu irma yang notabene bertugas di komando armada wilayah barat. Sangat mudah baginya untuk mendapatkan kayu stigi yang memang banyak dijumpai di kepulauan riau. Lalu kayu itu diberikan kepada pengrajin kayu di daerah pulo kambing jakarta timur untuk dijadikan sebuah mimbar. Anda bisa lihat permukaan air di kolam itu. Bersambung...